hubungan Kecerdasan Bahasa dengan Keterampilan Berbicara
Hubungan Kecerdasan Bahasa dengan Keterampilan Berbicara
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Bahasa
pertama akan memberikan pengaruh yang
besar terhadap pemerolehan bahasa dan berbicara anak pada tahap
selanjutnya terutama ketika anak mulai memasuki sekolah. Selama
pemerolehan bahasa pertama anak-anak menerima, memproses, menyimpan kata-kata,
kalimat, ucapan yang ia dengar dari
orang lain yang terdapat di lingkungannya. Kemudian pada saat anak berbicara, maka bahasa yang telah
ia simpan tersebutlah yang akan
menjadi bahasanya. Bahasa dan
berbicara sangat dibutuhkan
oleh anak untuk mengungkapkan apa yang
ia inginkan, rasakan,
pikirkan dan yang
ia butuhkan. Jika seseorang
anak mengalami keterlambatan dalam pemerolehan bahasa pertamanya, maka keterampilan berbicara anak juga akan mengalami
kesulitan. Oleh karena itu data
tentang pemerolehan bahasa pertama dan keterampilan
berbicara anak di sekolah perlu
diteliti.
Berdasarkan
hasil pengamatan awal yang peneliti dapatkan pada anak yang berusia 4-5 tahun, anak memiliki bahasa pertama yang
sangat beragam jenisnya.
Bahasa pertama yang diperoleh
dan digunakan anak sesuai dengan bahasa yang digunakan di lingkungan pertama
anak temui pasca dilahirkan yaitu bahasa ayah dan bahasa ibu. Sering kali di sekolah anak menggunakan
bahasa yang tidak bisa dimengerti oleh guru, dan sebaliknya anak juga sering
tidak mengerti bahasa yang digunakan oleh guru. Sehingga keterampilan berbicara
anak di sekolah masih tergolong
rendah. Anak tidak mampu mengucapkan apa yang dia pikirkan, inginkan, rasakan,
dengarkan dan dia harapkan dengan bahasa yang
bisa dimengerti oleh guru, sehingga anak hanya diam saja dan tidak mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang
guru harapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian
yang berjudul “Hubungan Kecerdasan Bahasa (Linguistic Intellegence) dan Pemerolehan
Bahasa Pertama dengan Keterampilan Berbicara
Anak Usia 4-5 Tahun di TK Peradaban Serang”.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Adakah hubungan Kecerdasan
Bahasa dengan Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun?
2. Adakah hubungan Pemerolehan Bahasa Pertama dengan Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun?
3. Adakah Kecerdasan
Bahasa dan Pemerolehan Bahasa Pertama dengan
Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun?
C.
TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui hubungan Kecerdasan Bahasa dengan Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun.
2. Mengetahui hubungan
Pemerolehan Bahasa Pertama dengan
Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun.
3. Mengetahui hubungan
Kecerdasan Bahasa dan Pemerolehan Bahasa
Pertama dengan Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun.
D.
LANDASAN TEORETIK
1.
Kecerdasan Bahasa (Linguistic Intellegence)
Gardner (Mulyasa,
2012:57) mengemukakan bahwa manusia mempunyai tujuh macam intelegensi, yaitu musical intellegence (musikalisasi), logical mathematical (logika
matematika), bodily kinesthetic
intelligence (inteligensi kelenturan tubuh), lingustic intellegence (inteligensi dalam bidang kebahasaan), spatial intelligence (intelegensi
ruang), interpersonal intelligence
(kecerdasar yang terkait dengan hubungan pribadi), dan intrapersonal intelligence (kecerdasan hubungan antarpersonal).
Baindbridge (Yaumi & Ibrahim, 2013:9) mengatakan bahwa kecerdasan
didefinisikan sebagai kemampuan mental umum untuk belajar dan menerapkan
pengetahuan dalam memanipulasi lingkungan, serta kemampuan berfikir abstrak. Kecerdasan Bahasa adalah kecerdasan yang paling sering
kita gunakan. Kita berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa. Pelajaran
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia pun selalu jadi pelajaran wajib di
sekolah-sekolah. Lebih lanjut Yaumi
& Ibrahim (2013:11) mengemukakan bahwa kecerdasan
bahasa (lingustic intellegence
) adalah kecerdasan yang berhubungan dengan
kemampuan untuk melakukan sekaligus memahami informasi dan komunikasi
kepada/dari orang/pihak lain, baik secara lisan maupun tertulis.
Berdasarkan bebrapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa kecerdasan bahasa kemampuan pemanfaatan komunikasi untuk memahami
informasi dari satu orang ke orang lain secara efektif. Kecerdasan ini dapat
digunakan juga dalam menerapkan pengetahuan dan memanipulasi lingkungan secrta
kemampuan berpikir.
Kecerdasan bahasa yang
berkembang dengan baik dengan karakteristik berikut: 1. Menyimak dan bereaksi
terhadap bunyi, irama, warna, dan berbagai kata-katayang diucapkan. 2. Meniru
bunyi, bahasa, bacaan, dan tulisan dari orang lain. 3. Belajar melalui
kemampuan menyimak, membaca, menulis dan berdiskusi. 4. Menyimak secara
efektif, mengerti, menafsirkan, mengartikan, danmengingat apa yang telah
dikatakan. 5. Membaca secara efektif, mengerti, merangkum, mengartikan
ataumenjelaskan, dan mengingat apa yang telah dibaca. 6. berbicara secara
efektif terhadap berbagai audiens tentang berbagai tujuan, dan mengetahui
bagaimana cara berbicara dengan sederhana, fasih, persuasif,atau bersemangat
pada saat-saat yang tepat. 7. Menulis dengan efektif; mengerti dan menerapkan
kaidah-kaidah tata bahasa,pengucapan, tanda-tanda baca, dan menggunakan
perbendaharaan kata secaraefektif. 8. Memperlihatkan kemampuan dalam
mempelajari bahasa-bahasa lain. 9. Menggunakan kemampuan menyimak, berbicara,
menulis dan membacauntuk mengingat berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan,
membujuk,menciptakan pengetahuan, membangun makna, dan mencerminkan
renunganpada bahasa itu sendiri. 10. Berusaha meningkatkan kualitas penggunaan
bahasanya sendiri. 11. Memperlihatkan minat pada jurnalisme, puisi,
penceritaan, perdebatan,pembicaraan, penulisan, atau penyuntingan. Menciptakan
bentuk-bentuk linguistik baru atau karya-karya tulisan asli ataukomunikasi
lisan.
2. Pemerolehan
Bahasa Pertama Anak Usia Dini (Taman Kanak-kanak)
Dalam kehidupan
sehari-hari manusia tidak bisa melepaskan
diri dari bahasa. Melalui bahasa manusia bisa bergaul sesama manusia di muka bumi ini. Chaer (2009:30) menyatakan bahwa para pakar linguistik deskriptif mendefinisikan bahasa sebagai “satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer,” yang kemudian lazim ditambah dengan “yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungan. Sedangkan menurut Akhadiah, dkk. (1998:1.3) Pemerolehan bahasa anak merupakan proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal. Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada pemerolehan bahasa tersebut, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya. Anak akan mengucapkan kata-kata untuk keperluan komunikasinya dengan orangtua atau kerabat
dekatnya.
diri dari bahasa. Melalui bahasa manusia bisa bergaul sesama manusia di muka bumi ini. Chaer (2009:30) menyatakan bahwa para pakar linguistik deskriptif mendefinisikan bahasa sebagai “satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer,” yang kemudian lazim ditambah dengan “yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungan. Sedangkan menurut Akhadiah, dkk. (1998:1.3) Pemerolehan bahasa anak merupakan proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal. Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada pemerolehan bahasa tersebut, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya. Anak akan mengucapkan kata-kata untuk keperluan komunikasinya dengan orangtua atau kerabat
dekatnya.
Berdasarkan
uraian di atas penulis menyimpulkan
bahwa bahasa pertama anak adalah bahasa yang pertama kali
dikuasai oleh anak. Anak yang semula tanpa bahasa kini telah
memperoleh satu bahasa yaitu bahasa yang
digunakan oleh ayah, ibu atau bahasa yang terdapat di lingkungan anak. Bahasa pertama merupakan dasar bagi
anak untuk memperoleh bahasa kedua dan seterusnya. Membedakan suara dari berbagai sumber. Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang standar tingkat capaian perkembangan anak, lingkup perkembangan bahasa anak usia 4-<5 tahun adalah sebagai berikut:
anak untuk memperoleh bahasa kedua dan seterusnya. Membedakan suara dari berbagai sumber. Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang standar tingkat capaian perkembangan anak, lingkup perkembangan bahasa anak usia 4-<5 tahun adalah sebagai berikut:
a) Mendengarkan cerita yang dibacakan
b) Menyimak perkataan orang lain (bahasa ayah/bahasa ibu atau bahasa lainnya)
c) Mengajukan pertanyaan
d) Menjawab pertanyaan
e)
Bercerita
f) Mengucapkan identitas diri
g) Menyanyikan lagu-lagu anak
h) Berdiskusi
i)
Mengungkapkan
pendapat
j)
Menyebutkan kosakata
yang dikenal (kata kerja, kata benda, kata sifat, kata perangkai/pengganti,
kata keterangan, nama warna)
k) Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan
l)
Memahami perkataan
orang lain (ayah/ibu atau orang lain)
m) Mengerti cerita yang dibacakan
n) Membuat coretan bermakna
o) Meniru huruf
p) Mengenal simbol-simbol
3.
Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini (Taman
Kanak-kanak)
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia keterampilan adalah
kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Kemampuan sendiri
memiliki arti kesanggupan; kecakapan; kekuatan (Depdiknas, 2008:707). Salah satu aspek bahasa yang harus dikuasai anak adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya. Verekamp (Sardjono, 2005:7) mengemukakan bahwa bicara atau wicara sebagai suatu kemungkinan manusia mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa melalui organ artikulasi atau merupakan
perbuatan manusia yang bersifat individual.
kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Kemampuan sendiri
memiliki arti kesanggupan; kecakapan; kekuatan (Depdiknas, 2008:707). Salah satu aspek bahasa yang harus dikuasai anak adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya. Verekamp (Sardjono, 2005:7) mengemukakan bahwa bicara atau wicara sebagai suatu kemungkinan manusia mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa melalui organ artikulasi atau merupakan
perbuatan manusia yang bersifat individual.
Dari
berbagai definisi di atas penulis menggambil kesimpulan bahwa keterampilan bicara merupakan kemampuan,
kesanggupan, kecakapan untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, harapan, dan pengetahuan kepada
orang lain dalam
bentuk kata-kata yang mempunyai arti agar apa yang disampaikan
anak dapat dimengerti orang lain.
Tarigan, dkk. (2008:154)
mengemukakan proses belajar bicara ini dapat dilihat dari beberapa
kegiatan di antaranya:
1) berdialog;
2) berdiskusi;
3) mengajukan
pertanyaan;
4) menjawab
pertanyaan;
5) mengungkapkan
pendapat;
6) memperkenalkan
identitas diri;
7) bercerita;
8) bernyanyi;
9) membuat lelucon/teka-teki sederhana;
10) menyebutkan kosakata
yang dikenal (kata benda,
kata sifat, kata
keterangan, kata ganti
atau kata penghubung, kosakata
warna).
E.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian
kuantitatif deskriptif. Kelanjutan dari metode deskriptif ini
yaitu metode korelasional, di mana peneliti mencoba meneliti hubungan antara
variabel-variabel. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu
faktor berkaitan dengan variasi faktor lain (Rakhmat, 2005:27). Maka metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode korelasional, di mana penelitian ini mencoba meneliti
hubungan antara variabel-variabel yaitu kecerdasan bahasa sebagai variabel (X1),
pemerolehan bahasa pertama sebagai variabel (X2) dan keterampilan
berbicar sebagai variabel (Y).
F. HIPOTESIS PENELITIAN
Maka hipotesis penelitian ini adalah:
1. H0 = Tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara kecerdasan berbicara dengan keterampilan berbicara anak usia 4-5 tahun.
Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan berbicara dengan keterampilan berbicara anak usia 4-5 tahun.
2. H0 = Tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara pemerolehan bahasa
pertama dengan keterampilan berbicara anak usia 4-5 tahun.
Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara
pemerolehan bahasa pertama dengan
keterampilan berbicara anak usia 4-5 tahun.
3. H0 = Tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara kecerdasan berbicara dan pemerolehan bahasa pertama dengan keterampilan berbicara anak usia 4-5 tahun.
Ha =
Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan
berbicara dan pemerolehan
bahasa pertama dengan keterampilan berbicara anak usia 4-5
tahun.
G.
POPULASI DAN SAMPEL
1) Populasi
Menurut Arikunto (2010:173) mengatakan bahwa
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi penelitian ini adalah
siswa TK Peradaban Serang yang berjumlah
30 siswa. Kelas TK A berjumlah 15 siswa, Kelas TK B berjumlah 15 siswa.
2)
Sampel
Sampel adalah bagian dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti
(Riduwan, 2005 :11). Agar penelitian ini menghasilkan data yang baik dan
efisien maka untuk mendapatkan sample yang representatif, penelitian ini
mengambil samping random atau pengundian. Dari 2 kelas yang diundi maka kelas
TK B yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 15 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.
H.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Adapun rincian sebagai
berikut:
a) Angket
Kecerdasan Bahasa
Angket ini digunakan untuk mengetahui data tentang tanggapan kecerdasan berbahasa anak. Kecerdasan bahasa yang berkembang dengan baik dengan
karakteristik berikut: 1. Menyimak dan bereaksi terhadap bunyi, irama, warna,
dan berbagai kata-katayang diucapkan. 2. Meniru bunyi, bahasa, bacaan, dan
tulisan dari orang lain. 3. Belajar melalui kemampuan menyimak, membaca,
menulis dan berdiskusi. 4. Menyimak secara efektif, mengerti, menafsirkan,
mengartikan, danmengingat apa yang telah dikatakan. 5. Membaca secara efektif,
mengerti, merangkum, mengartikan ataumenjelaskan, dan mengingat apa yang telah
dibaca. 6. berbicara secara efektif terhadap berbagai audiens tentang berbagai
tujuan, dan mengetahui bagaimana cara berbicara dengan sederhana, fasih,
persuasif,atau bersemangat pada saat-saat yang tepat. 7. Menulis dengan
efektif; mengerti dan menerapkan kaidah-kaidah tata bahasa,pengucapan, tanda-tanda
baca, dan menggunakan perbendaharaan kata secaraefektif. 8. Memperlihatkan
kemampuan dalam mempelajari bahasa-bahasa lain. 9. Menggunakan kemampuan
menyimak, berbicara, menulis dan membacauntuk mengingat berkomunikasi,
berdiskusi, menjelaskan, membujuk,menciptakan pengetahuan, membangun makna, dan
mencerminkan renunganpada bahasa itu sendiri. 10. Berusaha meningkatkan
kualitas penggunaan bahasanya sendiri. 11. Memperlihatkan minat pada
jurnalisme, puisi, penceritaan, perdebatan,pembicaraan, penulisan, atau
penyuntingan. Menciptakan bentuk-bentuk linguistik baru atau karya-karya
tulisan asli ataukomunikasi lisan.
b) Angket
Pemerolehan Bahasa
Angket disebarkan
kepada orangtua anak
yang dijadikan sampel penelitian
dan kepada guru di sekolah. Instrumen kuesioner terdiri dari lima alternatif
jawaban yaitu: (a) sering sekali dengan nilai 5, (b) sering dengan nilai 4, (c) kadang-kadang
dengan nilai 3 (d) jarang dengan nilai 2, dan (e) jarang sekali dengan nilai 1.
1)
Membedakan suara
dari berbagai sumber
2)
Mendengarkan cerita
yang dibacakan
3)
Menyimak perkataan
orang lain (bahasa ayah/bahasa ibu atau
bahasa lainnya)
4)
Mengajukan
pertanyaan
5)
Menjawab pertanyaan
6)
Bercerita
7)
Mengucapkan
identitas diri
8)
Menyanyikan
lagu-lagu anak
9)
Berdiskusi
10) Mengungkapkan pendapat
11) Menyebutkan kosakata yang dikenal (kata kerja, kata
benda, kata sifat, kata perangkai/pengganti, kata keterangan, nama warna)
12) Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan
13) Memahami perkataan orang lain (ayah/ibu atau orang lain)
14) Mengerti cerita yang dibacakan
15) Membuat coretan bermakna
16) Meniru huruf
17) Mengenal simbol-simbol
d) Angket
Keterampilan Berbicara
Angket
disebarkan kepada orangtua
anak yang dijadikan sampel penelitian dan kepada guru
di sekolah. Instrumen kuesioner terdiri dari lima alternatif jawaban yaitu: (a)
sering sekali dengan nilai 5, (b) sering
dengan nilai 4, (c) kadang-kadang dengan nilai 3 (d) jarang dengan nilai 2, dan
(e) jarang sekali dengan nilai 1.
Keterampilan berbicara anak usia usia 4-5
tahun adalah keterampilan bicara pada
anak yang terjadi ketika anak mulai berinteraksi dengan teman,
guru, serta lingkungannya, khususnya
di sekolah. Keterampilan
berbicara ini dilihat dari keberhasilan anak menguasai tugas utama dalam proses
belajar berbicara sesuai dengan tingkatan usia. Tugas utama dalam
proses belajar bicara
adalah pengucapan, pengembangan kosakata serta pembentukan
kalimat. Proses belajar bicara ini dapat dilihat dari beberapa
kegiatan diantaranya: (1)
berdialog; (2) berdiskusi; (3)
mengajukan pertanyaan; (4) menjawab
pertanyaan; (5) mengungkapkan pendapat;
(6) memperkenalkan identitas diri; (7) bercerita; (8) bernyanyi; (9) membuat lelucon/teka-teki sederhana; (10) menyebutkan kosakata
yang dikenal (kata
benda, kata sifat,
kata keterangan, kata
ganti atau kata penghubung, kosakata warna).
I.
TEKNIK ANALISIS DATA
Sesuai dengan rumusan masalah dari hipotesis yang telah diuraikan
dan disusun, maka teknik yang sesuai untuk menganalis data tersebut adalah
teknik korelasi. Menurut Arikunto (2010: 278) pekerjaan analisis data meliputi
tiga langkah:
1) Persiapan
Kegiatan dalam langkah persiapan ini
adalah mengecek nama dan kelengkapan
identitas pengisi, mengecek kelengkapan
data (penyusunan instrumen, menganalisis instrumen).
2) Tabulasi
Pada tahap ini adalah pemberian skor,
pemberian kode terhadap item-item yang tidak diberi skor, dan mencatat data ke
dalam induk penelitian.
3) Penerapan
data sesuai dengan penelitian
Pengolahan data yang diperoleh dengan
menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan
penelitian atau desain yang diambil.
Berdasarkan langkah-langkah
tersebut, dibuatlah analisis statistik data sebagai berikut:
1)
Uji
Validitas
Butir soal dan angket
yang digunakan dalam pengumpulan data harus baik dan sesuai dengan kenyataan,
yang disebut valid. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan sesuatu instrument (Arikunto, 2010:211). Peneliti menggunakan rumus
korelasi product moment yang
dikemukakan oleh Pearson untuk menentukan validitas data.
2)
Uji
Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan
pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Reliabiltas dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010: 221).
Rumus yang digunakan untuk analisis reliabilitas butir soal berbeda dengan
rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas angket.
Pengukuran reliabilitas
angket dilakukan dengan rumus Alpha, karena reliabilitas angket skornya
rentangan nilai antara skala 1-3, 1-4, 1-5, dan seterusnya.
3) Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini
penulis menggunakan teknik analisis data dengan rumus korelasi product moment yaitu:
(Arikunto, 2010: 316)
Kemudian setelah
hipotesis X1 dan X2 ditemukan untuk menguji hipotesis
dengan tiga variabel, peneliti menggunakan hipotesis asosiatif yang berupa
korelasi Pearson Product Moment yang menggunakan
korelasi ganda dengan rumus sebagai beerikut:
Keterangan:
korelasi antara variabel X1 dengan
X2 secara bersama-sama dengan variabel Y
= korelasi product
moment antara X1 dengan Y
= korelasi product
moment antara X2 dengan
Y
= korelasi product
moment antara X1 dengan
X2
Untuk menguji signifikasi korelasi Product Moment dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
Untuk menguji signifikasi korelasi
ganda digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
R = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota sampel
J. DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto,
Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Akhadiah, dkk. 1998.
Chaer,
Abdul. 2009. Leksikologi dan Leksikografi
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas.
2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Balai Pustaka.
Mulyasa,
H.E. 2012. Manajemen PAUD. Bandung:
Rosda Karya.
Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang
standar tingkat capaian perkembangan anak
standar tingkat capaian perkembangan anak
Rakhmat,
Jalaluddin. 2005. Metode Penelitian
Komunikasi. Bandung : Rosda.
Riduwan dan Sunarto. 2011. Pengantar
Statistika. Bandung : Alfabeta.
Sardjono. 2005. Terapi Wicara. Jakarta:
Depertemen Pendidikan Nasional.
Tarigan.
Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.
Tarigan,
Henry Guntur. 2011. Pengajaran Kosakata.
Bandung : Angkasa.
Yaumi,
Muhammad, & Ibrahim. 2013. Pembelajaran
Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intellegences). Jakarta: Kencana
Prenadamedia Grup.
B. Jurnal
Umareani , Ni Putu Deshi. 2014. Hubungan Antara Kecerdasan Linguistik Dan Konsep Diri
dengan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Gugus Kompyang Sujana. Jurnal. http://www.e-jurnal.com.
Novriza, Sari. 2014. Hubungan Pemerolehan
Bahasa Pertama dengan Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun di Paud Haqiqi
Kota Bengkulu. Jurnal.repository.unib.ac.id
Tidak ada komentar: