Ads Top

hubungan Kecerdasan Bahasa dengan Keterampilan Berbicara

Hubungan  Kecerdasan Bahasa dengan Keterampilan Berbicara


A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bahasa pertama akan memberikan pengaruh  yang besar terhadap pemerolehan bahasa dan berbicara anak pada tahap selanjutnya terutama ketika anak mulai memasuki sekolah. Selama pemerolehan bahasa pertama  anak-anak menerima, memproses, menyimpan kata-kata, kalimat, ucapan yang ia dengar dari orang lain yang terdapat di lingkungannya. Kemudian pada saat anak berbicara, maka bahasa yang telah ia simpan tersebutlah yang akan menjadi bahasanya. Bahasa   dan   berbicara   sangat   dibutuhkan   oleh   anak   untuk mengungkapkan  apa  yang  ia  inginkan,  rasakan,  pikirkan  dan  yang  ia butuhkan. Jika seseorang anak mengalami keterlambatan dalam pemerolehan bahasa pertamanya, maka keterampilan berbicara anak juga akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu data tentang pemerolehan bahasa pertama dan keterampilan berbicara anak  di sekolah perlu diteliti.
Berdasarkan hasil pengamatan awal yang peneliti dapatkan pada anak yang berusia 4-5 tahun, anak memiliki bahasa  pertama  yang  sangat  beragam  jenisnya.  Bahasa  pertama  yang diperoleh dan digunakan anak sesuai dengan bahasa yang digunakan di lingkungan pertama anak temui pasca dilahirkan yaitu bahasa ayah dan bahasa ibu. Sering kali di sekolah anak menggunakan bahasa yang tidak bisa dimengerti oleh guru, dan sebaliknya anak juga sering tidak mengerti bahasa yang digunakan oleh guru. Sehingga keterampilan berbicara anak di sekolah masih tergolong rendah. Anak tidak mampu mengucapkan apa yang dia pikirkan, inginkan, rasakan, dengarkan dan dia harapkan dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh guru, sehingga anak hanya diam saja dan tidak mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang guru harapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Kecerdasan Bahasa (Linguistic Intellegence) dan Pemerolehan Bahasa Pertama dengan Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun di TK Peradaban Serang”.

B. RUMUSAN MASALAH
1.      Adakah hubungan  Kecerdasan Bahasa dengan Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun?
2.      Adakah hubungan Pemerolehan Bahasa Pertama dengan Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun?
3.       Adakah Kecerdasan Bahasa dan Pemerolehan Bahasa Pertama dengan Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun?

C. TUJUAN PENELITIAN
1.      Mengetahui hubungan Kecerdasan Bahasa dengan Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun.
2.      Mengetahui hubungan  Pemerolehan Bahasa Pertama dengan Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun.
3.      Mengetahui hubungan  Kecerdasan Bahasa dan Pemerolehan Bahasa Pertama dengan Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun.

D. LANDASAN TEORETIK
1.      Kecerdasan Bahasa (Linguistic Intellegence)
Gardner (Mulyasa, 2012:57) mengemukakan bahwa manusia mempunyai tujuh macam intelegensi, yaitu musical intellegence (musikalisasi), logical mathematical (logika matematika), bodily kinesthetic intelligence (inteligensi kelenturan tubuh), lingustic intellegence (inteligensi dalam bidang kebahasaan), spatial intelligence (intelegensi ruang), interpersonal intelligence (kecerdasar yang terkait dengan hubungan pribadi), dan intrapersonal intelligence (kecerdasan hubungan antarpersonal). Baindbridge (Yaumi & Ibrahim, 2013:9) mengatakan bahwa kecerdasan didefinisikan sebagai kemampuan mental umum untuk belajar dan menerapkan pengetahuan dalam memanipulasi lingkungan, serta kemampuan berfikir abstrak. Kecerdasan Bahasa adalah kecerdasan yang paling sering kita gunakan. Kita berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa. Pelajaran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia pun selalu jadi pelajaran wajib di sekolah-sekolah. Lebih lanjut Yaumi & Ibrahim (2013:11) mengemukakan bahwa kecerdasan bahasa (lingustic intellegence ) adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan sekaligus memahami informasi dan komunikasi kepada/dari orang/pihak lain, baik secara lisan maupun tertulis. 
Berdasarkan bebrapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan bahasa kemampuan pemanfaatan komunikasi untuk memahami informasi dari satu orang ke orang lain secara efektif. Kecerdasan ini dapat digunakan juga dalam menerapkan pengetahuan dan memanipulasi lingkungan secrta kemampuan berpikir.
Kecerdasan bahasa yang berkembang dengan baik dengan karakteristik berikut: 1. Menyimak dan bereaksi terhadap bunyi, irama, warna, dan berbagai kata-katayang diucapkan. 2. Meniru bunyi, bahasa, bacaan, dan tulisan dari orang lain. 3. Belajar melalui kemampuan menyimak, membaca, menulis dan berdiskusi. 4. Menyimak secara efektif, mengerti, menafsirkan, mengartikan, danmengingat apa yang telah dikatakan. 5. Membaca secara efektif, mengerti, merangkum, mengartikan ataumenjelaskan, dan mengingat apa yang telah dibaca. 6. berbicara secara efektif terhadap berbagai audiens tentang berbagai tujuan, dan mengetahui bagaimana cara berbicara dengan sederhana, fasih, persuasif,atau bersemangat pada saat-saat yang tepat. 7. Menulis dengan efektif; mengerti dan menerapkan kaidah-kaidah tata bahasa,pengucapan, tanda-tanda baca, dan menggunakan perbendaharaan kata secaraefektif. 8. Memperlihatkan kemampuan dalam mempelajari bahasa-bahasa lain. 9. Menggunakan kemampuan menyimak, berbicara, menulis dan membacauntuk mengingat berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, membujuk,menciptakan pengetahuan, membangun makna, dan mencerminkan renunganpada bahasa itu sendiri. 10. Berusaha meningkatkan kualitas penggunaan bahasanya sendiri. 11. Memperlihatkan minat pada jurnalisme, puisi, penceritaan, perdebatan,pembicaraan, penulisan, atau penyuntingan. Menciptakan bentuk-bentuk linguistik baru atau karya-karya tulisan asli ataukomunikasi lisan.

2.      Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Usia Dini (Taman Kanak-kanak)
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa melepaskan
diri  dari  bahasa.  Melalui  bahasa  manusia  bisa  bergaul  sesama manusia di muka bumi ini. Chaer (2009:30) menyatakan bahwa para pakar linguistik deskriptif mendefinisikan bahasa sebagai “satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer,” yang kemudian lazim ditambah  dengan “yang  digunakan  oleh  sekelompok  anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahasa ibu adalah  bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi  dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat   lingkungan.   Sedangkan   menurut   Akhadiah,   dkk. (1998:1.3) Pemerolehan bahasa anak merupakan proses anak mulai mengenal   komunikasi   dengan   lingkungannya   secara   verbal. Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak sejak semula tanpa bahasa  kini  telah  memperoleh  satu  bahasa.  Pada  pemerolehan bahasa  tersebut,  anak  lebih  mengarah pada  fungsi  komunikasi daripada  bentuk  bahasanya.  Anak  akan  mengucapkan  kata-kata untuk  keperluan  komunikasinya  dengan  orangtua  atau  kerabat
dekatnya.
Berdasarkan uraian  di atas penulis menyimpulkan bahwa bahasa pertama anak adalah bahasa yang pertama kali dikuasai oleh anak. Anak yang semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa yaitu bahasa yang digunakan oleh ayah, ibu atau bahasa yang terdapat di lingkungan anak. Bahasa pertama merupakan dasar bagi
anak  untuk  memperoleh  bahasa  kedua  dan  seterusnya.  Membedakan suara dari berbagai sumber.
Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang standar   tingkat   capaian   perkembangan   anak,   lingkup perkembangan bahasa anak usia 4-<5 tahun adalah sebagai berikut:
a)      Mendengarkan cerita yang dibacakan
b)      Menyimak perkataan orang lain  (bahasa ayah/bahasa ibu atau bahasa lainnya)
c)      Mengajukan pertanyaan
d)      Menjawab pertanyaan
e)      Bercerita
f)       Mengucapkan identitas diri                                                               
g)      Menyanyikan lagu-lagu anak                                                             
h)      Berdiskusi                       
i)        Mengungkapkan pendapat                                                                
j)        Menyebutkan kosakata yang dikenal (kata kerja, kata benda, kata sifat, kata perangkai/pengganti, kata keterangan, nama warna)
k)      Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan
l)        Memahami perkataan orang lain (ayah/ibu atau orang lain)
m)    Mengerti cerita yang dibacakan                                                         
n)      Membuat coretan bermakna
o)      Meniru huruf
p)      Mengenal simbol-simbol 

3.      Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini (Taman Kanak-kanak)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keterampilan adalah
kemampuan   untuk   menyelesaikan   tugas.   Kemampuan   sendiri
memiliki   arti   kesanggupan;   kecakapan;   kekuatan (Depdiknas,
2008:707). Salah satu aspek bahasa yang harus dikuasai anak adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya. Verekamp (Sardjono, 2005:7) mengemukakan bahwa bicara atau  wicara  sebagai  suatu  kemungkinan  manusia  mengucapkan
bunyi-bunyi  bahasa  melalui  organ   artikulasi  atau  merupakan
perbuatan manusia yang bersifat individual.
Dari berbagai definisi di atas penulis menggambil kesimpulan bahwa keterampilan bicara merupakan kemampuan, kesanggupan, kecakapan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, harapan, dan pengetahuan  kepada  orang  lain  dalam  bentuk  kata-kata  yang mempunyai arti agar apa yang disampaikan anak dapat dimengerti orang lain.
Tarigan, dkk. (2008:154) mengemukakan proses belajar bicara ini dapat dilihat dari  beberapa  kegiatan  di antaranya:
1)      berdialog;       
2)      berdiskusi;      
3)      mengajukan pertanyaan;        
4)      menjawab pertanyaan;           
5)      mengungkapkan pendapat;
6)      memperkenalkan identitas diri;
7)      bercerita;
8)      bernyanyi;
9)      membuat  lelucon/teka-teki  sederhana;
10)  menyebutkan  kosakata  yang  dikenal (kata  benda,  kata  sifat,  kata  keterangan,  kata  ganti  atau  kata penghubung, kosakata warna).

E. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Kelanjutan dari metode deskriptif ini yaitu metode korelasional, di mana peneliti mencoba meneliti hubungan antara variabel-variabel. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi faktor lain (Rakhmat, 2005:27). Maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, di mana penelitian ini mencoba meneliti hubungan antara variabel-variabel yaitu kecerdasan bahasa sebagai variabel (X1), pemerolehan bahasa pertama sebagai variabel (X2) dan keterampilan berbicar sebagai variabel (Y).

F. HIPOTESIS PENELITIAN
Maka hipotesis penelitian ini adalah:
1.  H0 =  Tidak terdapat  hubungan  yang signifikan antara kecerdasan berbicara dengan keterampilan berbicara anak usia   4-5 tahun.
H=  Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan berbicara dengan keterampilan berbicara anak usia 4-5 tahun.

2.  H0 =  Tidak terdapat  hubungan  yang signifikan antara pemerolehan bahasa pertama dengan keterampilan berbicara anak usia        4-5 tahun.
H=  Terdapat hubungan yang signifikan antara pemerolehan bahasa pertama dengan keterampilan berbicara anak usia 4-5 tahun.

3.  H0 =     Tidak terdapat  hubungan  yang signifikan antara kecerdasan berbicara dan pemerolehan bahasa pertama dengan keterampilan berbicara anak usia 4-5 tahun.
Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan berbicara dan pemerolehan bahasa pertama dengan keterampilan berbicara anak usia 4-5 tahun.

G. POPULASI DAN SAMPEL
1)      Populasi
  Menurut Arikunto (2010:173) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi penelitian ini adalah siswa TK Peradaban Serang  yang berjumlah 30 siswa. Kelas TK A berjumlah 15 siswa, Kelas TK B berjumlah 15 siswa.



2)      Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti (Riduwan, 2005 :11). Agar penelitian ini menghasilkan data yang baik dan efisien maka untuk mendapatkan sample yang representatif, penelitian ini mengambil samping random atau pengundian. Dari 2 kelas yang diundi maka kelas TK B yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 15 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

H. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Adapun rincian sebagai berikut:
a)      Angket Kecerdasan Bahasa
Angket ini digunakan untuk mengetahui data tentang tanggapan kecerdasan berbahasa anak. Kecerdasan bahasa yang berkembang dengan baik dengan karakteristik berikut: 1. Menyimak dan bereaksi terhadap bunyi, irama, warna, dan berbagai kata-katayang diucapkan. 2. Meniru bunyi, bahasa, bacaan, dan tulisan dari orang lain. 3. Belajar melalui kemampuan menyimak, membaca, menulis dan berdiskusi. 4. Menyimak secara efektif, mengerti, menafsirkan, mengartikan, danmengingat apa yang telah dikatakan. 5. Membaca secara efektif, mengerti, merangkum, mengartikan ataumenjelaskan, dan mengingat apa yang telah dibaca. 6. berbicara secara efektif terhadap berbagai audiens tentang berbagai tujuan, dan mengetahui bagaimana cara berbicara dengan sederhana, fasih, persuasif,atau bersemangat pada saat-saat yang tepat. 7. Menulis dengan efektif; mengerti dan menerapkan kaidah-kaidah tata bahasa,pengucapan, tanda-tanda baca, dan menggunakan perbendaharaan kata secaraefektif. 8. Memperlihatkan kemampuan dalam mempelajari bahasa-bahasa lain. 9. Menggunakan kemampuan menyimak, berbicara, menulis dan membacauntuk mengingat berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, membujuk,menciptakan pengetahuan, membangun makna, dan mencerminkan renunganpada bahasa itu sendiri. 10. Berusaha meningkatkan kualitas penggunaan bahasanya sendiri. 11. Memperlihatkan minat pada jurnalisme, puisi, penceritaan, perdebatan,pembicaraan, penulisan, atau penyuntingan. Menciptakan bentuk-bentuk linguistik baru atau karya-karya tulisan asli ataukomunikasi lisan.
b)      Angket Pemerolehan Bahasa
Angket  disebarkan  kepada  orangtua  anak  yang  dijadikan sampel penelitian dan kepada guru di sekolah. Instrumen kuesioner terdiri dari lima alternatif jawaban yaitu: (a) sering sekali dengan nilai 5, (b)  sering dengan nilai 4, (c) kadang-kadang dengan nilai 3 (d) jarang dengan nilai 2, dan (e) jarang sekali dengan nilai 1.
1)      Membedakan suara dari berbagai sumber
2)      Mendengarkan cerita yang dibacakan
3)      Menyimak perkataan orang lain  (bahasa ayah/bahasa ibu atau bahasa lainnya)
4)      Mengajukan pertanyaan
5)      Menjawab pertanyaan
6)      Bercerita
7)      Mengucapkan identitas diri   
8)      Menyanyikan lagu-lagu anak 
9)      Berdiskusi                             
10)  Mengungkapkan pendapat    
11)  Menyebutkan kosakata yang dikenal (kata kerja, kata benda, kata sifat, kata perangkai/pengganti, kata keterangan, nama warna)
12)  Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan
13)  Memahami perkataan orang lain (ayah/ibu atau orang lain)
14)  Mengerti cerita yang dibacakan                                                               
15)  Membuat coretan bermakna
16)  Meniru huruf
17)  Mengenal simbol-simbol       
d)     Angket Keterampilan Berbicara
Angket  disebarkan  kepada  orangtua  anak  yang  dijadikan sampel penelitian dan kepada guru di sekolah. Instrumen kuesioner terdiri dari lima alternatif jawaban yaitu: (a) sering sekali dengan nilai 5, (b)  sering dengan nilai 4, (c) kadang-kadang dengan nilai 3 (d) jarang dengan nilai 2, dan (e) jarang sekali dengan nilai 1.
Keterampilan berbicara anak usia usia 4-5 tahun adalah keterampilan  bicara pada anak yang terjadi ketika anak mulai berinteraksi dengan   teman,   guru,   serta   lingkungannya,   khususnya   di   sekolah. Keterampilan berbicara ini dilihat dari keberhasilan anak menguasai tugas utama dalam proses belajar berbicara sesuai dengan tingkatan usia. Tugas utama  dalam  proses  belajar  bicara  adalah  pengucapan,  pengembangan kosakata serta pembentukan kalimat. Proses belajar bicara ini dapat dilihat dari  beberapa  kegiatan  diantaranya:          (1)  berdialog; (2)  berdiskusi;            (3) mengajukan pertanyaan;      (4) menjawab pertanyaan;      (5) mengungkapkan pendapat; (6) memperkenalkan identitas diri; (7) bercerita; (8) bernyanyi; (9) membuat  lelucon/teka-teki  sederhana; (10) menyebutkan  kosakata  yang  dikenal      (kata  benda,  kata  sifat,  kata  keterangan,  kata  ganti  atau  kata penghubung, kosakata warna).

I. TEKNIK ANALISIS DATA
Sesuai dengan rumusan  masalah dari hipotesis yang telah diuraikan dan disusun, maka teknik yang sesuai untuk menganalis data tersebut adalah teknik korelasi. Menurut Arikunto (2010: 278) pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah:
1)      Persiapan
Kegiatan dalam langkah persiapan ini adalah mengecek  nama dan kelengkapan identitas pengisi,  mengecek kelengkapan data (penyusunan instrumen, menganalisis instrumen).
2)      Tabulasi
Pada tahap ini adalah pemberian skor, pemberian kode terhadap item-item yang tidak diberi skor, dan mencatat data ke dalam induk penelitian.
3)      Penerapan data sesuai dengan penelitian
Pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, dibuatlah analisis statistik data sebagai berikut:
1)      Uji Validitas
Butir soal dan angket yang digunakan dalam pengumpulan data harus baik dan sesuai dengan kenyataan, yang disebut valid. Validitas adalah suatu ukuran yang  menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument (Arikunto, 2010:211). Peneliti menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson untuk menentukan validitas data.
2)      Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabiltas dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010: 221). Rumus yang digunakan untuk analisis reliabilitas butir soal berbeda dengan rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas angket.
Pengukuran reliabilitas angket dilakukan dengan rumus Alpha, karena reliabilitas angket skornya rentangan nilai antara skala 1-3, 1-4, 1-5, dan seterusnya.
3)      Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data dengan rumus korelasi product moment yaitu:

(Arikunto, 2010: 316)
Kemudian setelah hipotesis X1 dan X2 ditemukan untuk menguji hipotesis dengan tiga variabel, peneliti menggunakan hipotesis asosiatif yang berupa korelasi Pearson Product Moment yang menggunakan korelasi ganda dengan rumus sebagai beerikut:

Keterangan:
 korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y
      =  korelasi product moment antara X1 dengan Y
      = korelasi product moment antara X2  dengan Y
     = korelasi product moment antara X1  dengan X2
          Untuk menguji signifikasi korelasi Product Moment dapat digunakan rumus sebagai berikut:
          Untuk menguji signifikasi korelasi ganda digunakan rumus sebagai  berikut:

Keterangan:
R   = Koefisien korelasi ganda
k    = Jumlah variabel independen
n    = Jumlah anggota sampel



J. DAFTAR PUSTAKA

A.  Buku
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.

Akhadiah,   dkk. 1998.

Chaer, Abdul. 2009. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Balai Pustaka.

Mulyasa, H.E. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: Rosda Karya.

Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang
standar   tingkat   capaian   perkembangan   anak

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Rosda.

Riduwan dan Sunarto. 2011. Pengantar Statistika. Bandung : Alfabeta.

Sardjono. 2005. Terapi Wicara. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional.

Tarigan. Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2011. Pengajaran Kosakata. Bandung : Angkasa. 

Yaumi, Muhammad, & Ibrahim. 2013. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intellegences). Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup.


B.  Jurnal

 

Umareani , Ni Putu Deshi. 2014. Hubungan Antara Kecerdasan Linguistik Dan Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Gugus Kompyang Sujana. Jurnal. http://www.e-jurnal.com.

Novriza, Sari. 2014. Hubungan Pemerolehan Bahasa Pertama dengan Keterampilan Berbicara Anak Usia 4-5 Tahun di Paud Haqiqi  Kota Bengkulu. Jurnal.repository.unib.ac.id


Tidak ada komentar:

zakifahrizal. Diberdayakan oleh Blogger.