HIKAYAT NILA UTAMA
HIKAYAT NILA UTAMA
Pada
zaman dahulu kala hiduplah Sang Nila Utama yang tinggal di Bitan, ia memiliki
seorang istri yang bernama Wan Seri Beni. Sang Nila Utama adalah putra dari
Raja Iskandar Syah. Pada suatu ketika Sang Nila Utama ingin pergi bersama-sama
ke Tanjung Bemban dan mengajak dayang-dayang Baginda (Iskandar Syah). Lalu
Banginda menceritakan hal tersebut kepada permaisuri. Permaisuri pun bertanya
kepada Baginda “Apa yang akan dilakukan anak kita disana? Apakah tidak ada rusa
dan pelanduk dikandangnya, serta kijang dan landak didalam kurungannya? Apakah
semua jenis ikan dan kerang-kerangan tidak ada di kolam? Mengapa anak kita
ingin pergi terlalu jauh?”
Sang
Nila Utama pun berkata kepada permaisuri, “ Semua sungai di Bitan ini sudah
saya kunjungi untuk tempat bermain. Kabarnya di Tanjung Bemban sangat baik. Dan
jika saya tidak diizinkan pergi ke Tanjung Bemban saya akan merasa serba salah,
karena hati saya tidak senang.”
Meskipun
permaisuri tidak mengizinkan, namun Baginda Raja membujuk permaisuri untuk
membiarkannya pergi. “Daripada anak kita sedih sebaiknya biarkan dia untuk
pergi.”
Permaisuri
pun menyuruh Indera Bupala dan Aria Bupala untuk mempersiapkan semuanya.
Setelah semuanya lengkap, Sang Nila Utama berangkat bersama dayang-dayang
Baginda. Semua perlengkapan telah masuk ke dalam kapal dan kemudian didayung
untuk berlayar.
Setelah
sampai ke Tanjung Bemban, Sang Nila Utama turun dan berjalan melewati pasir.
Kemudian semua orang juga ikut turun untuk bermain dan mengambil
kerang-kerangan. Sang Nila Utama sangat senang meihat dayang-dayang bermain.
Mereka bermain dengan kesukaan masing- masing.
Sedangkan
Sang Nila Utama beserta menteri, pegawai dan rakyatnya pergi untuk beburu.
Mereka mendapat hasil buruan yang banyak. Tiba-tiba ada seekor rusa dihadapan
Sang Nila Utama yang kemudian ditikam tepat dirusuknya lalu rusa itu
mati. Sang Nila Utama kemudian mendekati sebuah batu besar dan
tinggi kemudian naik diatasnya dan memandang ke seberang. Ia melihat pasir
putih yang terhampar. Ia pun bertanya kepada Indera Bupala, “Pasir itu berada
dimana?” Lalu Indera Bupala menjawab, “Itu adalah ujung tanah besar, Temasik
namanya.”
“Mari
kita kesana.” Perintah Sang Nila Utama . Mereka pun naik perahu untuk
menyeberang.
Setelah
sampai di tengah laut tiba-tiba ada badai besar yang membuat air masuk ke dalam
kapal. Orang-orang pun menimba air tersebut agar kapal tidak tenggelam.
Penghulu kapal akhirnya meminta untuk membuang beban berat di kapal,
orang-orang itu pun menurutinya. Mereka membuang semua harta dan hanya
menyisakan mahkota raja. Akhirnya penghulu kapal berbicara kepada Sang Nila
Utama, “Tuanku yang tersisa hanyalah mahkota jika kita membuangnya maka kapal
tidak akan tenggelam dan badai akan segera reda.
Sang
Nila Utama menjawab, “Jika demikian maka buanglah.” Kemudian orang- orang
tersebut membuang mahkota raja. Beberapa saat kemudian badai reda dan
orang-orang mendayung kapal ketepian pantai. Sesampainya di pantai, Sang Nila
Utama turun dan berjalan melewati pasir putih hingga sampai kepada kuala
Temasik.
Beberapa
saat kemudian mereka melihat seekor binatang yang lincah, dengan tubuh berwarna
merah , kepalanya berwarna hitam serta dadanya yang putih. Binatang itu
terlihat sangat kuat dan badannya lebih besar dibandingkan dengan kambing
randuk. Binatang itu melihat orang disekitar kemudian menuju ke daratan dan
menghilang. Sang Nila Utama pun bertanya-tanya kepada orang-orang, “Binatang apa
itu?” Namun tidak ada seorang pun yang tahu.
Akhirnya
Demang Lebar Daun bercerita pada Sang Nila Utama, “Tuanku, pada zaman dahulu
kala ada seekor singa yang memiliki sifat seperti itu. Termasuk di tempat ini
juga terdapat banyak binatang buas.”
Kemudian
Sang Nila Utama mengutus Indera Bupala, “Pulanglah ke kerajaan. Dan katakan
kepada Bunda bahwa kami tidak akan kembali. Mintalah kepada Bunda untuk
mengirimkan rakyat, gajah, dan kuda. Kita akan membuat negeri di Temasik ini.”
Indera
Bupala akhirnya kembali ke Bitan dan menyampaikan pesan Sang Nila Utama kepada
permaisuri. Sang permaisuri pun menyetujui permintaan Sang Nila Utama. Sang
Nila Utama mendirikan Kerajaan di Temasik yang kemudian diberi nama Singapura.
Sang
Nila Utama kemudian mendapat gelar Bat Seri Teribuana. Setelah beberapa lama
raja Singapura yaitu sang Nila Utama menikah dan memiliki dua putra yang
memiliki wajah yang tampan. Anak pertama diberi nama Raja Kecil Besar,
sedangkan yang bungsu duberi nama Raja Kecil Muda. Negeri Singapura menjadi
negeri yang makmur dan bandar pelabuhan menjadi pusat perdagangan.
Tidak ada komentar: