Banten Apa Identitasmu?
Zaki
Fahrizal
Berbicara Indonesia tak enak
jika tidak menyebut nama Banten. Ya Banten merupakan provinsi yang baru 17
tahun beridiri, dengan luas wilayah 9160 km2. Dengan komposisi penduduknya
Sunda (36%), Jawa (28%),Banten (21%), Betawi (9%), Lain-lain (4%), Tionghoa (2%).
Sebagian besar anggota masyarakat memeluk agama Islam dengan semangat religius
yang tinggi, tetapi pemeluk agama lain dapat hidup berdampingan dengan damai.
Potensi, dan kekhasan budaya
masyarakat Banten, antara lain seni bela diri silat, Debus, Rudad, Umbruk, Tari
Saman, Tari Topeng, Tari Cokek, Dog-dog, Palingtung, dan Lojor. Di samping itu
juga terdapat peninggalan warisan leluhur antara lain Masjid Agung Banten Lama,
Keraton Kaibon, dan masih banyak peninggalan lain Banten praislam sampai Banten
pascaislam.
Tetapi yang menjadi
pertanyaan, apakah kesemuanya itu mewakili identitas Banten? Bagaimana di tempat
lain? Apakah di daerah lain terdapat produk budaya yang mirip dengan silat dan debus?
Ataukah silat dan debus hanya ada di Banten?
Bagaimana silat Cimande asal
Jawa Barat? Siapa yang terlebih dahulu menciptakan? Kesenian bela diri silat
dilihat dari persebarannya ada di beberapa daerah. Hanya saja penamaannya yang
berbeda. Begitu juga dengan kesenian debus. Coba lihat budaya masyarakat Jawa
Timur, Jejaranan atau Kuda Lumping. Sama–sama menampilkan seni kekebalan tubuh.
Selain itu, bila mengatakan Provinsi
Banten ke masyarakat luar Banten, pasti kata yang dirujuk kedua yakni kata
Baduy. Apakah masyarakat baduy merupakan produk budaya Provinsi Banten? Kalau
produk Banten sejak kapan Baduy ada di Provinsi Banten? Apakah terdapat
masyarakat adat yang sama juga di Jawa Barat secara letak geografis berdekatan
dengan Banten?
Selanjutnya mengenai nama khas
dari Banten, masyarakat Banten terutama yang memiliki nama Tubagus atau Ratu
merasa bangga. Mengapa bangga? Mungkin karena mereka berpikir kalau mereka merupakan
keturunan raja-raja Banten. Tetapi pertanyaannya sekarang, apakah nama tubagus
itu asli dari Banten? Pertanyaan selanjutnya adakah pemberian nama untuk
seseorang yang asli mencerminkan identitas warga Banten seperti halnya
masyarakat sunda Jawa Barat dan masyarakat jawa.
Bila kita bertemu dengan
seseorang di bus, selanjutnya berkenalan dan saling tukar identitas. Kemudian
ia mengucapkan nama Nana Natakusumah. Tentu kita sudah tau dari mana ia
berasal. Nama-nama seperti Natakusumah, Natadisastra, Nani Suryani, dan lain
sebagainya mencirikan dari Jawa Barat. Sedangkan kalau ia menyebutkan namanya
Agus Nugroho maka dimungkinkan ia berasal dari jawa, entah itu Jawa Tengah
ataupun Jawa Timur. Nama-nama seperti Nugroho, Yudhoyono, Siswanto dan lain lain
yang berakhiran “O” dimungkinkan berasal dari jawa.
Kemudian ke produk budaya yang
lain yakni bahasa. Sebagian orang merasa bangga bahasa yang mereka gunakan
adalah bahasa asli Banten. Bahasa yang mana? Jawa? Sunda? Bahasa Indonesia?
Perlu diketahui bahwa
bahasa-bahasa yang ada di Banten merupakan produk bahasa masyarakat sebelum Provinsi
Banten beridiri. Bahasa jawa masuk ke Banten melalui orang-orang demak dan
cirebon yang ikut rombongan Syarif Hidayatullah menaklukkan kerajaan Hindu Banten.
Sedangkan bahasa sunda yang ada di Banten merupakan produk bahasa masyarakat
Kerajaan Hindu Pandjajaran.
Bagaimana dengan produk
tekstil? Batik contohnya? Secara historis, Banten tidak memiliki kaitan dengan
produk membatik. Bukankah ada produk batik Baduy? Sekarang perhatikan,
bagaimana motif batik Baduy itu? Bagaimana dengan warnanya? Apakah itu yang
dimaskud dengan batik khas Baduy? Lihat saja merk-nya. Atau tanya pedanga batik baduy di ciboleger. Pasti mereka
akan mengatakan bahwa batiknya dikirim dari Jawa Tengah atau Jawa Barat. Selain
itu, di wilayah Jawa Barat bagian selatan, dapat ditemui motif dan warna yang
persis sama dengan batik baduy. Masih bisa dikatakankah batik baduy adalah
identitas Banten?
Lalu apakah identitas Provinsi
Banten sekarang? Apakah cukup Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja? Hal inilah yang
harus dicari dan harus digali secara mendalam oleh kita sebagai masyarakat Provinsi
Banten. Pemerintah daerah harus bekerja keras memaksimalkan potensi wisata
alam, potensi budaya, potensi wisata ziarah dan potensi-potensi yang lain
sehingga menjadi Banten yang Exciting.
Kearifan budaya lokal
merupakan inti dari kebudayaan
yang harus dikembangkan oleh masyarakat Banten. Lestarinya kearifan
lokal merupakan bukti yang menunjukkan identitas Provinsi Banten tetap
berkembang di tengah perubahan zaman dewasa ini.
Banten harus bangkit!
Banten harus beridentitas!
Banten harus tumbuh menjadi
provinsi yang berdikari!
Jangan terlena oleh kejayaan
masa lampau
Kita hari ini harus lebih baik
dari masa lalu!
Ayo ke Banten!
*Dimuat dalam Harian Umum Radar Banten edisi
Senin 11 Desember 2017
Tidak ada komentar: