FILSAFAT ILMU (METODE EMPIRISME)
FILSAFAT
ILMU
METODE
EMPIRISME
1. Pengertian Metode Empirisme
Metode
Empiris adalah Metode yang menggunakan pengalaman-pengalaman nyata untuk
kemudian disusun bersama secara geometris. Secara etimologis Empiris berasal
dari kata bahasa Inggris empiricism dan experience. Kata-kata ini
berakar dari kata bahasa Yunani (empeiria) yang berarti pengalaman
Sementara menurut A.R. Lacey berdasarkan akar katanya Empirisme adalah aliran
dalam filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau
parsial didasarkan kepada pengalaman yang menggunakan indera.
Metode
Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan dengan kemunculan
ilmu pengetahuan modern dan metode ilmiah. Metode Empirisme menekankan bahwa
ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa yang dapat diamati dan
diuji. Oleh karena itu, aliran empirisme memiliki sifat kritis terhadap
abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan memperoleh ilmu. Strategi utama
pemerolehan ilmu, dilakukan dengan penerapan metode ilmiah.
Para
penganut aliran empiris dalam berfilsafat bertolak belakang dengan para
penganut aliran rasionalisme. Mereka menentang pendapat-pendapat para penganut
rasionalisme yang didasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori.
Menurut pendapat penganut empirisme, metode ilmu pengetahuan itu bukanlah
bersifat apriori tetapi posteriori, yaitu metode yang berdasarkan atas hal-hal
yang datang, terjadinya atau adanya kemudian.
Bagi penganut empirisme sumber
pengetahuan yang memadai itu adalah pengalaman. Yang dimaksud dengan pengalaman
di sini adalah pengalaman lahir yang menyangkut dunia dan pengalaman batin yang
menyangkut pribadi manusia. Sedangkan akal manusia hanya berfungsi dan bertugas
untuk mengatur dan mengolah bahan-bahan atau data yang diperoleh melalui
pengalaman.
2. Tokoh-tokoh
Empirisme
Aliran
empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679),
namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David
Hume.
a. Jonh
Locke (1673-1704)
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates
Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John
termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu essay concerning human understanding,
terbit tahun 1600; letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two
treatises on government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi
terhadap aliran rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran
adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang
diperoleh melalui panca indera. Dengan ungkapan singkat Locke :
Segala
sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih
dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi.
Dengan
demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal budi)
dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiri).
b. David
Hume (1711-1776).
David Hume lahir di Edinburg Scotland tahun 1711 dan wafat tahun 1776 di
kota yang sama. Hume seorang nyang menguasai hukum, sastra dan juga filsafat.
Karya tepentingnya ialah an encuiry concercing humen understanding, terbit
tahun 1748 dan an encuiry into the principles of moral yang terbit tahun 1751.
Pemikiran
empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I never
catch my self at any time with out a perception (saya selalu memiliki
persepsi pada setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume menyampaikan
bahwa seluruh pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan
(impression). Pemikiran ini lebih maju selangkah dalam merumuskan bagaimana
sesuatu pengetahuan terangkai dari pengalaman, yaitu melalui suatu institusi
dalam diri manusia (impression, atau kesan yang disistematiskan ) dan kemudian
menjadi pengetahuan. Di samping itu pemikiran Hume ini merupakan usaha
analisias agar empirisme dapat di rasionalkan teutama dalam pemunculan ilmu
pengetahuan yang di dasarkan pada pengamatan “(observasi ) dan uji coba
(eksperimentasi), kemudian menimbulkan kesan-kesan, kemudian
pengertian-pengertian dan akhirnya pengetahuan.
Empirisme menganjurkan agar kita kembali kepada kenyataan yang sebenarnya
(alam) untuk mendapatkan pengetahuan, karena kebenaran tidak ada secara apriori
di benak kita melainkan harus diperoleh dari pengalaman. Melalui pandangannya,
pengetahuan yang hanya dianggap valid adalah bentuk yang dihasilkan oleh fungsi
pancaindra selain dari padanya adalah bukan kebenaran (baca omong kosong). Dan
mereka berpendapat bahwa tidak dapat dibuat sebuah klaim (pengetahuan) atas
perkara dibalik penampakan (noumena) baik melalui pengalaman faktual maupun
prinsip-prinsip keniscayaan. Artinya dimensi pengetahuan hanya sebatas
persentuhan alam dengan pancaindra, diluar perkara-perkara pengalaman yang
dapat tercerap secara fisik adalah tidak valid dan tidak dapat diketahui dan
tidak dianggap keabsahan sumbernya.
Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat
diperoleh lewat pengalaman. Jika kita sedang berusaha untuk meyakinkan seorang
empiris bahwa sesuatu itu ada, dia akan berkata “Tunjukkan hal itu kepada
saya”. Dalam persoalan mengenai fakta maka dia harus diyakinkan oleh pengalamannya
sendiri. Jika kita mengatakan kepada dia bahwa ada seekor harimau di kamar mandinya, pertama dia minta kita untuk
menceriterakan bagaimana kita sampai pada kesimpulan itu. Jika kemudian kita
terangkan bahwa kita melihat harimau itu dalam kamar mandi, baru kaum empiris
akan mau mendengar laporan mengenai pengalaman kita itu, namun dia hanya akan
menerima hal tersebut jika dia atau orang lain dapat memeriksa kebenaran yang
kita ajukan, dengan jalan melihat harimau itu dengan mata kepalanya sendiri.
Dua aspek dan teori empiris terdapat dalam contoh di atas tadi. Pertama adalah
perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui. Yang mengetahui adalah
subyek dan benda yang diketahui adalah obyek. Terdapat alam nyata yang terdiri
dan fakta atau obyek yang dapat ditangkap oleh seseorang. Kedua, kebenaran atau
pengujian kebenaran dan fakta atau obyek didasarkan kepada pengalaman manusia.
Agar berarti bagi kaum empiris, maka pernyataan tentang ada atau tidak adanya
sesuatu haruslah memenuhi persyaratan pengujian publik.
Sumber :
·
https://caturyudhasusilaaji.wordpress.com/2013/07/02/pengertian-filsafat-ilmu-cabang-filsafat-ilmu-metode-filsafat-ilmu-aliran-filsafat-ilmu-objek-kajian-filsafat-bidang-filsafat-jalinan-ilmu-dan-agama/
Tidak ada komentar: