HAKIKAT STUDI KASUS (METODE DAN PENERAPAN)
HAKIKAT STUDI KASUS (METODE DAN PENERAPAN)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Kasus merupakan suatu permasalahan yang dihadapi oleh konseli atau
klien. Sebuah kasus harus segera diselesaikan agar siswa atau konseli dapat
melakukan kegiatan belajar dengan baik dan menyelesaikan tugas-tugas. Creswell dalam
bukunya yang berjudul “Qualitative Inquiry And Research
Design” mengungkapkan lima
tradisi penelitian, yaitu:
biografi, fenomenologi, grounded theory study, studi kasus dan
etnografi. Salah satu tradisi yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah
studi kasus yang telah lama dipandang sebagai metode penelitian yang “amat lemah”. Para peneliti yang menggunakan
studi kasus dianggap
melakukan “keanehan” dalam disiplin
akademisnya karena tingkat ketepatannya (secara kuantitatif),
objektivitas dan kekuatan penelitiannya dinilai tidak memadai (Robert K. Yin, 1989:
1). Walaupun demikian, studi kasus tetap dipergunakan secara luas dalam
penelitian ilmu-ilmu sosial, baik dalam bidang
psikologi, sosiologi, ilmu
politik, antropologi, sejarah
dan ekonomi
maupun dalam bidang ilmu-ilmu praktis
seperti pendidikan, perencanaan wilayah
perkotaan,
administrasi umum, ilmu-ilmu
manajemen dan lain
sebagainya.
2.
Rumusan Masalah
Agar makalah ini lebih
terfokus, maka penulis akan mengkaji:
1.
Apakah itu studi kasus menurut para ahli? Dan Apakah itu Studi
kasus dalam penelitian pendidikan?
2.
Apa saja Karakteristik Studi kasus?
3.
Apa tujuam penelitian studi kasus?
3.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan
dari makalah ini adalah:
1.
Ingin mengetahui apa studi kasus menurut
para ahli, apa studi kasus dalam penelitian pendidikan
2.
Ingin mengetahui karakteristik studi kasus
3.
Ingin mengetahui tujuan penelitian studi
kasus
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Studi Kasus menurut Para Ahli
Creswell
memulai pemaparan studi kasus
dengan gambar tentang kedudukan studi kasus dalam lima tradisi
penelitian kualitatif yang dikemukakan. Menurutnya fokus sebuah biografi
adalah kehidupan seorang
individu, fokus fenomenologi adalah
memahami sebuah konsep atau fenomena, fokus suatu teori dasar adalah
seseorang yang mengembangkan sebuah teori, fokus etnografi adalah sebuah potret
budaya dari suatu kelompok budaya atau
suatu individu, dan fokus
studi kasus adalah spesifikasi kasus dalam suatu kejadian baik
itu yang mencakup individu, kelompok budaya ataupun
suatu potret kehidupan. (W. Creswell, 1998:
37). Lebih lanjut Creswell mengemukakan
beberapa karakteristik dari suatu studi kasus
yaitu :
(1) mengidentifikasi“kasus”
untuk suatu studi;
(2) Kasus tersebut merupakan sebuah“sistem yang
terikat” oleh waktu dan tempat;
(3) Studi kasus menggunakan berbagai sumber informasi
dalam pengumpulan datanya untuk memberikan gambaran secara terinci dan mendalam
tentang respons dari suatu peristiwa.
(4) Menggunakan
pendekatan studi kasus, peneliti akan“menghabiskan waktu” dalam menggambarkan
konteks atau setting untuk suatu kasus. (W. Creswell, 1998: 36).
Hal ini mengisyaratkan
bahwa suatu kasus dapat dikaji menjadi sebuah objek studi (Stake, 1995)
maupun mempertimbangkannya menjadi
sebuah metodologi (Merriam, 1988).
Berdasarkan paparan di
atas, dapat diungkapkan bahwa studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari “suatu system yang terikat”
atau “suatu kasus/beragam kasus” yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan
data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang “kaya” dalam
suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus
dapat dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu (W.
Creswell, 1998: 36). Dengan perkataan
lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena
tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses,
institusi atau kelompok sosial) serta
mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data selama periode tertentu.
Sedangkan menurut Stake,
Studi kasus tidak selalu menggunakan pendekatan kualitatif, ada beberapa studi
kasus yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Stake, dalam membahas studi
kasus, akan menekankan pendekatan kualitatif, bersifat naturalistik, berbasis
pada budaya dan minat fenomenologi. Studi kasus bukan merupakan pilihan
metodologi, tetapi pilihan masalah yang bersifat khusus untuk dipelajari.
Terdapat contoh masalah yang dapat bersifat kuantitatif, misalnya; anak yang
sakit, dokter mempelajari anak yang sakit dapat bersifat kualitatif maupun
kuantitatif, walaupun catatan dokter lebih bersifat kuantitatif ketimbang
kualitatif. Contoh lain studi tentang anak yang diabaikan (neglected child) dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif,
walaupun catatan pekerja sosial lebih bersifat kualitatif ketimbang
kuantitatif. Sebagai suatu bentuk penelitian, pemilihan studi kasus lebih
ditentukan oleh ketertarikan pada kasus-kasus yang bersifat individual, bukan
oleh pemilihan penggunaan metode penelitian. Selanjutnya, Stake menjelaskan
bahwa nama studi kasus ditekankan oleh beberapa peneliti karena memokuskan
tentang apa yang dapat dipelajari secara khusus pada kasus tunggal.
Penekanan studi kasus
adalah memaksimalkan pemahaman tentang kasus yang dipelajari dan bukan untuk
mendapatkan generalisasi. Lebih lanjut, Stake menjelaskan tentang identifikasi
kasus bahwa kasus dapat bersifat sederhana tetapi dapat juga bersifat kompleks.
Kasus dapat bersifat tunggal misalnya hanya terkait dengan seorang anak, atau
banyak misalnya satu kelas, atau bersifat kompleks misalnya kaum profesional
yang mempelajari anak dalam masa kanak-kanak. Waktu yang dibutuhkan untuk
mempelajari dapat pendek atau panjang, tergantung waktu untuk berkonsentrasi.
Setelah menentukan mempelajari suatu kasus, peneliti seyogyanya terlibat secara
mendalam pada kasus tersebut. Selanjutnya, Stake menjelaskan bahwa apabila
ingin mempelajari suatu kasus, tidak mungkin memahami secara mendalam tanpa
mengetahui tentang kasus-kasus lain. Tetapi apabila sumber daya terbatas, maka
lebih baik hanya berkonsentrasi memahami kompleksitas satu kasus saja tanpa
harus melakukan perbandingan antar kasus-kasus tersebut. Apabila mempelajari lebih
dari satu kasus, maka sebaiknya penelitian berkonsentrasi pada kasus tunggal.
Dari pandangan-pandangan Stake tersebut dapat disimpulkan tentang studi kasus
dan ciri-cirinya sebagai berikut: Studi kasus adalah suatu bentuk penelitian
(inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan
(particularity), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun
kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan
masyarakat luas.
Menurut Bogdan dan Bikien
(1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau
satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa
tertentu. Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu
pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan
rinci.
Menurut Yin (Tohirin,
2012: 25) study kasus merupakan suatu inkuiri empirik untuk meneliti suatu
fenomena kontemporer dalam konteks yang sebenarnya. Dan juga Yin memberikan
batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya (Surachmad,
1982:3).
Ary, Jacobs, dan Razavieh
(http://penelitianstudikasus.blogspot.com/)menjelasan bahwa dalam studi kasus
hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para
peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting. Menurut Arikunto
(2006) Studi Kasus merupakan suatu penelitian yang dilakukan secara intensif,
terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, intuisi atau gejala-gejala
tertentu. Dalam Studi kasus peneliti mencoba untuk mencermati individu atau
satu unit secara mendalam. Umumnya studi kasus dilakukan karena kebutuhan
pemecahan masalah. (Surachmad, 1982:3).
Oleh karena beberapa
klasifikasi “kasus” sebagai objek studi (Stake, 1955) dan “kasus” lainnya
dianggap sebagai suatu metodologi (Robert K. Yin, 1989: 3) maka penjelasan
studi kasus merupakan studi yang mendetail yang dapat menggunakan banyak sumber
data untuk menjelaskan sebuah variabel atau hal yang diteliti. Kasus bisa
dipilih karena keunikannya atau kasus bisa digunakan untuk mengilustrasikan
suatu isu. Fokus penelitian dapat berupa satu entitas (penelitian di suatu
tempat) atau beberapa entitas (studi multi tempat/multi-site). Penelitian ini
mendeskripsikan kasus, analisis tema atau isu, dan interpretasi atau pembuktian
penelitian terhadap kasus.
Jadi dari beberapa
pengertian di atas tadi, maka penulis dapat membuat Defenisi Pengertian Studi
kasus pendidikan adalah bentuk penelitian pendidikan yang mendalam tentang
suatu aspek pendidikan, termasuk lingkungan pendidikan dan manusia yang
terlihat dalam pendidikan di dalamnya.
Studi kasus dalam
pendidikan dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok individu,
lingkungan hidup manusia, serta lembaga sosial yang terkait dengan pendidikan.
Studi kasus dalam pendidikan dapat difokuskan pada perkembangan sesuatu di
bidang pendidikan. Misalnya, pengaruh didirikannya pondok baca di daerah
pedesaan; studi longitudinal tentang perkembangan kemampuan linguistik anak.
Selanjutnya Creswell
mengungkapkan bahwa apabila kita akan memilih studi untuk suatu kasus, dapat
dipilih dari beberapa program studi atau sebuah program studi dengan
menggunakan berbagai sumber informasi yang meliputi: observasi, wawancara,
materi audio-visual, dokumentasi dan laporan.
Ketika suatu kasus
diteliti lebih dari satu kasushendaknya mengacu pada studi kasus kolektif.
Untuk itu Lincoln Guba mengungkapkan bahwa struktur studi kasus terdiri dari
masalah, konsteks, isu dan pelajaran yang dipelajari. (Denzin and Lincoln,
2009:40). Menurut Creswell, pendekatan
studi kasus lebih
disukai untuk penelitian kualitatif.
Seperti yang diungkapkan oleh Patton bahwa kedalaman dan
detail suatu metode kualitatif berasal dari sejumlah kecil studi kasus. Oleh
karena itu penelitian
studi kasus membutuhkan
waktu lama yang
berbeda dengan disiplin ilmu-ilmu lainnya. Tetapi pada saat ini, penulis
studi kasus dapat memilih
pendekatan kualitatif atau
kuantitatif dalam mengembangkan
studi kasusnya. Seperti yang dilakukan oleh (Robert K. Yin, 1989: 3) mengembangkan
studi kasus kualitatif deskriptif dengan bukti kuantitatif. Merriam (1988) mendukung suatu pendekatan studi
kasus kualitatif dalam
bidang pendidikan. Hamel (1993) seorang sosiolog menunjukkan
pendekatan studi kasus kualitatif untuk sejarah.Stakes (1995) menggunakan
pendekatan ekstensif dan
sistematis untuk penelitian studi
kasus. Untuk itu Creswell menyarankan bahwa peneliti yang akan
mengembangkan penelitian studi
kasus:
1.
Peneliti hendaknya dapat mengidentifikasi
kasusnya dengan baik.
2.
Peneliti
hendaknya mempertimbangkan apakah
akan mempelajari sebuah kasus
tunggal atau multikasus.
3.
Dalam memilih suatu kasus diperlukan dasar
pemikiran dari peneliti untuk melakukan strategi sampling yang baik sehingga
dapat pula mengumpulkan informasi tentang kasus dengan baik pula.
4.
Memiliki banyak informasi untuk
menggambarkan secara mendalam suatu kasus
tertentu. Dalam merancang
sebuah studi kasus,
peneliti dapatmengembangkan sebuah
matriks pengumpulan data
dengan berbagai informasi yang
dikumpulkan mengenai suatu kasus.
5.
Memutuskan “batasan” sebuah kasus.
Batasan-batasan tersebut dapat dilihat dari
aspek waktu, peristiwa dan proses.
(Wahyono, 2009: 25).
2.
Karakteristik Studi Kasus
Adapun karakteristik studi
kasus diantaranya:
a.
Eksplorasi mendalam dan menyempit
b.
Berfokus pada peristiwa nyata
c.
Dibatasi oleh ruang dan waktu
d.
Bisa hanya merupakan kilasan atau
penelitian Longitudinal tentang peristiwa yang sudah atau sedang terjadi.
e.
Dari berbagai sumber informasi dan sudut
pandang.
f.
Mendetail dan deskriptif.
g.
Pandangan menyeluruh, meneliti hubungan
dan keterpautan.
h.
Focus pada realitas yang diterimaapa
adanya maupun realitas yang penting dan tidak biasa.
i.
Bermamfaat untuk membangun sekaligus
menguji teori.
3.
Tujuan Penelitian Studi Kasus
Anda boleh memilih sebuah
kasus karena kasus tersebut membuat anda berfokus pada situasi problematik.
Tujuan anda adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan
itu muncul guna member solusi praktis atas permasalahan tersebut. Studi kasus
juga dapat difokuskan pada peristiwa penting atau tidak biasa yang menantang atau mendukung pemikiran yang
ada. Pemilihan anda pada kasus tertentu akan dijustifikasi berdasarkan pertimbangan
bahwa kasus tersebut memungkinkan anda untuk membongkar atau mengungkapkannya.
Studi kasus juga bisa berfokus pada rutinitas, yang sejak dulu sudah
berlangsung, kejadian sehari-hari dalam proses komunikasi temasuk proses
komunikasi dalam proses pendidikan, pembelajaran dan pelayanan bimbingan dan
konseling. (Wahyono, 2009: 23).
Studi kasus merupakan
sebuah eksplorasi dari sistem pembatasan sebuah kasus (atau multiple kasus)
secara terperinci , pengumpulan data secara mendalam baik melalui berbagai
sumber informasi. Sebagai salah satu strategi penelitian, studi kasus merupakan
bagian dari keraguan dari semua usaha penelitian ilmu-ilmu sosial, namun studi
kasus selalu menggunakan dan melihat berbagai situasi guna menambah pengetahuan
mengenai individu, kelompok, organisasi, sosial, politik, dan fenomena
terkait.Tidak mengejutkan sehingga studi kasus menjadi salah satu metode
penelitian rujukan bagi fenomena sosial yang kompleks, seperti ilmu-ilmu
psikologi, sosiologi, politik, bisnis, dan perencanaan komunitas. Studi kasus
mengesahkan peneliti untuk memakai dan menguasai karakter-karakter penting dari
suatu kehidupan nyata, misalnya siklus kehidupan individu, organisasi, proses
manajerial, perubahan lingkungan, hubungan internasional, dan proses
pertumbuhan industri.
Studi kasus menjadi metode
paling sesuai untuk fase penyelidikan dari sebuah penelitian karena
mengedepankan survey dan proses historis sebagai jalan untuk penjelasan yang
bersifat sebab musabab (kausalitas). Meskipun demikian, metode studi kasus
hanya merupakan persiapan metode penelitian dan tidak dapat digunakan untuk
menggambarkan atau menguji suatu masalah.
Studi kasus merupakan
teknik untuk mengentaskan permasalahan siswa melalui pendekatan yang mendalam
dan melalui tahap-tahap pengamatan dan penelitian yang digunakan untuk
mengetahui penyebab permasalahan yang dialami siswa. Menurut Winkel (1991: 660)
“tujuan studi kasus adalah untuk memahami individu secara mendalam tentang
perkembangan individu dalam penyesuaian dengan lingkungan.” Menurut Suryabrata
(2003: 80) “tujuan studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang
latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan, individu, kelompok,
lembaga, dan masyarakat.”
Berdasarkan uraian
diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan studi kasus adalah ntuk memahami
individu secara mendalam guna membantu individu mencapai penyesuaian yang lebih
baik.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Dari pandangan-pandangan Stake (dalam
Denzin & Lincoln, 1994:236-238) tersebut dapat disimpulkan tentang studi
kasus dan ciri-cirinya sebagai berikut: Studi kasus adalah suatu bentuk
penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat
kekhususan (particularity), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif
maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok,
bahkan masyarakat luas.
Studi kasus pendidikan adalah bentuk
penelitian pendidikan yang mendalam tentang suatu aspek pendidikan, termasuk
lingkungan pendidikan dan manusia yang terlihat dalam pendidikan di dalamnya.
2.
Adapun karakteristik studi kasus
diantaranya: Eksplorasi mendalam dan menyempit,Berfokus pada peristiwa nyata,
Dibatasi oleh ruang dan waktu, Bisa hanya merupakan kilasan atau penelitian
Longitudinal tentang peristiwa yang sudah atau sedang terjadi, Dari berbagai
sumber informasi dan sudut pandang, Mendetail dan deskriptif, Pandangan
menyeluruh, meneliti hubungan dan keterpautan, Focus pada realitas yang
diterimaapa adanya maupun realitas yang penting dan tidak biasa, Bermamfaat
untuk membangun sekaligus menguji teori.
3.
Fokus Penelitian
Anda boleh memilih sebuah kasus
karena kasus tersebut membuat anda berfokus pada situasi problematic. Tujuan
anda adalah mengidentifikasi factor-faktor yang menyebabkan permasalahan itu
muncul guna member solusi praktis atas permasalahan tersebut. Studi kasus juga
dapat difokuskan pada peristiwa penting atau tidak biasa yang menantang atau mendukung pemikiran yang
ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Cresswell,
J.W.1998. Research Design:Qualitative
& Quantitative Approaches. London: SAGE Publicational.
Depdikbud,
1997. Studi Kasus. Jakarta: Depdikbud.
Furchan,
Arief, (Penerjemah). 2004. Pengantar
Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Moleong,
L. J. 2001. Metologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosydakarya.
Muhadjir,
Noeng. 2000. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Edisi IV. Yogyakarta: Rake
Sayekti
P. S. 2000. Metodologi Penelitian
Kualitatif (Diktat). Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya
Suryabrata,
Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wiriaatmadja,
Rochiati. 2007. Metode penelitian Tindakan
Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wibowo.1984.Studi Kasus.Jakarta: Rineka Cipta.
Winkel,W.S.
1991. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah
Menengah (cetakan. VII). Jakarta : Grasindo.
Tohirin.
2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam
Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Jakarta:Rajawali Pers
Tidak ada komentar: