Ads Top

PENAMAAN DAN PENDEFINISIAN

PENAMAAN DAN PENDEFINISIAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kata-kata yang digunakan dalam pertuturan ada yang sudah berupa kata “jadi”, tetapi banyak pula yang baru dibentuk kemudian. Kata yang sudah berupa kata “jadi” itu, sebagian besar karena sifat kearbiterannya, tidak dapat ditelusuri lagi cara pembentukannya, tetapi banyak pula yang dapat ditelusuri proses pembentukannya. Penamaan dan pendefinisian adalah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu referen (KBBI, 1990: 939). Referen adalah benda atau orang tertentu yang diacu oleh kata atau untaian kata dalam kalimat atau konteks tertentu. Penamaan atau pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian belaka di antara sesama anggota suatu masyarakat bahasa (Aristoteles). Dalam pembicaraan mengenai hakikat bahasa ada dikatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter. Maksudnya, antara suatu satuan bahasa, sebagai lambang, misalnya kata, dengan sesuatu benda atau hal yang dilambangkannya bersifat sewenang-wenang tidak ada hubungan “wajib” di antara keduanya. Pendefinisian adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya.

1.2  Rumusan Masalah
1.            Pengertian dan  Klasifikasi penamaan
2.            Pengertian dan  Klasifikasi pedefinisian

1.3  Tujuan

1.           Untuk memahami hakikat penamaan, proses penamaan,  aturan penamaan, dan jenis penamaan;
2.           Untuk memahami hakikat pendefinisian, proses pendefinisian, aturan pendefinisian, dan jenis pendefinisian.








BAB II
LATAR BELAKANG PENAMAAN DAN PENGISTILAHAN

2.1  Penamaan
Nama itu sama dengan lambang untuk sesuatu yang dilambangkannya, maka berarti pemberian nama itu pun bersifat arbitrer, tidak ada hubungan wajib sama sekali. Pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian belaka di antara sesama anggota suatu masyarakat bahasa (Aristoteles 384-322 SM). Secara kontemporer masih didapati sebab-sebab atau peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya penamaan atau penyebutan terhadap sejumlah kata yang ada dalam leksikon bahasa Indonesia. Berikut ini akan dibicarakan beberapa di antaranya.
Antara suatu satuan bahasa sebagai lambang, misalnya kata, dengan sesuatu yang dilambangkannya bersifat sewenang-wenang dan tidak ada hubungan “wajib” di antara keduanya. Jika sebuah nama sama dengan lambang untuk sesuatu yang dilambangkannya, berarti pemberian nama itu pun bersifat arbitrer, tidak ada hubungan wajib sama sekali.
Misalnya antara kata kuda dengan benda yang diacunya yaitu seekor binatang yang biasa dikendarai atau dipakai menarik pedati, tidak bisa dijelaskan sama sekali. Lagi pula andaikata ada hubungannya antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, tentu orang Jawa tidak akan menyebutnya jaran, orang Inggris tidak akan menyebutnya horse, dan orang Belanda tidak akan menyebutnya paard. Tentu mereka semuanya akan menyebutnya juga kuda, sama dengan orang Indonesia.
Walaupun demikian, secara kontemporer kita masih dapat menelurusi sebab-sebab atau peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya penamaan atau penyebutan terhadap sejumlah kata yang ada dalam leksikon bahasa Indonesia.

2.1.1  Peniruan Bunyi
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut.
Misalnya, binatang sejenis reptil kecil yang melata di dinding disebut cecak karena bunyinya “cak, cak, cak“. Begitu juga dengan tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya “tokek, tokek”. Contoh lain meong nama untuk kucing, gukguk nama untuk anjing, menurut bahasa kanak-kanak, karena bunyinya begitu.
Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope. Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini tidak semuanya sama persis, hanya mirip saja, mengapa? Pertama, karena benda atau binatang yang mengeluarkan bunyi tidak memiliki alat fisiologis seperti manusia. Kedua, karena fonologi setiap bahasa tidak sama. Itulah sebabnya, mengapa orang Sunda menirukan kokok ayam jantan sebagai kongkorongok, orang Melayu Jakarta sebagai kukuruyuk, sedangkan orang Belanda sebagai kukeleku.

2.1.2  Penyebutan Bagian
Penamaan suatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu, biasanya berdasarkan ciri khas yang dari benda tersebut dan yang sudah diketahui umum.
Misalnya kata kepala dalam kalimat Setiap kepala menerima bantuan sebesar 10 kg. Bukanlah dalam arti “kepala“ itu saja, melainkan seluruh orangnya sebagai satu kesatuan (pars pro toto, menyebut sebagian untuk keseluruhan). Contoh lainnya yaitu kata Indonesia dalam kalimat Indonesia memenangkan medali emas di olimpiade. Yang dimaksud adalah tiga orang atlet panahan putra (totem pro parte, menyebut keseluruhan untuk sebagian.)
2.1.3 Penyebutan Sifat Khas
Penyebutan sifat khas adalah penamaan sesuatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu yang hampir sama dengan pars pro toto. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa ini terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol itu, sehingga akhirnya, kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya. Umpamanya, orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil. Yang kulitnya hitam disebut si hitam, dan yang kepalanya botak disebut si botak.
Di dalam dunia politik dulu ada istilah golongan kanan dan golongan kiri. Maksudnya, golongan golongan kanan untuk menyebut golongan agama dan golongan kiri untuk menyebut golongan komunis.

2.1.4        Penemu dan Pembuat
Nama benda dalam kosa kata bahasa Indonesia yang dibuat berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah disebut dengan istilah appelativa. Nama-nama benda yang berasal dari nama orang, antara lain Badan Golgi yaitu sejenis alat kontrasepsi yang dibuat oleh Golgi; mujahir atau mujair yaitu nama sejenis ikan air tawar yang mula-mula ditemukan dan diternakkan oleh seorang petani yang bernama Mujair di Kediri, Jawa Timur. Selanjutnya, dalam dunia ilmu pengetahuan kita kenal juga nama dalil, kaidah, atau aturan yang didasarkan pada nama ahli yang membuatnya. Misalnya, dalil arkhimides, hukum kepler, hukum van der tunk, dan sebagainya. Nama orang atau nama pabrik dan merek dagang yang kemudian menjadi nama benda hasil produksi itu banyak pula kita dapati seperti aspirin obat sakit kepala, ciba obat sakit perut, tipp ex koreksi tulisan, miwon bumbu masak, dan lain sebagainya.
Dari peristiwa sejarah banyak juga kita dapati nama orang atau nama kejadian yang kemudian menjadi kata umum. Misalnya kata boikot, bayangkara, laksamana, Lloyd, dan sandwich. Pada mulanya kata bayangkara adalah nama pasukan pengawal keselamatan raja pada zaman Majapahit. Lalu, nama ini kini dipakai sebagai nama korps kepolisian R.I. Kata laksamana yang kini dipakai sebagai nama dalam jenjang kepangkatan pada mulanya adalah nama salah seorang tokoh dalam wiracarita Ramayana. Laksamana adik Rama dalam cerita itu memang terkenal sebagai seorang pahlawan. Kata boikot berasal dari nama seorang tuan tanah di Iggris Boycott, yang karena tindakannya yang terlalu keras pada tahun 1880 oleh perserikatan tuan tanah Irlandia tidak diikutsertakan dalam suatu kegiatan dikatakan orang itu diboikot, diperlakukan seperti tuan Boycott. Kata Llyoid seperti yang terdapat pada nama perusahaan pelayaran seperti Djakarta Lloyd dan Rotterdamse Lloyd diturunkan dari nama seorang pengusaha warung kopi di kota London pada abad XVII, yaitu Edward Lloyd. Warung kopi itu banyak dikunjungi oleh para pelaut dan makelar perkapalan. Maka dari itu namanya dipakai sebagai atribut nama perusahaan pelayaran yang searti dengan kata kompeni atau perserikatan, khususnya perserikatan pelayaran.
Kata Sandwich, yaitu roti dengan mentega dan daging di dalamnya, berasal dari nama seorang bangsawan Inggris Sandwich. Dia seorang penjudi berat, yang selalu membawa bekal berupa roti seperti di atas agar dia bisa tetap sambil tetap bermain.

2.1.5        Tempat Asal
Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda tersebut. Misalnya kata magnit berasal dari nama tempat Magnesia; kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama pulau kenari di Afrika; kata sarden atau ikan sarden, berasal dari nama pulau Sardinia di Italia; kata klonyo berasal dari Au De Cologne artinya air dari kuelen, yaitu nama kota di Jerman Barat.
Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut berdasarkan nama tempat penemuannya seperti Piagam Kota Kapur, Prasasti Kedukan Bukit, Piagam Telaga Batu dan Piagam Jakarta. Selain itu ada juga kata kerja yang dibentuk dari nama tempat, misalnya, didigulkan yang berarti di buang ke Digul di Irian jaya; dinusakambangankan, yang berarti di bawa atau dipenjarakan di Pulau Nusakambangan.

2.1.6        Bahan
Ada sejumlah benda yang namanya diambil dari nama bahan pokok benda itu. Misalnya, karung yang dibuat dari goni yaitu sejenis serat tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa latin disebut Corchorus capsularis, disebut juga goni atau guni.  Contoh lain, kaca adalah nama bahan. Lalu barang-barang lain yang dibuat dari kaca seperti kaca mata, kaca jendela, dan kaca spion. Bambu runcing adalah nama senjata yang digunakan rakyat Indonesia dalam perang kemerdekaan dulu. Bambu runcing dibuat dari bambu yang ujungnya diruncingi sampai tajam. Maka di sini nama bahan itu, yaitu bambu, menjadi nama alat senjata itu.

2.1.7 Keserupaan
Dalam praktik berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu.
Misalnya kata kaki pada frase kaki meja dan kaki kursi dan ciri “terletak pada bagian bawah”. Contoh lain kata kepala pada kepala kantor, kepala surat, dan kepala meja. Di sini kata kepala memiliki kesamaan makna dengan salah satu komponen makna leksikal dari kata kepala itu, yaitu “bagian yang sangat penting pada manusia” yakni pada kepala kantor, “terletak sebelah atas” yakni pada kepala surat, dan “berbentuk bulat” yakni pada kepala paku. Malah kemudian, kata-kata seperti kepala ini dianggap sebagai kata yang polisemii, kata yang memiliki banyak makna.

2.1.8        Pemendekan
Penamaan yang didasarkan pada hasil penggabungan unsur-unsur huruf dan beberapa suku kata yang digabungkan menjadi satu. Misalnya rudal untuk peluru kendali, iptek untuk ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tipikor untuk tindak pidana korupsi. Kata-kata yang terbentuk sebagai hasil pemendekan ini lazim disebut akronim.



2.1.9 Penamaan Baru
Penamaan baru dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada karena kata atau istilah lama yang sudah ada dianggap kurang tepat, kurang rasional, tidak halus atau kurang ilmiah. Misalnya, kata pariwisata untuk menggantikan kata turisme, darmawisata untuk piknik, dan karyawan untuk mengganti kata kuli atau buruh. Penggantian kata gelandangan menjadi tuna wisma, pelacur menjadi tunasusila, dan buta huruf menjadi tuna aksara adalah karena kata-kata tersebut dianggap kurang halus; kurang sopan menurut pandangan dan norma sosial. Proses penggantian nama atau penyebutan baru masih akan terus berlangsung sesuai dengan perkembangan pandangan dan norma budaya yang ada di dalam masyarakat.

2.2      Pendefinisian
Definisi merupakan usaha para ilmuan untuk membatasi fakta dan konsep. Dengan modal bahasa alami, para ilmuan memberikan batasan terhadap konsep dan fakta yang diperoleh. Penyebutan nama pada benda, kerja, pengalaman, atau sifat dengan kata-kata alami disebut definisi leksikal. Definisi leksikal dapat dipandang sebagi definisi awal yang bersifat primitif. Jadi, dapat dikatakan bahwa setiap definisi leksikal yang terdapat dalam kamus dapat dikatakan definisi primitif.
Ukuran benar atau tidak benar sebuah definisi leksikal didasarkan pada kesesuaian hubunganya dengan rujukan yang empiris atau konsep yang dipikirkan. Makna leksikal rambut dikatakan benar jika sesuai dengan rujukan benda ‘rambut’ secara empiris. Makna leksikal itulah dimaksukkan ke dalam makna umum dan terdapat dalam kamus umum (jika telah disusun kamus bahasa tertentu). Oleh karena makna umum memerlukan pembatasan sesuai ciri makna bahasa keilmuan, maka setiap makna umum mendapatkan definisi dalam bahasa ilmu.
Ilmu adalah kajian  yang menghendaki makna tunggal, maka ilmu memberikan definisi pada setiap kata alami. Dengan demikian, kata alami itu menjadi istilah. Istilah tersebut mendapatkan pemerian atau uraian dengan kata-kata alami yang sudah diketahui. Pemilihan kata yang menjadi istilah dengan sebenarnya bersifat mana suka. Kata alami itu seharusnya dikosongkan dahulu makna leksikal yang telah dimiliki atau dikenakan pada kata alami. Dengan kata lain, penggeneralisasian kata alami seharusnya tidak perlu dibuat jika pun harus dibuat maka ia hanyalah penyederhanaan dari makna leksikalnya.
Definisi harus dibahasakan. Pembahasan definisi harus menggunakan bahasa alami. Seperti telah dikatakan di atas, sebuah istilah didefinisikan dengan kata-kata yang telah diketahui. Jadi, jika dalam pemberian definisi digunakan kata-kata yang belum atau tidak diketahui, maka akan ditimbulkan masalah baru dalam definisi. Disadari bahwa kata-kata yang dipilih dan dipakai dalam definiens telah mendapatkan pula makna-makna konotasi, emosi dan evaluasi. Di sinilah letaknya masalah isi dan pemahaman akan sebuah definisi.
Sesuai dengan persyaratan definisi, diperluakan perhatian dalam pembahasan definisi. Ada beberapa syarat pembahasan definisi yang telah disepakati. Pertama, definisis tidak boleh bersifat negatif; definisi harus dibahasakan secara positif; kedua, definisi tidak boleh dibahasakan dengan pemarkah syarat(jika..,apabila...,dll.); ketiga, definisi harus kongruen antara kelas istilah defeniendum (nomen, verbum, adjektif) dan definiens; keempat, hubungan antara definiendum dan definiens dimarkahi dengan ialah dan adalah dalam bahasa Indonesia.

2.2.1 Ialah dan Adalah
Definisi memberikan penjelasan. Ciri pemberian penjelasan adalah menguraikan, menerangkan, memberi penjelasan tambahan, dan juga memberikan kesamaan antara definiendum dan definiens. Dalam bahasa Indonesia mempunyai dua pemarkah, yakni ialah dan adalah. Masalahnya ialah apakah terdapat syarat tertentu untuk memilih dan menggunakan ialah dan adalah untuk menyusun sebuah definisi.
Secara sintaksis ialah dan adalah berdistribusi sama, tetapi secara semantis berbeda. Untuk keperluan ilmu, penggunaan ialah dan adalah dibedakan. Dalam ilmu, diperlukan pernyataan yang menunjukkan persamaan dan pernyataan-pernyataan yang memberikan penjelasan dan uraian.
Ialah dipergunakan dalam definisi untuk menunjukkan persamaan antara definiendum dan definiens. Ialah diartikan sebagai frasa ”sama dengan” dan menunjukkan bahwa definiendum dan definiens beridentitas sama.
Contoh;
1.            A ialah B.
2.            Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Adalah bersifat menjelaskan, memerikan, dan memberikan penjelasan tentang subjek. Oleh karena adalah menjadi penghubung antara subjek atau antara definiendum dan definiens, maka secara sintaksis adalah dapat diletakkan di depan kalimat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunakan adalah lebih luas daripada ialah.
Contoh;
1.               Kalimat perintah adalah kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu.
2.               Pemberhentian seorang karyawan adalah masalah biasa.
Pendefinisian adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya. Berdasarkan taraf kejelasannya, definisi diklasifikasikan menjadi;

2.2.2 Definisi Sinonimis
Suatu kata didefinisikan dengan sebuah kata lain yang merupakan sinonim dari kata tersebut. Contoh: kata ayah didefinisikan dengan kata bapak, tirta dan air. Ketidakjelasan definisi ini adalah karena definisi yang diberikan bersifat berputar balik (circum of means),

2.2.3 Definisi Formal (Stipulatif)
Dalam definisi formal ini, konsep atau ide yang akan didefinisikan itu disebutkan terlebih dahulu sebuah ciri umumnya, lalu disebutkan pula sebuah ciri khusus yang menjadi pembeda dengan konsep atau ide lain yang sama ciri umumnya.
Misalnya; kata bis
konsep/ide ciri umum ciri khusus
bis kendaraan umum dapat memuat
banyak penumpang
Ciri khusus yang menjadi pembeda ini dapat berupa salah satu unsur yang terdapat pada konsep yang didefinisikan itu, seperti unsur kuantitas (misalnya banyak penumpang pada definisi bis), atau juga unsur tujuan, bahan, kegunaan, kerja, kualitas, dan sebagainya.
Definisi formal ini pada taraf tertentu memang sudah cukup jelas, tetapi pada taraf yang lebih jauh seringkali tidak memuaskan. Umpamanya definisi bis di atas yang dikatakan adalah kendaraan umum dan dapat memuat banyak penumpang. Definisi itu belum bisa menjelaskan bedanya bis dengan kereta api dan pesawat terbang. Kelemahan definisi formal di atas dapat diatasi dengan pendefinisian yang lebih luas, yaitu dengan membuat definisi logis dan definisi ensiklopedis.

2.2.4 Definisi Logis
Definisi logis mengidentifikasi secara tegas objek, ide atau konsep yang didefinisikan itu sedemikian rupa, sehingga objek tersebut berbeda secara nyata dengan objek-objek lain. Definisi logis ini biasa terdapat dalam buku-buku pelajaran, dan karena itu sifatnya (agak) ilmiah. Contoh: air adalah zat cair yang jatuh dari awan sebagai hujan, mengaliri sungai, menggenangi danau dan lautan, meliputi dua pertiga bagian dari permukaan bumi, merupakan unsur pokok dari kehidupan, campuran oksida hidrogen H2O, tanpa bau, tanpa bau, tanpa rasa dan tanpa warna, tetapi tampak kebiru-biruan pada lapisan yang tebal, membeku pada suhu nol derajat Celsius, mendidih pada suhu 100 derajat Celsius, mempunyai berat jenis maksimum pada 4 derajat Celsius.

2.2.5 Definisi Ensiklopedis (Eksplikasi)
Definisi ensiklopedis lebih luas lagi dari definisi logis sebab definisi ensiklopedis ini menerangkan secara lengkap dan jelas serta cermat akan segala sesuatu yang berkenaan dengan kata atau konsep yang didefinisikan. Contoh: air adalah persenyawaan hidrogen dan oksigen, terdapat di mana-mana, dan dapat berwujud: (1). Gas, seperti uap air; (2). Cairan, seperti air yang sehari-hari dijumpai; (3). Padat, seperti es dan salju. Air merupakan zat pelarut yang baik sekali dan paling muarh, terdapat di alam dalam keadaan tidak murni. Air murni berupa cairan yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Pada suhu 4 derajat Celcius air mencapai maksimum berat jenis; dan 1 cm3 beratnya 1 gram. Didinginkan sampai nol derajat celcius atau 32 derajat Fahrenheit, air berubah menjadi es yang lebih ringan daripada air. Air mengembang sewaktu membeku. Bila dipanaskan sampai titik didih (100 derajat Celcius atau 212 derajat Fahrenheit, air berubah menjadi uap. Air murni bukanlah konduktor yang baik. Dia merupakan persenyawaan dua atom hidrogen dan satu atom oksigen; rumus kimianya H2O. Kira-kira 70% dari permukaan bumi tertutup air. Manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan memerlukan air untuk hidup. Tenaga air mempunyai arti ekonomi yang besar.

2.2.6 Definisi Batasan/ Definisi Operasional
Jenis definisi lain banyak dibuat dan digunakan orang adalah definisi yang sifatnya membatasi (di sini kita sebut juga definisi batasan). Definisi ini dibuat orang untuk membatasi konsep-konsep yang akan dikemukakan dalam suatu tulisan atau pembicaraan. Oleh karena itu, sering juga disebut definisi operasional. Definisi ini hanya digunakan untuk keperluan tertentu, terbatas pada suatu topik pembicaraan, umpamanya:
·         Yang dimaksud dengan air dalam tulisan ini adalah zat cair yang merupakan kebutuhan hidup manusia sehari-hari, seperti untuk makan, untuk minum, mandi, dan cuci.
·         Yang dimaksud dengan air dalam pembahasan ini adalah segala zat cair yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan, baik yang ada di dalam batang (seperti air tebu), maupun yang ada di dalam buah.

2.2.7 Definisi Nominal
Definisi Nominal merupakan satu pembatasan terhadap sebuah konsep atau konstruk. Pembatasan ini pada umumnya pada satu kerangka teori atau yang berwenang dalam bidangnya.
Contoh;
1.        Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. (UU No. 2 Th. 1989, pasal 1, ayat 1).
2.        Kepribadian taruna adalah keseluruhan dari sifat, sikap, tingkah laku, ucap, dan tindak seorang taruna yang mencerminkan jiwa sebagai insan pejuang, patriot dan insan prajurit ABRI. (pedoman penilaian taruna AKABRI).




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab 2, maka dapat penulis simpulkan bahwa, penamaan merupakan unsur gabungan dari pengistilahan dan pendefinisian. Meskipun penamaan tidak memiliki hubungan langsung dengan referennya, tetapi keterkaitan konteks tetap terjadi pada proses pendefinisian. Sementara, pendefinisian adalah tataran yang lebih tinggi dan lebih spesifik lagi. Oleh karena itu, untuk membuat suatu definisi dari kelompok ilmu sosial diperlukan penelitian dan kajian yang lebih cermat lagi, untuk membentuk hakikat tunggal yang memiliki pembatasan konsep yang cukup jelas dan cermat.


 



DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Leksikolog & Leksikograf Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Debdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Parera, J. D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Flores: Nusa Indah.
Pusat Bahasa. 2006. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.



Denpasar, Bali—Penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik merupakan kewajiban bagi masyarakat Indonesia, dan kebijakan penertiban penggunaan bahasa di tempat dan layanan umum diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 pasal 30 dan 36. Melalui kegiatan Lokakarya Penyegaran Pemakaian Bahasa Indonesia di Media Luar Ruang yang bertempat di Hotel Nikki, Denpasar, Bali, 7 Oktober 2016, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Prof. Dr. Dadang Sunendar mengajak masyarakat khususnya para pelaku usaha untuk mengutamakan pemakaian bahasa Indonesia di ruang publik.
Menurut Dadang, Badan Bahasa mengalami kesulitan menertibkan penggunaan bahasa di ruang publik, dan hanya sekadar menghimbau kepada instansi atau dinas pemerintah kota, pelaku usaha, dan pengembang terhadap pelanggaran penggunaan bahasa, hal ini karena tidak adanya pemberian sanksi dan denda pada pasal tentang bahasa di Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009.
Oleh karena itu, “Badan Bahasa mengharapkan adanya sanksi administratif pada peraturan gubernur, sehingga dinas-dinas perizinan bisa mewajibkan para pengembang dan pelaku usaha menggunakan bahasa Indonesia pada nama bangunan dan usahanya, ujar Dadang. 
Dadang menambahkan bahwa pengutamaan penggunaan bahasa negara (bahasa Indonesia) pada forum resmi di daerah, dan penerbitan petunjuk kepada seluruh aparatur pemerintah dalam menerbitkan penggunaan bahasa daerah di ruang publik, termasuk papan nama instansi/lembaga/badan usaha/badan sosial, petunjuk jalan dan iklan, dengan pengutamaan penggunaan bahasa negara, telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 40 Tahun 2007.
Salah satu contoh peraturan daerah yang merujuk hal itu adalah Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 9 tahun 2014, yang menyebutkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia pada papan nama, papan petunjuk, kain rentang dan reklame di daerah DKI Jakarta harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, pemakaian bahasa asing harus ditulis di bagian bawah bahasa Indonesia dengan huruf latin yang kecil, bahasa asing yang dipakai sebagai nama perusahaan dan atau merk dagang yang menjadi cabang dan atau paten dari luar negeri masih dapat dipakai.
Terkait dengan hal itu, diharapkan para pelaku usaha, khususnya di Kota Denpasar dapat memberikan perhatian pada pengutamaan penggunaan bahasa Indonesia pada nama usaha atau merk dagangnya dan percaya diri dalam menggunakan bahasa Indonesia.
Tujuan pengutamaan bahasa Indonesia di ruang publik adalah (1) memasyarakatkan pemakaian bahasa Indonesia sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, (2) menanamkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia, (3) meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahasa Indonesia sebagai lambang jati diri bangsa, (4) meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar di ruang publik, (5) mendokumentasikan pemakaian bahasa ruang publik di wilayah kabupaten/kota, (6) mengevaluasi pemakaian bahasa di ruang publik, dan membina  pemakaian bahasa yang baik dan benar, dan (7) mewujudkan bahasa di ruang publik yang memartabatkan bahasa Indonesia. (pad/an)




PENDAHULUAN

            Semantik merupakan salah satu cabang Linguistik yang mempelajari mengenai arti atau makna dimana di dalam semantik dibahas mengenai hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Kata semantik  itu sendiri berasal dari bahasa Yunanisemayang artinya “ tanda ” atau“ lambang ”. Sedangkan  kata kerjanya adalahsemaino yang memiliki arti “ menandai ” atau “ melambangkan ”.
            Sejak Chomsky menyatakan betapa pentingnya semantik dalam study Linguistik, maka study semantik sebagai bagian dari study Linguistik menjadi semakin diperhatikan. Berbagai teori tentang makna mulai bermunculan. Ferdinand de Saussure, dengan teorinya bahwa tanda linguistik (signe linguistique) terdiri atas komponen signifian dan signifie. Selanjutnya, Hockett (1954) dalam Chaer (1994), menyatakan bahwa bahasa adalah suatusistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. Sistem bahasa ini terdiri atas lima subsistem, yaitu subsistem gramatika, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik, subsistem semantik, dan subsistem fonetik. Chomsky sendiri, dalam bukunya yang pertama tidak menyinggung-nyinggung masalah makna, baru pada buku yang kedua, (1965), menyatakan bahwa semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa, di samping dua komponen lain yaitu sintaksis dan fonologi, serta makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik.
            Selain membahas mengenai makna, dalam Semantik juga dibahas mengenai penamaan, peristilahan, serta kamus. Hal ini tentu saja memiliki korelasi dengan langkah memahami makna suatu kata. Diantara bahasannya yaitu mengenai pengertian penamaan, asal usul pemberian nama, perbedaan kata dengan istilah, pengertian dan jenis-jenis kamus, serta manfaat kamus dalam memperkaya pembendaharaan kata.
            Untuk memahami hal-hal di atas maka kami mencoba membahasnya dalam sebuah makalah yang berjudul “ Penamaan, Peristilahan, serta Kamus ”.

BAB II

PENAMAAN, PERISTILAHAN SERTA KAMUS

             Menurut Kridalaksana ( 1982 : 160 ) “ Penamaan merupakan proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses dan sebagainya. Biasanya dengan memanfaatkan perbendaharaan yang ada, antara lain dengan perubahan-perubahan makna yang mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata ”.
              Sedangkan menurut Abdul Chaer ( 2009 : 43 ) “ Penamaan adalah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu pada suatu reperen yang berada di luar bahasa ”.
              Penamaan suatu objek di suatu daerah tentu saja tidak akan sama dengan daerah yang lainnya.Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata padi, yang dalam bahasa Sunda disebut pare dan dalam bahasa Gorontalo disebut pale.
              Sehubungan dengan permasalahan yang terjadi pada perbedaan penamaan di setiap daerah atau wilayah tertentu, beberapa filosop berpendapat sebagai berikut :
        Plato ( 429-348 SM ) menyatakan bahwa ada hubungan hayati antara nama dan benda. Ia menyatakan bahwa lambang itu adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh lambang itu. Karena itu, kata-kata itu tidak lain merupakan nama atau label dari yang dilambangkannya, baik berupa benda, konsep, aktivitas, atau peristiwa.
        Arisroteles ( 384-322 SM ) menyatakan bahwa pemberian nama soal perjanjian antara sesama anggota masyarakat bahasa. Sehingga pemberian nama itu bersifat arbitrer, tidak ada hubungan wajib sama sekali antara lambang dengan yang dilambangkannya.

        Socrates ( 469-399 SM ) menyatakan bahwa nama diberikan harus sesuai dengan sifat acuan yang diberi nama. Pendapat Socrates ini merupakan kebalikan dari pendapat Aristoteles.

              Penamaan terhadap sejumlah kata dalam bahasa Indonesia dapat terjadi karenakan sebab-sebab atau peristiwa-peristiwa  tertentu, diantaranya :
        Dalam bahasa Indonesia terdapat sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan dari benda tersebut. Contoh tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya “ tokek, tokek ”.
        Maksudnya penamaan suatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu. Hal ini sering kita kenal dengan istilah pars prototo yaitu gaya bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal, padahal yang dimaksud adalah keseluruhannya. Misalnya “ Di kampungku terdapat 50 kepala keluarga ”. disini bukan hanya berarti kepala keluarganya saja tetapi beserta anak dan istrinya.
        Selain pars prototo dikenal pula totem proparte, dimana yang disebut adalah keseluruhan tetapi yang dimaksud adalah sebagian. Misalnya             “ Seluruh Perguruan Tinggi ikut dalam lomba karya ilmiah ”. disini yang dimaksud adalah beberapa orang peserta dari perguruan tinggi tersebut.
        Penyebutan sifat khas maksudnya penamaan suatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu. Dimana pada prosesnya terjadi transposisi makna dalam pemakaian, yakni perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Misalnya orang yang sangat kikir lazim disebut “ si kikir ” atau“ si bakhil ”.

        Maksudnya penamaan terhadap suatu objek berdasarkan kepada nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah. Nama-nama yang demikian disebut dengan istilah appelativa. Misalnya mujair adalah nama sejenis ikan air tawar yang mula-mula ditemukan dan diternakkan oleh seorang petani yang bernama Mujair di kediri.
        Sebagian nama benda dapat ditelusuri berdasarkan nama tempat asal benda tersebut. contoh kata sarden atau ikan sarden berasal dari nama pulauSardinia di Italia.
        Maksudnya penamaan suatu benda dapat berasal dari nama bahan pokok benda itu. Misalnya benda-benda yang terbuat dari kaca disebut juga dengan kaca seperti kaca mata, kaca jendela, kaca mobil dan sebagainya.
        Maksudnya penamaan terjadi akibat gejala metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya diperbandingkan atau dipersamakan dengan makna leksikal dari kata itu. Misalnya terdapat frase kaki meja, kaki gunung, kaki kursi. Di sini kata kaki mempunyai kesamaan dengan salah satu ciri makna dari kata kaki yaitu “ alat penopang berdirinnya tubuh ”.
        Dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata yang merupakan hasil penggabungan unsur-unsur huruf awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu. Misalnya, ABRI yang berasal dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Depnaker yang berasal dari Departemen Tenaga Kerja.
        Maksudnya kata atau istilah baru yang dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada. Penggantian tersebut dapat disebabkan karena kata atau istilah yang lama dianggap kurang tepat, tidak rasional,kurang halus atau kurang ilmiah. Misalnya, kata piknik diganti menjadi darmawisata, kata buruh diganti dengan kata karyawan.

              Kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna, kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau gabungan morfem, atau gabungan huruf dengan morfem, baru kita akui sebagai kata bila bentuk itu mempunyai makna. (Komposisi Bahasa Indonesia 2007: 76)
               Pada hakikatnya istilah juga kata, tetapi mempunyai ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan kata pada umumnya. Istilah ialah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna, konsep proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. (Bahasa Indonesia Ilmiah 1995: 23)
              Adapun mengenai perbedaan antara kata denngan istilah maka akan dikemukakan sebagai berikut :
1.      Kata bersifat umum sedangkan istilah bersifat khusus dalam bidang tertentu. Contohnya terdapat istilah-istilah khusus yang terdapat dalam bidang kedokteran, ekonomi, biologi dan lain sebagainya.
2.      Kata dapat bermakna ganda sedangkan istilah tidak. Contoh kata tubuh dapat diartikan keseluruhan jasad manusia atau binatang, bagian badan yang terutama, atau diri sendiri. Sedangkan istilah misalnya dalam ilmu bahasa fonem, morfem hanya hanya memiliki satu makna saja.
3.      Makna kata bergantung pada konteks sedangkan makna istilah bebas konteks. Misalnya kata “ bunga ” dalam kalimat-kalimat berikut :
a.       Di kebun banyak bunga
b.      Gadis itu bunga desa
c.       Ia meminjam uang dengan bunga 5 %
4.      Istilah bersifat internasional dan mempunyai konsep yang universal dalam ilmu yang bersangkutan. Contohnya hidrogen, oksigen, tifus, influenza.
5.      Istilah biasanya otentik atau tidak sama dengan kata sehari-hari. Misalnya prakiraan merupakan istilah sedangkan perkiraan kata, renik merupakan istilah dan mikro kecil adalah kata. Meskipun pada dasarnya kedua pasang kata tersebut memiliki kesamaan makna.
              Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary disebutkan bahwa “ Kamus adalah buku yanng berisi pilihan kata-kata suatu bahasa, atau suatu kelas kata khusus, biasanya disusun secara alfabetis, dengan penjelasan-penjelasan mengenai maknanya serta informasi lainnya mengenai kata-kata, dinyatakan atau diekspresikan dalam bahasa yang sama atau dalam bahasa lain, disebut juga leksikon atau glosari ” ( Guntur Tarigan, 2009 :163 ).
              Sedangkan menurut Kridalaksana ( 2001 : 95 ) “ Kamus adalah buku referensi yang memuat daftar kata atau gabungan kata dengan keterangan mengenai pelbagai segi maknanya dan penggunaannya dalam bahasa, biasanya disusun menurut urutan abjad ”.
              Menurut  Ladislav Zgusta seorang ahli dalam perkamusan,  kamus dapat dibagi menjadi beberapa macam diantaranya :
adalah kamus yang dilengkapi dengan keterangan yang lebih luas, biasanya ditambah entri berupa nama orang, nama geografis, dengan keterangannya serta gambar dan sketsa. Bahasannya pun luas menyangkut segala bidang pengetahuan manusia baik fisik maupun nonfisik.
adalah kamus mengenai ilmu bahasa. Kamus Linguistik dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a.       Berdasarkan waktu :
1)      Kamus Diakronis
a)      Kamus Historis
b)      Kamus Etimologis
2)      Kamus Sinkronis
b.      Berdasarkan jangkauan :
1)      Kamus Umum
a)      Kamus Deskriptif Standar
b)      Kamus Deskriptif Keseluruhan ( Kamus Informatif )
2)      Kamus Khusus atau Terbatas
a)      Kamus Ideologis atau Sinonim
b)      Kamus Sistematik

c.       Berdasarkan Jumlah Bahasa
1)      Kamus Monolingual ( Ekabahasa )
2)      Kamus Bilingual ( Dwibahasa )
3)      Kamus Multilingual ( Aneka Bahasa )
d.      Berdasarkan Jumlah Entri
1)      Kamus Besar ( Tesaurus )
2)      Kamus Sedang
3)      Kamus Kecil
              Berikut ini pengertian kamus yang dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Pengajaran Semantik ( 2009: 167 ) :
              Kamus Diakronis adalah kamus yang memusatkan perhatian pada sejarah dan perkembangan kata-kata, baik yang berkaitan dengan bentuk maupun yang berkaitan dengan makna.
              Kamus Historis memusatkan perhatian pada perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam bentuk maupun dalam makna suatu kata dalam jangka waktu sejarah.
              Kamus Etimologis adalah kamus yangmemusatkan perhatian pada asal-usul kata-kata. Kamus jenis ini biasanya lebih memusatkan perhatian pada bentuk kata dibangding makna katanya.
              Kamus Sinkronis adalah kamus yang menggarap persediaan leksikal suatu bahasa pada suatu masa tertentu atau pada tahap perkembangannya.
              Kamus Umum adalah kamus yang berisi segala kata dalam suatu bahasa beserta maknanya.
              Kamus Khusus adalah kamus yang  garapannya terbatas pada satu bidang saja. Contoh kamus ekonomi.
              Kamus Kata-kata Asing adalah semacam kamus khusus yang menangani kata-kata pungut atau kata-kata pinjaman yang berasal dari bahasa asing.
              Kamus Singkatan adalah semacam kamus khusus yang memusatkan perhatian pada kata-kata teleskopis akronim, dan singkatan-singkatan yang lazim dipakai dalam suatu bahasa.
              Kamus Ideologis adalah sejenis kamus terbatas yang memusatkan perhatian pada padanan kata, kata-kata yang sama atau hampir sama maknanya, atau pada istilah-istilah yang memiliki hubungan semantis.
              Kamus Sistematik memusatkan perhatian pada kata-kata yang berhubungan secara semantis dalam kelompok-kelompok yang berdasarkan bidang-bidang onomasialogis dan di dalamnya berdasarkan struktur-struktur nasional atau struktur gagasan. Contoh thesaurus of english words and phrases karya Roget.
              Kamus Deskriptif standar dapat digolongkan sebagai kamus deskriptif bahasa nasional baku seperti yang dipakai pada batas waktu saat kamus itu disusun, dan diharapkan dapat dipakai untuk beberapa lama setelah penerbitan kamus itu. Kamus jenis ini memerikan bahasa yang dipakai para pengarang atau pembicara masa kini.
              Kamus Deskriptif keseluruhan adalah kamus yang memerikan lebih banyakbahas nasional baku, kamus ini tidak menggarap pemakaian kata masa depan akan tetapi dipakai untuk mendapatkan informasi mengenai kata yang tidak mereka fahami pada saat membaca atau mendengar suatu naskah.
              Kamus Ekabahasa adalah kamus yang menyajikan satu bahasa saja.
              Kamus Dwibahasa adalah kamus yang menyajikan dua bahasa, maksudnya untuk menterjemahkan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain.
              Kamus Aneka Bahasa adalah kamus yang menyajikan lebih dari satu bahasa.
              Kamus Besar adalah kamus yang memuat lebih dari 200.000 kata kepala atau entri.
              Kamus Sedang adalah kamus yang memuat tidak kurang dari 40.000 kata kepala atau entri.
              Kamus Kecil adalah kamus yang memuat tidak kurang dari 10.000 kata kepala atau entri.

              Sebagaimana kita ketahui kamus merupakan gudang atau daftar makna kata. Kamus tidak hanya perekam atau pencatat makna kata tetapi jauh lebih dari itu. Dalam beberapa hal kamus merupakan tempat penyimpanan pengalaman-pengalaman manusia yang telah diberi nama, dengan demikian merupakan sarana penting dalam pengajaran kosa kata dan pengajaran semantik.
              Kamus memberikan informasi mengenai kata kepala, bentuk kata, ucapan dan ejaan, jenis kata, sinonim, tingkat-tingkat pemakaian kata, definisi atau batasan, catatan pemakaian kata, ilustrasi penjelas definisi, derivasi kata, contoh pemakaian kata, frase, kutipan-kutipan, kata-kata asing, acuan silang maupun acuan tambahan, sehingga bagi penggunanya kamus dapat  meningkatkan dan memperkaya perbendaharaan kosa kata.
              Manfaat lain dari kamus yaitu untuk mempermudah para pembelajar bahasa, misalnya orang asing yang ingin mempelajari suatu bahasa akan sangat terbantu dengan informasi tentang kata atau bahasa yang terdapat dalam kamus.

KESIMPULAN


Penamaan merupakan proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses dan sebagainya. Biasanya dengan memanfaatkan perbendaharaan yang ada, antara lain dengan perubahan-perubahan makna yang mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata.
Penamaan dapat terjadi karena sebab-sebab tertentu diantaranya peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan sifat khas, penemu dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, pemendekan, dan penamaan baru.
Kata memiliki perbedaan dengan istilah. kata bersifat umum sedangkan istilah bersifat khusus dalam bidang tertentu.    Kata dapat bermakna ganda sedang istilah tidak. Makna kata tergantung pada konteks sedangkan makna istilah bebas. Istilah bersifat internasional dan memiliki konsep universal dalam ilmu yang bersangkutan.       Selain itu istilah biasanya otentik atau berbeda dengan kata sehari-hari.
Kamus adalah buku referensi yang memuat daftar kata atau gabungan kata dengan keterangan mengenai pelbagai segi maknanya dan penggunaannya dalam bahasa, biasanya disusun menurut urutan abjad. Kamus dapat dibagi menjadi kamus ensiklopedis dan kamus linguistik. Selain itu kamus dapat dibedakan pula berdasarkan waktu, jangkauan, jumlah bahasa, dan jumlah entri.
Adapun manfaat kamus bagi para pemakainya yaitu tentu saja untuk meningkatkan dan memperkaya pembendaharaan kata. Selain itu kamus dapat mempermudah untuk mempelajari suatu bahasa terutama yang berhubungan dengan semantik.

DAFTAR PUSTAKA


Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung : Penerbit Angkasa
Resmini, Novi. Modul Bimbingan Belajar tentang Unsur Semantik dan Jenis Makna
http://pendikananakdesa.blogspot.com. Penulisan kata dan istilah dalam karya tulis ilmiah.



PENAMAAN, PENGISTILAHAN, DAN PENDEFINISIAN
oleh Dheka Dwi Agusti N.
Penamaan, pengistilahan, pendefinisaian adalah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu referen.
Referen adalah benda atau orang tertentu yang diacu oleh kata atau untaian kata dalam kalimat atau konteks tertentu. (KBBI, 2002: 939)
Referen yaitu kemampuan kata untuk mengacu pada makna tertentu. Referensi berhubungan erat dengan makna, jadi referensi merupakan salah satu sifat makna leksikal. (Veerhaar, 1999: 389)
1. PENAMAAN
Penamaan atau pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian belaka di antara sesama anggota statu masyarakat bahasa. (Aristoteles)
Antara suatu satuan bahasa sebagai lambang, misalnya kata, dengan sesuatu yang dilambangkannya bersifat sewenang-wenang dan tidak ada hubungan “wajib” di antara keduanya. Jika sebuah nama sama dengan lambang untuk sesuatu yang dilambangkannya, berarti pemberian nama itu pun bersifat arbitrer, tidak ada hubungan wajib sama sekali.
Misalnya antara kata <kuda> dengan benda yang diacunya yaitu seekor binatang yang biasa dikendarai atau dipakai menarik pedati, tidak bisa dijelaskan sama sekali. Lagi pula andaikata ada hubungannya antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, tentu orang Jawa tidak akan menyebutnya <jaran>, orang Inggris tidak akan menyebutnya <horse>, dan orang Belanda tidak akan menyebutnya <paard>. Tentu mereka semuanya akan menyebutnya juga <kuda>, sama dengan orang Indonesia.
Walaupun demikian, secara kontemporer kita masih dapat menelurusi sebab-sebab atau peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya penamaan atau penyebutan terhadap sejumlah kata yang ada dalam leksikon bahasa Indonesia.
1.     1 Peniruan Bunyi
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut.
Misalnya, binatang sejenis reptil kecil yang melata di dinding disebut cecak karena bunyinya “cak, cak, cak-“. Begitu juga dengan tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya “tokek, tokek”. Contoh lain meong nama untuk kucing, gukguk nama untuk anjing, menurut bahasa kayak-kanak, karena bunyinya begitu.
Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope.
1.     2 Penyebutan Bagian
Penamaan suatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu, biasanya berdasarkan ciri khas yang dari benda tersebut dan yang sudah diketahui umum.
Misalnya kata kepala dalam kalimat Setiap kepala menerima bantuan bersa 10 kg. Bukanlah dalam arti „kepala“ itu saja, melainkan seluruh orangnya sebagai satu kesatuan (pars pro toto, menyebut sebagian untuk keseluruhan).
Contoh lainnya yaitu kata Indonesia dalam kalimat Indonesia memenangkan medali emas di olimpiade. Yang dimaksud adalah tiga orang atlet panahan putra (tótem pro parte, menyebut keseluruhan untuk sebagian.)
1.     3 Penyebutan Sifat Khas
Penyebutan sifat khas adalah penamaan sesuatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu yang hampir sama dengan pars pro toto. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa ini terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol itu; sehingga akhirnya, kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya. Umpamanya, orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil. Yang kulitnya hitam disebut si hitam, dan yang kepalanya botak disebut si botak.
Di dalam dunia politik dulu ada istilah golongan kanan dan golongan kiri. Maksudnya, golongan golongan kanan untuk menyebut golongan agama dan golongan kiri untuk menyebut golongan komunis.
1.     4 Penemu dan Pembuat
Nama benda dalam kosa kata bahasa Indonesia yang dibuat berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah disebut dengan istilah appelativa.
Nama-nama benda yang berasal dari nama orang, antara lain, kondom yaitu sejenis alat kontrasepsi yang dibuat oleh Dr. Condom; mujahir atau mujair yaitu nama sejenis ikan air tawar yang mula-mula ditemukan dan diternakan oleh seorang petani yang bernama Mujair di Kediri, Jawa Timur. Selanjutnya, dalam dunia ilmu pengetahuan kita kenal juga nama dalil, kaidah, atau aturan yang didasarkan pada nama ahli yang membuatnya. Misalnya, dalil arkhimides, hukum kepler, hukum van der tunk, dan sebagainya.
Nama orang atau nama pabrik dan merek dagang yang kemudian menjadi nama benda hasil produksi itu banyak pula kita dapati seperti aspirin obat sakit kepala, ciba obat sakit perut, tipp ex koreksi tulisan, miwon bumbu masak, dan lain sebagainya.
Dari peristiwa sejarah banyak juga kita dapati nama orang atau nama kejadian yang kemudian menjadi kata umum. Misalnya kata boikot, bayangkara, laksamana, Lloyd, dan sandwich. Pada mulanya kata bayangkara adalah nama pasukan pengawal keselamatan raja pada zaman Majapahit. Lalu, nama ini kini dipakai sebagai nama korps kepolisian R.I. Kata laksamana yang kini dipakai sebagai nama dalam jenjang kepangkatan pada mulanya adalah nama salah seorang tokoh dalam wiracarita Ramayana. Laksamana adik Rama dalam cerita itu memang terkenal sebagai seorang pahlawan. Kata boikot berasal dari nama seorang tuan tanah di Iggris Boycott, yang karena tindakannya yang terlalu keras pada tahun 1880 oleh perserikatan tuan tanah Irlandia tidak diikutsertakan dalam suatu kegiatan dikatakan orang itu diboikot, diperlakukan seperti tuan Boycott. Kaat Llyoid seperti yang terdapat pada nama perusahaan pelayaran seperti Djakarta Lloyd dan Rotterdamse Lloyd diturunkan dari nama seorang pengusaha warung kopi di kota London pada abad XVII, yaitu Edward Lloyd. Warung kopi itu banyak dikunjungi oleh para pelaut dan makelar perkapalan. Maka dari itu namanya dipakai sebagai atribut nama perusahaan pelayaran yang searti dengan kata kompeni atau perserikatan, khususnya perserikatan pelayaran.
Kata Sandwich, yaitu roti dengan mentega dan daging didalamnya, berasal dari nama seorang bangsawan Inggris Sandwich. Dia seorang penjudi berat, yang selalu membawa bekal berupa roti seperti di atas agar dia bisa tetap sambil tetap bermain.
1.     5 Tempat Asal
Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda tersebut. Misalnya kata magnit berasal dari nama tempat Magnesia; katakenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama pulau kenari di Afrika; kata sarden atau ikan sarden, berasal dari nama pulau Sardinia di Italia; kata klonyoberasal dari au de Cologne artinya air dari kuelen, yaitu nama kota di Jerman Barat.
Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut berdasarkan nama tempat penemuannya seperti piagam kota Kapur, prasasti kedudukan bukit, piagam Telaga Batu dan piagam Jakarta.
Selain itu ada juga kata kerja yang dibentuk dari nama tempat, misalnya, didigulkan yang berarti di buang ke Digul di Irian jaya; dinusakambangkan, yang berarti di bawa atau dipenjarakan di pulau Nusakambangan.

1.     6 Bahan
Ada sejumlah benda yang namanya diambil dari nama bahan pokok benda itu. Misalnya, karung yang dibuat dari goni yaitu sejenis serat tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa latin disebut Corchorus capsularis, disebut juga goni atau guni.
Contoh lain, kaca adalah nama bahan. Lalu barang-barang lain yang dibuat dari kaca seperti kaca mata, kaca jendela, dan kaca spion. Bambu runcing adalah nama sensata yang digunakan rakyat Indonesia dalam perang kemerdekaan dulu. Bambu runcing dibuat dari bambu yang ujungnya diruncingi sampai tajam. Maka di sini nama bahan itu, yaitu bambu, menjadi nama alat sensata itu.
1.     7 Keserupaan
Dalam praktek berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikaldari kata itu.
Misalnya kata kaki pada frase kaki meja dan kaki kursi dan ciri “terletak pada bagian bawah”.contoh lain kata kepala pada kepala kantor, kepala surat dan kepala meja. Disini kata kepala memiliki kesamaan makna dengan salah satu komponen makan leksikal dari kata kepala itu, yaitu “bagian yang sangat penting pada manusia” yakni pada kepala kantor, “terletak sebelah atas” yakni pada kepala surat, dan “berbentuk bulat” yakni pada kepala paku. Malah kemudian, kata-kata seperti kepala ini dianggap sebagai kata yang polisemi, kata yang memiliki banyak makna.
1.     8 Pemendekan
Penamaan yang didasarkan pada hasil penggabungan unsur-unsur huruf dan beberapa suku kata yang digabungkan menjadi satu. Misalnya rudal untuk peluru kendali, iptek untuk ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tipikor untuk tindak pidana korupsi.
Kata-kata yang terbentuk sebagai hasil pemendekan ini lazim disebut akronim.
1.     9 Penamaan Baru
Penamaan baru dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada karena kata atau istilah lama yang sudah ada dianggap kurang tepat, kurang rasional, tidak halus atau kurang ilmiah.
Misalnya, kata pariwisata untuk menggantikan kata turisme, darmawisata untuk piknik, dan karyawan untuk mengganti kata kuli atau buruh. Penggantian kata gelandangan menjadi tuna wisma, pelacur menjadi tunasfusila, dan buta huruf menjadi tuna aksara adalah karena kata-kata tersebut dianggap kurang halus; kurang sopan menurut pandangan dan norma sosial. Proses penggantian nama atau penyebutan baru masih akan terus berlangsung sesuai dengan perkembangan pandangan dan norma budaya yang ada di dalam masyarakat.
2. PENGISTILAHAN
Berbeda dengan proses penamaan atau penyebutan yang lebih banyak berlangsung secara arbitrer, mka pengistilahan lebih banyak berlangsung menurut statu prosedur. Ini terjadi karena pengistilahan dilakukan untuk mendapatkan “ketepatan” dan “kecermatan” makna untuk statu bidang kegiatan atau keilmuan.
Istilah memiliki makna yang tepat dan cermat serta digunakan untuk satu bidang tertentu, sedangkan nama masih bersifat umum.
Misalnya kata <telinga> dan <kuping> sebagai nama yang dianggap bersinonim. Tetapi dalam bidang kedokteran telinga dan kuping digunakan sebagai istilah untuk acuan yang berbeda; telinga adalah alat pendengaran bagian dalam, sedangkan kuping adalah bagian luarnya.
3. PENDEFINISIAN
Pendefinisaian adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya. Berdasarkan taraf kejelasannya, definisi diklasifikasikan menjadi 5 yaitu:
1. Definisi Sinonimis
Suatu kata didefinisikan dengan sebuah kata lain yang merupakan sinonim dari kata tersebut. Contoh: kata ayah didefinisikan dengan kata bapak. Ketidakjelasan definisi ini adalah karena definisi yang diberikan bersifat berputar balik (circum of means).
2. Definisi Formal
Dalam definisi formal ini, konsep atau ide yang akan didefinisikan itu disebutkan terlebih dahulu sebuah ciri umumnya, lalu disebutkan pula sebuah ciri khusus yang menjadi pembeda dengan konsep atau ide lain yang sama ciri umumnya.
Misalnya kata bis
konsep/ide ciri umum Ciri khusus
bis kendaraan umum dapat memuat
banyak penumpang
Ciri khusus yang menjadi pembeda ini dapat berupa salah satu unsur yang terdapat pada konsep yang didefinisikan itu, seperti unsur kuantitas (misalnya banyak penumpang pada definisi bis), atau juga unsur tujuan, bahan, kegunaan, kerja, kualitas, dan sebagainya.
Definisi formal ini pada taraf tertentu memang sudah cukup jelas, tetapi pada taraf yang lebih jauh seringkali tidak memuaskan. Umpamanya definisi bis di atas yang dikatakan adalah kendaraan umum dan dapat memuat banyak penumpang. Definisi itu belum bisa menjelaskan bedanya bis dengan kereta api dan pesawat terbang.
Kelemahan definisi formal di atas dapat diatasi dengan pendefinisian yang lebih luas, yaitu dengan membuat definisi logis dan definisi ensiklopedis.
3. Definisi Logis
Definisi logis mengidentifikasi secara tegas objek, ide atau konsep yang didefinisikan itu sedemikian rupa, sehingga objek tersebut berbeda secara nyata dengan objek-objek lain. Definisi logis ini biasa terdapat dalam buku-buku pelajaran, dan karena itu sifatnya (agak) ilmiah. Contoh:
air adalah zat cair yang jatuh dari awan sebagai hujan, mengaliri sungai, menggenangi danau dan lautan, meliputi dua pertiga bagian dari permukaan bumi, merupakan unsur pokok dari kehidupan, campuran oxida hidrogen H2O, tanpa bau, tanpa bau, tanpa rasa dan tanpa warna, tetapi tampak kebiru-biruan pada lapisan yang tabal, membeku pada suhu nol derajat Celsius, mendidih pada suhu 100 derajat Celsius, mempunyai berat jenis maksimum pada 4 derajat Celsius.
4. Definisi Ensiklopedis
Definisi ensiklopedis lebih luas lagi dari definisi logis sebab definisi ensiklopedis ini menerangkan secara lengkap dan jelas serta cermat akan segala sesuatu yang berkenaan dengan kata atau konsep yang didefinisikan. Contoh:
air adalah persenyawaan hidrogen dan oksigen, terdapat di mana-mana, dan dapat berwujud: (1). Gas, seperti uap air; (2). Cairan, seperti air yang sehari-hari dijumpai; (3). Padat, seperti es dan salju. Air merupakan zat pelarut yang baik sekali dan paling muarh, terdapat di alam dalam keadaan tidak murni. Air murni berupa cairan yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Pada suhu 4 derajat celcius air mencapai maksimum berat jenis; dan 1 cm3 beratnya 1 gram. Didinginkan sampai nol derajat celcius atau 32 derajat farenheit, air berubah menjadi es yang lebih ringan daripada air. Air mengembang sewaktu membeku. Bila dipanaskan sampai titik didih (100 derajat celcius atau 212 derajat fahrenheit), air berubah menjadi uap. Air murni bukanlah konduktor yang baik. Dia merupakan persenyawaan dua atom hydrogen dan satu atom oksigen; rumus kimianya H2O. Kira-kira 70% dari permukaan bumi tertutup air. Manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan memerlukan air untuk hidup. Tenaga air mempunyai arti ekonomi yang besar.
5. Definisi Batasan/ Definisi Operasional
Jenis definisi lain banyak dibuat dan digunakan orang adalah definisi yang sifatnya membatasi (di sini kita sebut juga definisi batasan). Definisi ini dibuat orang untuk membatasi konsep-konsep yang akan dikemukakan dalam suatu tulisan atau pembicaraan. Oleh karena itu, sering juga disebut definisi operasional. Definisi ini hanya digunakan untuk keperluan tertentu, terbatas pada suatu topik pembicaraan, umpamanya:
Yang dimaksud dengan air dalam tulisan ini adalah zat cair yang merupakan kebutuhan hidup manusia sehari-hari, seperti untuk makan, untuk minum, mandi, dan cuci.
Yang dimaksud dengan air dalam pembahasan ini adalah segala zat cair yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan, baik yang ada di dalam batang (seperti air tebu), maupun yang ada di dalam buah.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Yakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Verhaar, J. W. M. 1999. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: UGM Press



SEMANTIK (Contoh Penamaan dan Pendefinisian)
PENAMAAN DAN PENDEFINISIAN
A. PENAMAAN
1.      Peniruan Bunyi

·         Kentongan             → karena bunyinya “tong,tong”

·         Gemericik air         → karena bunyi air “kricik, kricik”

·         Bedug                    → karena bunyinya “dug, dug”

·         Kucing mengeong → karena bunyinya “ngeong, ngeong”

·         Jangkrik                 → karena bunyinya “krik, krik “

2.      Penyebutan Bagian

·         Adik membeli 2 potong roti

·         Tari memetik setangkai bunga mawar

·         Ana membeli 5 biji permen

·         Ayah membeli sebungkus rokok

·         Indonesia berhasil meraih piala AFF

3.      Penyebutan Sifat Khas

·         Orang yang kurus disebut si cungkring

·         Orang yang tinggi disebut si jangkung

·         Orang yang dahinya lebar disebut si jenong

·         Orang yang badannya kerdil disebut si boncel

·         Orang yang suka berpetualang disebut si bolang

4.      Penemu

·         Sinar rontgen untuk foto bagian dalam tubuh ditemukan oleh Rontgen

·         Teori mendel (genetika) dikemukakan oleh Mendel

·         Hukum Archimedes (fisika) dikemukakan Archimedes

·         Delman ditemukan oleh Charles Theodore Deeleman

·         Satuan Fahrenheit ditemukan Daniel Gabriel Fahrenheit

5.      Pembuat

·         Sarimi merk mi instan

·         Hansaplas plaster luka

·         Kutex cat kuku

·         Stabile penanda tulisan

·         Levis celana jeans

6.      Sejarah

·         Nama Taj Mahal diambil dari nama istri kaisar Shah Jahan dari India yaitu Mumtaz Mahal yang meninggal saat melahirkan putrinya Gauhara Begum, anak ke-14 mereka.

·         Pasar Senen pertama kali dibangun oleh Justinus Vinck, orang-orang Belanda menyebut pasar ini dengan sebutan Vinckpasser (pasar Vinck) tetapi karena hari pada awalnya Vinckpaseer dibuka hanya pada hari senin, maka pasar itu disebut juga pasar Senin (disesuaikan dengan kebiasaan orang-orang yang lebih sering menyebut senen ketimbang senin).

·         Kwitang, nama kwitang berasal dari Kwik Tang Kiam, seorang tuan tanah Cina yang kaya dan hampir semua tanah yang ada di daerah tersebut adalah miliknya. Sangking luasnya tanah milik Tang Kiam, orang betawi menyebut kampungnya Si Kwi Tang.

·         Angke, salah satu kampung di Jakarta asal-usul berasal dari bahasa Cina dengan dua suku kata yaitu Ang artinya daerah dank e artinya bangkai. Kampung ini dinamakan Angke karena adanya peristiwa sejarah yang sangat berhubungan dengan sejarah kota Batavia. Pada tahun 1740 ketika terjadi pemberontakan orang-orang Cina di Batavia, ribuan orang Cina dibantai oleh Belanda, mayat orang-orang Cina yang bergelimpangan dibawa dan dihanyutkan ke kali yang ada di dekat peristiwa tersebut sehingga kampong dan kali yang penuh dengan mayat itu diganti penduduk dengan nama kali Angke dan kampung Angke.

·         Cawang, nama kawasan tersebut berasal dari nama seorang Letnan Melayu yang mengabdi kepada Kompeni, yang bermukim disitu bersama pasukan yang dipimpinnya, bernama Enci Awang.(Awang, mungkin panggilan dari Anwar). Lama – kelamaan sebutan Enci Awang berubah menjadi Cawang. Letnan Enci Awang adalah bawahan dari Kapten Wan Abdul Bagus, yang bersama pasukannya bermukim dikawasan yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Melayu, sebelah selatan Jatinegara.

7.      Tempat Asal

·         Baju merk Nevada berasal dari daerah Nevada, USA

·         Berus dari nama tempat di Sumatra Barat

·         Kain damas untuk taplak berasal dari nama kota Damaskus

·         Buah siwalan berasal dari daerah Siwalan

·         Perjanjian renville dilakukan di kapal Renville

8.      Bahan

·         Cobek batu dibuat dari batu

·         Kalung emas dibuat dari logam emas

·         Gelang karet dibuat dari getah karet

·         Minyak kayu putih berasal dari pohon kayu putih

·         Minyak urang aring berasal dari tumbuhan urang aring

9.      Keserupaan

·         Gendang telinga

·         Badan kapal

·         Sayap pesawat

·         Daun telinga

·         Lengan baju

10.  Pemendekan

·         Cireng kependekan dari ‘aci digoreng’

·         Pemilu kependekan dari ‘pemilihan umum’

·         Simpedes kependekan dari simpanan pedesaan

·         Jamsostek kependekan dari jaminan, social, dan kesehatan

·         Siskamling kependekan dari system keamanan lingkungan

11.  Penamaan Baru

·         Pemecatan menjadi pemutusan hubungan kerja(PHK)

·         Pembantu atau jongos menjadi pramuwisma

·         Pelayan menjadi pramuniaga

·         Orang tuli menjadi  tunarungu

·         Orang bisu menjadi tunawicara
B. PENDEFINISIAN

1.      Sinonimis

·         Buku                     → kertas

·         Pensil                     → alat tulis

·         Kayu                      → batang

·         Lempung               → tanah

·         Hamil                    → mengandung

2.      Formalis

·         Buku adalah lembar kertas yg berjilid, berisi tulisan atau kosong.

·         Pensil adalah alat tulis berupa kayu kecil bulat berisi arang keras.

·         Kayu adalah  bagian batang (cabang, dahan, dsb) pokok yg keras (yg biasa dipakai untuk bahan bangunan, dsb.

·         Lempung adalah tanah pekat; tanah liat.

·         Hamil adalah mengandung janin di rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa.

3.      Ensiklopedis

·         Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Seiring dengan perkembangan bidang informatika, kini dikenal pula istilah e-book (buku elektronik).

·         Pensil adalah alat tulis dan lukis yang awalnya terbuat dari grafit murni. Namun grafit murni cenderung mudah patah, terlalu lembut, memberikan efek kotor saat media bergesekan dengan tangan, dan mengotori tangan saat dipegang. Karena itu kemudian diciptakan campuran grafitdengan tanah liat agar komposisisnya lebih keras. Selanjutnya komposisi campuran ini dibalut dengan kertas atau kayu.

·         Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan).penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang. Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot, bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya.

·         Lempung adalah  tanah pekat; tanah liat; Geo partikel tanah yg garis tengahnya 0,005 mm; Geo batuan berwarna, terutama terdiri atas butir halus silikat alumina berair sbg hasil pelapukan batuan felspar dan batuan silikat alumina lain.

·         Hamil adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi misalnya kembar. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravid, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin sampai kelahiran.  



PROSES PEMBENTUKAN ISTILAH DAN ASPEK SEMANTIK PERISTILAHAN
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia




Disusun oleh :

Ayu Rika Handayani (7101412117)
Putri Rizka Okta Rahmawati (7101412100)
Setiati Marselia Nirwana (7101412108)
Vamiki Ratnadini (7101412153)




UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejalan dengan berkembangnya zaman perkembangan bahasa pun juga ikut berkembang dan mengalami banyak perubahan. Seperti peristilahan yang  merupakan hal penting dalam sebuah bahasa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008), istilah bermakna : kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Di samping kata istilah, ada pula kata turunan istiah yang lain, yaitu peristilahan yang bermakna perihal istilah dan semantik peristilahan yang intinya hampir mirip dimana semantik juga membahas mengenai makna atau arti sebuah kata.
Atas dasar itu tidak heran beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul berbagai kata yang memiliki banyak makna baru, meski demikian makna yang melekat terlebih dahulu tidak serta merta hilang begitu saja. Perubahan makna suatu kata yang terjadi terkadang hampir tidak disadari oleh pengguna bahasa itu sendiri. Untuk itu perlu kita mengetahui dan memahami ilmu kebahasaan secara utuh.
B.     Rumusan Masalah
1.         Apakah yang dimaksud dengan istilah dan tata istilah?
2.         Bagaimana proses pembentukan istilah?
3.         Apakah yang dimaksud dengan aspek semantik?
4.         Apa saja yang ada di dalam aspek semantik peristilahan?
C.      Tujuan
1.         Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan istilah dan tata istilah.
2.         Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan istilah.
3.         Untuk mengetahui apa yang dimaksud aspek semantik.
4.         Untuk mengetahui apa saja yang ada dalam aspek semantik peristilahan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Istilah dan Tata Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dipakai sebagai nama atau lambang yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni. Tata istilah (terminologi) adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya. Istilah dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1.      Istilah Umum
Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu yang karena dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum.
2.      Istilah Khusus
Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja.
Istilah memiliki makna yang tepat dan cermat serta digunakan hanya untuk satu bidang tertentu, sedangkan nama masih bersifat umum karena digunakan tidak lebih dan tidak dalam bidang tertentu. Umpamanya kata telingadan kuping sebagai nama dianggap bersinonim, tampak dari kenyataan orang bisa mengatakan “kuping saya sakit” yang sama saja dengan “telinga saya sakit” tetapi dalam bidang kedokteran telinga dan kuping digunakan sebagai acuan yang berbeda; telinga adalah alat pendengaran bagian dalam sedangkan kuping adalah alat pendengaran bagian luar. Demikian juga dengan kata lengan dan tangan, keduanya bersinonim. Orang bisa mengatakan “dia jatuh, lengannya patah” atau “dia jatuh, tangannya patah” dengan acuan yang sama. Sedangkan dalam bidang kedokteran keduanya berbeda, lengan adalah anggota tubuh dari bahu sampai pergelangan, dan tangan adalah dari pergelangan sampai ke jari-jari. Di bawah ini akan dibahas mengenai proses pembentukan istilah, berdasarkan enam poin penting.
B.    Proses Pembentukan Istilah
1.         Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya
Upaya cendikiaan ilmuwan (scientist) dan pandit (scholar) telah dan akan terus menghasilkan konsep ilmiah, yang pengungkapannya dituangkan dalam perangkat peristilahan. Konsep ilmiah yang sudah dihasilkan ilmuwan dan pandit Indonesia dengan sendirinya mempunyai istilah yang mapan. Akan tetapi, sebagian besar konsep ilmu pengetahuan modern yang dipelajari, digunakan, dan dikembangkan oleh pelaku ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia datang dari luar negeri dan sudah dilambangkan dengan istilah bahasa asing. Di samping itu, ada kemungkinan bahwa kegiatan ilmuwan dan pandit Indonesia akan mencetuskan konsep ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sama sekali baru sehingga akan diperlukan penciptaan istilah baru.
2.         Bahan Baku Istilah Indonesia
Tidak ada satu bahasa pun yang sudah memiliki kosakata yang lengkap dan tidak memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau rekacipta yang baru. Bahasa Inggris yang kini dianggap bahasa Internasional utama, misalnya, pernah menyerap kata dan ungkapan dari bahasa Yunani, Latin dan lain-lain, yang jumlahnya tiga perlima dari seluruh kosakatanya. Sejalan dengan itu, bahan istilah Indonesia diambil dari tiga golongan bahasa yang penting yaitu (1) bahasa Indonesia, termasuk unsur serapannya, dan bahasa Melayu (2) bahasa Nusantara yang serumpun, termasuk bahasa Jawa Kuno, dan (3) bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab.
3.         Pemantapan Istilah Nusantara
Istilah yang mengungkapkan konsep hasil galian ilmuwan dan pandit Indonesia, seperti Bhineka Tunggal Ika, batik, banjar, sawer, gunungan, dan pamor, telah lama diterima secara luas sehingga dapat dimantapkan dan hasilnya dikodifikasi.
4.         Pemadanan Istilah
Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, dan jika perlu ke salah satu bahasa serumpun, dilakukan lewat penerjemahan, penyerapan, atau gabungan penerjemahan dan penyerapan. Demi keseragaman, sumber rujukan yang diutamakan ialah istilah Inggris yang pemakaiannya bersifat internasional karena sudah dilazimkan oleh para ahli dalam bidangnya.
Penerjemahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu, penerjemahan langsung dan penerjemahan dengan perekaan. Penerjemahan istilah asing secara langsung memiliki beberapa keuntungan. Selain memperkaya kosakata Indonesia dengan sinonim, istilah terjemahan juga meningkatkan daya ungkap bahasa Indonesia. Dalam pembentukan istilah lewat penerjemahan perlu diperhatikan pedoman berikut :
a.       Penerjemahan tidak harus berasas satu kata diterjemahkan dengan satu kata. Contoh, psychologist dalam bahasa Indonesia berarti ‘ahli psikologi’.
b.      Istilah asing dalam bentuk positif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk positif, demikian sebaliknya. Contoh, inorganik dalam bahasa Indonesia berarti ‘takorganik’.
c.       Kelas kata istilah asing dalam penerjemahan sedapat-dapatnya dipertahankan pada istilah terjemahannya. Contoh, merger (nomina) dalam bahasa Indonesia berarti ‘gabung usaha’ (nomina).
d.      Dalam penerjemahan istilah asing dengan bentuk plural, penerjemahannya ditanggalkan pada istilah Indonesia. Contoh, master of ceremonies dalam bahasa Indonesia berarti ‘pengatur acara’.
Adakalanya upaya pemadanan istilah asing perlu dilakukan dengan menciptakan istilah baru. Istilahfactoring, misalnya, sulit diterjemahkan atau diserap secara utuh. Dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia/Melayu terdapat bentuk anjak dan piutang yang menggambarkan pengalihan hak menagih utang. Lalu, direka istilah anjak piutang sebagai padanan istilah factoring. Begitu pula pemadanan catering menjadijasa boga dan invention menjadi rekacipta diperoleh lewat perekaan.
Penyerapan istilah asing untuk menjadi istilah Indonesia dilakukan berdasarkan hal-hal berikut:
a.       Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan bahasa asing dan bahasa Indonesia secara timbal balik mengingat keperluan masa depan.
b.      Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman teks asing oleh pembaca Indonesia karena dikenal lebih dahulu.
c.       Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
d.      Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan antarpakar jika padanan terjemahannya terlalu banyak sinonimnya.
e.       Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan tepat karena tidak mengandung konotasi buruk.
5.         Perekaciptaan Istilah
Kegiatan ilmuwan, budayawan, dan seniman yang bergerak di baris terdepan ilmu, teknologi, dan seni dapat mencetuskan konsep yang belum ada selama ini. Istilah baru untuk mengungkapkan konsep itu dapat direkacipta sesuai dengan lingkungan dan corak bidang kegiatannya. Misalnya, rekacipta istilah fondasi cakar ayam, tebang pilih, plasma inti rakyat telah masuk dalam khazanah peristilahan.
6.      Pembakuan dan Kodifikasi Istilah
Istilah yang diseleksi lewat pemantapan, penerjemahan, penyerapan, dan perekaciptaan dibakukan lewat kodifikasi yang mengusahakan keteraturan bentuk sesuai kaidah dan adat pemakaian bahasa. Kodifikasi itu tercapai dengan tersusunnya sistem ejaan, buku tata bahasa, dan kamus yang merekam dan menetapkan bentuk bakunya.
C.    Pengertian Aspek Semantik
Kata semantik sebenarnya merupakan istilah yang mengacu pada studi tentang makna. Semantik dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa Yunani “sema” (kata banda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah “semaino” yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda linguistik (perancis : signe linguistique).
Menurut Ferdinan De Sausure (1966), tanda linguistik terdiri dari :
1.      Komponen yang menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa
2.      Komponen yang diartijkan atau makna dari komponen pertama
Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang dan sedangkan yang ditandai atau dilambangkan adalah sesuatu yang berada diluar bahasa, atau yang lazim disebut sebagai referen/acuan/hal yang ditunjuk.
Jadi ilmu semantik adalah Ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya.
Definisi semantik menurut  para ahli :
1.      J.M.W Verhaar ; 1981 : 9 Mengemukakan bahwa semantik berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti.
2.      Lehrer ; 1974 : 1 Semantik adalah studi tengtang makna. Bagi Lehrer semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.
3.      Abdul Chaer semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik).
Pengertian aspek semantik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang makna.
D.    Aspek semantik pengistilahan
Pengistilahan dalam aspek semantik dibedakan atas tujuh bagian yaitu: pemberian makna baru, istilah sinonim, istilah homonim, istilah polisemi, istilah hiponim, istilah taksonom, istilah meronim. Di bawah ini akan dibahas ketujuh pengistilahan berdasarkan aspek semantik.
1.         Pemberian Makna Baru
Istilah baru dapat dibentuk lewat penyempitan dan peluasan makna kata yang lazim dan yang tidak lazim. Artinya, kata itu dikurangi atau ditambah jangkauan maknanya sehingga penerapannya menjadi lebih sempit atau lebih luas. Sebagai contoh kata gaya yang mempunyai makna ‘kekuatan’ dipersempit maknanya menjadi ‘dorongan atau tarikan yang akan menggerakkan benda bebas (tidak terikat)’ dan menjadi istilah baru untuk padanan istilah Inggris force. Kata canggih yang semula bermakna ‘banyak cakap, bawel, cerewet’ diperluas maknanya untuk dipakai dibidang teknik, yang berarti ‘kehilangan kesederhanaan asli (seperti sangat rumit, ruwet, atau terkembang)’.
2.         Istilah Sinonim
          Dua istilah atau lebih yang maknanya sama atau mirip, tetapi bentuknya berlainan, disebut sinonim. Penggunaan sinonim dapat dibedakan atas beberapa aturan yang telah ditetapkan, seperti: istilah sinonim yang menyalahi asas penamaan dan pengistilahan, sinonim asing yang benar-benar sama diterjemahkan dengan satu istilah Indonesia, sinonim asing yang hampir bersamaan sedapat-dapatnya diterjemahkan dengan istilah yang berlainan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, kata average yang bersinonim dengan kata ‘rata-rata’, katatenaga yang mempunyai makna ‘kekuatan untuk menggerakkan sesuatu’ dipersempit maknanya untuk dijadikan istilah baru sebagai padanan istilah energi dan kata daya menjadi padanan istilah power, dan lain-lain.
3.         Istilah Homonim
Istilah homonim berupa dua istilah atau lebih, yang sama ejaan dan lafalnya, tetapi maknanya berbeda karena asalnya berlainan misalnya bisa yang berarti ‘bisa ular’ dengan bisa yang berarti ‘dapat’. Istilah homonim dapat dibedakan menjadi homograf dan homofon. Istilah homograf ialah istilah yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafalnya. Contoh kata kata apel yang berarti ‘buah’ dengan apel yang berarti ‘upacara’. Sedangkan homofon ialah istilah yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya. Contoh kata ‘bank’ dengan kata ‘bang’, kata ‘sanksi’ dengan kata ‘sangsi’ dan kata ‘massa’ dengan ‘masa’.
4.         Istilah Polisem
Istilah polisem ialah bentuk yang memiliki makna ganda yang bertalian. Contoh, kata datuk yang berarti ‘nenek laki-laki, gelar kehormatan, penghulu adat, jin atau penunggu’. Bentuk asing yang sifatnya polisemi diterjemahkan sesuai dengan arti dalam konteksnya.
5.         Istilah Hiponim
Istilah hiponim ialah bentuk yang maknanya terangkum dalam hiponim, atau superordinatnya, yang mempunyai makna yang lebih luas. Sebagai contoh, kata mawar, melati, cempaka, misalnya, masing-masing disebut hiponim terhadap kata bunga yang menjadi hiponim atau superordinatnya.
6.         Istilah Taksonim
Istilah taksonim ialah hiponim dalam sistem klasifikasi konsep bawahan dan konsep atasan yang bertingkat-tingkat. Kumpulan taksonim membangun taksonim sebagaimana takson membangun taksonomi. Misalnya hubungan makhluk dengan bakteri, hewan, tumbuhan.
7.         Istilah Meronim
Istilah meronim ialah istilah yang maujud (entity) yang ditunjuknya merupakan bagian dari wujud lain yang menyeluruh. Istilah yang menyeluruh itu disebut holonim. Misalnya kata tubuh mupi makna kata bagian makna keseluruhan yang mencakupi makna kata bagiannya yaitu tangan, kaki, kepala, leher, dada, lengan, dan tungkai.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari  pembahasan dapat disimpulkan bahwa istilah dibentuk melalui enam poin penting, yaitu :
1.      Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya
2.      Bahan Baku Istilah Indonesia
3.      Pemantapan Istilah Nusantara
4.      Pemadanan Istilah
5.      Perekaciptaan Istilah
6.      Pembakuan dan Kodifikasi Istilah
Pengistilahan dalam aspek semantik dibedakan atas tujuh bagian yaitu: pemberian makna baru, istilah sinonim, istilah homonim, istilah polisemi, istilah hiponim, istilah taksonom, istilah meronim.
B.     Saran      
Setiap warga negara Indonesia seharusnya lebih memperdalam pemahaman mengenai istilah-istilah dalam bahasa Indonesia dan proses pembentukkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga/Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Cetakan ke-6. Jakarta: Pusat Bahasa, 2009.
Doyin, Mukh dan Wagiran. 2012. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Negeri Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3.
Samsuri. 1978. “ ANALISA BAHASA memahami bahasa secara ilmiah.” Jakarta: Erlangga.


Tidak ada komentar:

zakifahrizal. Diberdayakan oleh Blogger.