Ads Top

KAJIAN ASAL USUL PENAMAAN DI KOTA SERANG

KAJIAN ASAL USUL PENAMAAN DI KOTA SERANG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Manusia menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Bahasa itu sendiri mempunyai tugas guna memenuhi salah satu kebutuhan sosial manusia, juga menghubungkan manusia satu dengan manusia lain di dalam peristiwa sosial tertentu. Peran penting bahasa dalam kehidupan manusia saat ini disadari sebagai kehidupan primer dalam kehidupan sosial manusia itu sendiri. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang sifatnya arbitrer (manasuka), yang digunakan oleh anggota  suatu  masyarakat  untuk  bekerjasama,  berinteraksi,  dan  juga  untuk mengidentifikasikan diri (KBBI: 2007).
Sejalan dengan berkembangnya zaman perkembangan bahasa pun juga ikut berkembang dan mengalami banyak perubahan. Seperti penamaan yang  merupakan hal penting dalam sebuah bahasa. Semantik merupakan salah satu cabang Linguistik yang mempelajari mengenai arti atau makna di mana di dalam semantik dibahas mengenai hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya.
Menurut Tarigan (2011: 147) semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia serta masyarakat.
Sedangkan menurut Korzybski (Parera, 2004: 18), semantik ialah studi tentang kemampuan manusia untuk menyimpan pengalaman dan pengetahuan lewat fungsi bahasa sebagai penghubung waktu, bahasa mengikat waktu, dan bahasa mengikat umur manusia bersama.
            Sejak Chomsky menyatakan betapa pentingnya semantik dalam studi Linguistik, maka studi semantik sebagai bagian dari studi Linguistik menjadi semakin diperhatikan. Berbagai teori tentang makna mulai bermunculan. Ferdinand de Saussure, dengan teorinya bahwa tanda linguistik (signe linguistique) terdiri atas komponen signifian dan signifie. Selanjutnya, Hockett dalam Chaer (2009), menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. Sistem bahasa ini terdiri atas lima subsistem, yaitu subsistem gramatika, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik, subsistem semantik, dan subsistem fonetik. Selain membahas mengenai makna, dalam Semantik juga dibahas mengenai penamaan.
Kata-kata yang digunakan dalam pertuturan ada yang sudah berupa kata “jadi”,  tetapi banyak pula yang baru dibentuk kemudian. Kata yang sudah berupa kata “jadi” itu, sebagian besar karena sifat kearbiterannya, tidak dapat ditelusuri lagi cara pembentukannya, tetapi banyak pula yang dapat ditelusuri proses pembentukannya. Penamaan dan pendefinisian adalah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu referen (KBBI, 2008: 939). Referen adalah benda atau orang tertentu yang diacu oleh kata atau untaian kata dalam kalimat atau konteks tertentu. Penamaan atau pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian belaka di antara sesama anggota suatu masyarakat bahasa (Aristoteles). Dalam pembicaraan mengenai hakikat bahasa ada dikatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter. Maksudnya, antara suatu satuan bahasa, sebagai lambang, misalnya kata, dengan sesuatu benda atau hal yang dilambangkannya bersifat sewenang-wenang tidak ada hubungan “wajib” di antara keduanya.  
Nama itu sama dengan lambang untuk sesuatu yang dilambangkannya, maka berarti pemberian nama itu pun bersifat arbitrer, tidak ada hubungan wajib sama sekali. Pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian belaka di antara sesama anggota suatu masyarakat bahasa (Aristoteles 384-322 SM). Secara kontemporer masih didapati sebab-sebab atau peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya penamaan atau penyebutan terhadap sejumlah kata yang ada dalam leksikon bahasa Indonesia. Berikut ini akan dibicarakan beberapa di antaranya.
Antara suatu satuan bahasa sebagai lambang, misalnya kata, dengan sesuatu yang dilambangkannya bersifat sewenang-wenang dan tidak ada hubungan “wajib” di antara keduanya. Jika sebuah nama sama dengan lambang untuk sesuatu yang dilambangkannya, berarti pemberian nama itu pun bersifat arbitrer, tidak ada hubungan wajib sama sekali.
Misalnya antara kata kuda dengan benda yang diacunya yaitu seekor binatang yang biasa dikendarai atau dipakai menarik pedati, tidak bisa dijelaskan sama sekali. Lagi pula andaikata ada hubungannya antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, tentu orang Jawa tidak akan menyebutnya jaran, orang Inggris tidak akan menyebutnya horse, dan orang Belanda tidak akan menyebutnya paard. Tentu mereka semuanya akan menyebutnya juga kuda, sama dengan orang Indonesia.
Walaupun demikian, secara kontemporer kita masih dapat menelurusi sebab-sebab atau peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya penamaan atau penyebutan terhadap sejumlah kata yang ada dalam leksikon bahasa Indonesia.
Hal tersebut juga berlaku demikian dalam masyarakat Kota Serang. Proses pemberian nama-nama di Kota Serang juga didapati sebab-sebab atau peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya penamaan atau penyebutan terhadap sejumlah kata. Proses pembentukan nama-nama di daerah kota Serang sebenarnya hampir sama dengan daerah lain, karena sifat bahasa yang universal dan arbitrer.  Tetapi ada beberapa nama yang mungkin menurut peneliti merupakan hanya ada di daerah serang saja. Proses pembentukan nama-nama di daerah kota Serang, yaitu: (1)Peniruan Bunyi; (2)Penyebutan Bagian; (3) Penyebutan Sifat Khas; (4) Penemu; (5)Pembuat; (6) Sejarah; (7) Tempat Asal; (8) Bahan; (9)Keserupaan; (10) Pemendekan; (11) Penamaan Baru.
Untuk memahami hal-hal di atas maka penulis mencoba membahasnya dalam sebuah makalah yang berjudul “Asal Usul Penamaan yang terdapat di Kota Serang”.

1.2  Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan penamaan?
2.    Bagaimana asal usul pemberian nama?
3.    Bagaimana asal usul penamaan yang terdapat di Kota Serang?





1.3  Manfaat Penulisan
1.    Mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan penamaan.
2.    Mendeskripsikan asal usul pemberian nama.
3.    Mendeskripsikan asal usul penamaan yang terdapat di Kota Serang.



BAB II
ISI
(KAJIAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN)

1. KAJIAN PUSTAKA
A.      Pengertian Penamaan
             Nama itu sama dengan lambang untuk sesuatu yang dilambangkannya, maka berarti pemberian nama itu pun bersifat arbitrer, tidak ada hubungan wajib sama sekali. Aristoteles (susandi.wordpress.com) menjelaskan bahwa pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian belaka di antara sesama anggota suatu masyarakat bahasa. Kridalaksana (1982:160) mendeskripsikan bahwa penamaan merupakan proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses dan sebagainya. Biasanya dengan memanfaatkan perbendaharaan yang ada, antara lain dengan perubahan-perubahan makna yang mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata. Sedangkan menurut Chaer (2009:43) menyatakan bahawa penamaan adalah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu pada suatu reperen yang berada di luar bahasa. Menurut KBBI (2008:950) menyatakan bahwa penamaan merupakan proses, cara, perbuatan menamakan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penamaan merupakan suatu proses pemberian nama, berkaitan dengan konsep sesuatu yang diacunya dengan memanfaatkan perbendaharaan yang ada dan hasil perjanjian antara  sesama anggota masyarakat bahasa.
              Penamaan suatu objek di suatu daerah tentu saja tidak akan sama dengan daerah yang lainnya. Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata rumah, yang dalam bahasa Sunda disebut imah dan dalam bahasa Gorontalo disebut umah.
              Sehubungan dengan permasalahan yang terjadi pada perbedaan penamaan di setiap daerah atau wilayah tertentu, Susandi (susandi.wordpress.com) menyatakan bahwa beberapa filosof  berpendapat sebagai berikut :
1.            Plato
Plato (429-348 SM) menyatakan bahwa ada hubungan hayati antara nama dan benda. Ia menyatakan bahwa lambang itu adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh lambang itu. Karena itu, kata-kata itu tidak lain merupakan nama atau label dari yang dilambangkannya, baik berupa benda, konsep, aktivitas, atau peristiwa.
2.            Aristoteles
Arisroteles (384-322 SM) menyatakan bahwa pemberian nama soal perjanjian antara sesama anggota masyarakat bahasa. Sehingga pemberian nama itu bersifat arbitrer, tidak ada hubungan wajib sama sekali antara lambang dengan yang dilambangkannya.


3.            Socrates
Socrates (469-399 SM) menyatakan bahwa nama diberikan harus sesuai dengan sifat acuan yang diberi nama. Pendapat Socrates ini merupakan kebalikan dari pendapat Aristoteles.

B.       Asal Usul Pemberian Nama
              Penamaan terhadap sejumlah kata dalam bahasa Indonesia dapat terjadi karenakan sebab-sebab atau peristiwa-peristiwa  tertentu, di antaranya:
B.1.1  Peniruan Bunyi
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya, nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut.
Misalnya, binatang sejenis reptil kecil yang melata di dinding disebut cecak karena bunyinya “cak, cak, cak“. Begitu juga dengan tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya “tokek, tokek”. Contoh lain meong nama untuk kucing, gukguk nama untuk anjing, menurut bahasa kanak-kanak, karena bunyinya begitu.
Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope. Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini tidak semuanya sama persis, hanya mirip saja, mengapa? Pertama, karena benda atau binatang yang mengeluarkan bunyi tidak memiliki alat fisiologis seperti manusia. Kedua, karena fonologi setiap bahasa tidak sama. Itulah sebabnya, mengapa orang Sunda menirukan kokok ayam jantan sebagai kongkorongok, orang Melayu Jakarta sebagai kukuruyuk, sedangkan orang Belanda sebagai kukeleku.

B.1.2  Penyebutan Bagian
Penamaan suatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu, biasanya berdasarkan ciri khas yang dari benda tersebut dan yang sudah diketahui umum. Misalnya kata kepala dalam kalimat Setiap kepala menerima bantuan sebesar 10 kg. Bukanlah dalam arti “kepala“ itu saja, melainkan seluruh orangnya sebagai satu kesatuan (pars pro toto, menyebut sebagian untuk keseluruhan). Contoh lainnya yaitu kata Indonesia dalam kalimat Indonesia memenangkan medali emas di olimpiade. Yang dimaksud adalah tiga orang atlet panahan putra (totem pro parte, menyebut keseluruhan untuk sebagian.)

B.1.3 Penyebutan Sifat Khas
Penyebutan sifat khas adalah penamaan sesuatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu yang hampir sama dengan pars pro toto. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa ini terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol itu, sehingga akhirnya, kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya. Umpamanya, orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil. Yang kulitnya hitam disebut si hitam, dan yang kepalanya botak disebut si botak.
Di dalam dunia politik dulu ada istilah golongan kanan dan golongan kiri. Maksudnya, golongan golongan kanan untuk menyebut golongan agama dan golongan kiri untuk menyebut golongan komunis.

B.1.4 Penemu dan Pembuat
Nama benda dalam kosa kata bahasa Indonesia yang dibuat berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah disebut dengan istilah appelativa. Nama-nama benda yang berasal dari nama orang, antara lain Badan Golgi yaitu sejenis alat kontrasepsi yang dibuat oleh Golgi; mujahir atau mujair yaitu nama sejenis ikan air tawar yang mula-mula ditemukan dan diternakkan oleh seorang petani yang bernama Mujair di Kediri, Jawa Timur. Selanjutnya, dalam dunia ilmu pengetahuan kita kenal juga nama dalil, kaidah, atau aturan yang didasarkan pada nama ahli yang membuatnya. Misalnya, dalil arkhimides, hukum kepler, hukum van der tunk, dan sebagainya. Nama orang atau nama pabrik dan merek dagang yang kemudian menjadi nama benda hasil produksi itu banyak pula kita dapati seperti aspirin obat sakit kepala, ciba obat sakit perut, tipp ex koreksi tulisan, miwon bumbu masak, dan lain sebagainya.
Dari peristiwa sejarah banyak juga kita dapati nama orang atau nama kejadian yang kemudian menjadi kata umum. Misalnya kata boikot, bayangkara, laksamana, Lloyd, dan sandwich. Pada mulanya kata bayangkara adalah nama pasukan pengawal keselamatan raja pada zaman Majapahit. Lalu, nama ini kini dipakai sebagai nama korps kepolisian R.I. Kata laksamana yang kini dipakai sebagai nama dalam jenjang kepangkatan pada mulanya adalah nama salah seorang tokoh dalam wiracarita Ramayana. Laksamana adik Rama dalam cerita itu memang terkenal sebagai seorang pahlawan. Kata boikot berasal dari nama seorang tuan tanah di Iggris Boycott, yang karena tindakannya yang terlalu keras pada tahun 1880 oleh perserikatan tuan tanah Irlandia tidak diikutsertakan dalam suatu kegiatan dikatakan orang itu diboikot, diperlakukan seperti tuan Boycott.
 Kata Llyoid seperti yang terdapat pada nama perusahaan pelayaran seperti Djakarta Lloyd dan Rotterdamse Lloyd diturunkan dari nama seorang pengusaha warung kopi di kota London pada abad XVII, yaitu Edward Lloyd. Warung kopi itu banyak dikunjungi oleh para pelaut dan makelar perkapalan. Maka dari itu namanya dipakai sebagai atribut nama perusahaan pelayaran yang searti dengan kata kompeni atau perserikatan, khususnya perserikatan pelayaran. Kata Sandwich, yaitu roti dengan mentega dan daging di dalamnya, berasal dari nama seorang bangsawan Inggris Sandwich. Dia seorang penjudi berat, yang selalu membawa bekal berupa roti seperti di atas agar dia bisa tetap sambil tetap bermain.

B.1.5 Tempat Asal
Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda tersebut. Misalnya kata magnit berasal dari nama tempat Magnesia; kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama pulau kenari di Afrika; kata sarden atau ikan sarden, berasal dari nama pulau Sardinia di Italia; kata klonyo berasal dari Au De Cologne artinya air dari kuelen, yaitu nama kota di Jerman Barat.
Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut berdasarkan nama tempat penemuannya seperti Piagam Kota Kapur, Prasasti Kedukan Bukit, Piagam Telaga Batu dan Piagam Jakarta. Selain itu ada juga kata kerja yang dibentuk dari nama tempat, misalnya, didigulkan yang berarti di buang ke Digul di Irian jaya; dinusakambangankan, yang berarti di bawa atau dipenjarakan di Pulau Nusakambangan.

B.1.6 Bahan
Ada sejumlah benda yang namanya diambil dari nama bahan pokok benda itu. Misalnya, karung yang dibuat dari goni yaitu sejenis serat tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa latin disebut Corchorus capsularis, disebut juga goni atau guni.  Contoh lain, kaca adalah nama bahan. Lalu barang-barang lain yang dibuat dari kaca seperti kaca mata, kaca jendela, dan kaca spion. Bambu runcing adalah nama senjata yang digunakan rakyat Indonesia dalam perang kemerdekaan dulu. Bambu runcing dibuat dari bambu yang ujungnya diruncingi sampai tajam. Maka di sini nama bahan itu, yaitu bambu, menjadi nama alat senjata itu.

B.1.7 Keserupaan
Dalam praktik berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu.
Misalnya kata kaki pada frase kaki meja dan kaki kursi dan ciri “terletak pada bagian bawah”. Contoh lain kata kepala pada kepala kantor, kepala surat, dan kepala meja. Di sini kata kepala memiliki kesamaan makna dengan salah satu komponen makna leksikal dari kata kepala itu, yaitu “bagian yang sangat penting pada manusia” yakni pada kepala kantor, “terletak sebelah atas” yakni pada kepala surat, dan “berbentuk bulat” yakni pada kepala paku. Malah kemudian, kata-kata seperti kepala ini dianggap sebagai kata yang polisemii, kata yang memiliki banyak makna.

B.1.8 Pemendekan
Penamaan yang didasarkan pada hasil penggabungan unsur-unsur huruf dan beberapa suku kata yang digabungkan menjadi satu. Misalnya rudal untuk peluru kendali, iptek untuk ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tipikor untuk tindak pidana korupsi. Kata-kata yang terbentuk sebagai hasil pemendekan ini lazim disebut akronim.

B.1.9 Penamaan Baru
Penamaan baru dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada karena kata atau istilah lama yang sudah ada dianggap kurang tepat, kurang rasional, tidak halus atau kurang ilmiah. Misalnya, kata pariwisata untuk menggantikan kata turisme, darmawisata untuk piknik, dan karyawan untuk mengganti kata kuli atau buruh. Penggantian kata gelandangan menjadi tuna wisma, pelacur menjadi tunasusila, dan buta huruf menjadi tuna aksara adalah karena kata-kata tersebut dianggap kurang halus; kurang sopan menurut pandangan dan norma sosial. Proses penggantian nama atau penyebutan baru masih akan terus berlangsung sesuai dengan perkembangan pandangan dan norma budaya yang ada di dalam masyarakat.

2. PEMBAHASAN
Subjek pada penelitian ini adalah nama-nama yang terdapat di kota serang terutama nama-nama populer yang sering penulis dengar. Penelitian difokuskan kepada permasalahan yang berkaitan dengan fenomena nama-nama yang ada di Kota Serang. Data penelitian diperoleh dengan teknik pengamatan dan catat. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.  
Proses pembentukan nama-nama di daerah kota Serang sebenarnya hampir sama dengan daerah lain, karena sifat bahasa yang universal dan arbitrer.  Tetapi ada beberapa nama yang mungkin menurut peneliti merupakan hanya ada di daerah serang saja. Berikut pembahasannya:
1.      Peniruan Bunyi
Pembentukan nama-nama di daerah Kota Serang berdasarkan asal usul peniruan bunyi sebenarnya hampir sama dengan daerah lain, karena sifat bahasa yang universal dan arbitrer.  Tetapi ada beberapa nama yang mungkin menurut peneliti merupakan hanya ada di daerah Serang saja. Contoh namanya sebagai berikut:
Ø  Gludug                   → karena bunyinya “gludug,gludug”
Ø  Kentongan             → karena bunyinya “tong, tong”
Ø  Gemericik air         → karena bunyi air “kricik, kricik”
Ø  Bedug                    → karena bunyinya “dug, dug”
Ø  Kucing mengeong → karena bunyinya “ngeong, ngeong”
Ø  Jangkrik                 → karena bunyinya “krik, krik “
Ø  Peteng Layangan   → karena bunyinya “ngeng-ngeng”
Ø  Jeblugan                → karena bunyinya “blug-blug”

2.      Penyebutan Bagian
Pembentukan nama-nama di daerah Kota Serang berdasarkan penyebutan bagian sebenarnya hampir sama dengan daerah lain, karena sifat bahasa yang universal dan arbitrer. 
Ø  Mimin membeli 30 lembar kertas.
Ø  Asbari membeli 1 tundun pisang.
Ø  Liza memetik setangkai bunga melati.
Ø  Irna membeli 5 biji permen.
Ø  Kakak membeli sebungkus rokok.

3.      Penyebutan Sifat Khas
Pembentukan nama-nama di daerah Kota Serang berdasarkan penyebutan sifat khas sebenarnya hampir sama dengan daerah lain, karena sifat bahasa yang universal dan arbitrer.  Tetapi ada beberapa nama yang mungkin menurut peneliti merupakan hanya ada di daerah Serang saja. Penamaannya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang mana daerah Serang kental dengan Bahasa Jawa Banten Contoh katanya sebagai berikut:
Ø  Orang yang kepalanya besar disebut si bodag
Ø  Orang yang perutnya berisi penuh disebut si buncit
Ø  Orang yang badannya kerdil disebut si boncel
Ø  Orang yang suka berpetualang disebut si bolang
Ø  Orang yang kurus disebut si cungkring
Ø  Orang yang tinggi disebut si jangkung
Ø  Orang yang dahinya lebar disebut si jenong
Ø  Orang yang hilang kesadaran disebut si edan

4.      Penemu
Pembentukan nama-nama di daerah Kota Serang berdasarkan penemu sebenarnya hampir sama dengan daerah lain, karena sifat bahasa yang universal dan arbitrer.  Tetapi ada beberapa nama yang mungkin menurut peneliti merupakan hanya ada di daerah Serang saja. Dan itu peneliti temukan hanya sedikit kata. Contoh katanya sebagai berikut:
Ø  Meriam Ki Amuk dibuat oleh Ki Amuk Pengawal Raja Banten
Ø  Sinar rontgen untuk foto bagian dalam tubuh ditemukan oleh Rontgen
Ø  Teori mendel (genetika) dikemukakan oleh Mendel
Ø  Hukum Archimedes (fisika) dikemukakan Archimedes
Ø  Ikan Mujair ditemukan oleh pak Mujair

5.      Pembuat
Pembentukan nama-nama di daerah Kota Serang berdasarkan pembuat sebenarnya hampir sama dengan daerah lain, karena sifat bahasa yang universal dan arbitrer.  Nama-namanya pun lebih banyak dari merk-merk luar negara. Contoh katanya sebagai berikut:
Ø  Sanyo = merk pompa air dari Jepang
Ø  Aqua =  merk kemasan air mineral
Ø  Indomi =  merk mi instan
Ø  Hansaplas = plaster luka
Ø  Kutex = cat kuku
Ø  Sop Duren = durian yang dijadikan minuman dengan es.
Ø  Majikom = penanak nasi
Ø  Molto = pewangi pakaian
Ø  Rexona = deodorant
Ø  Odol = pasta gigi

6.      Sejarah
Pembentukan nama-nama di daerah Kota Serang berdasarkan asal usul sejarah cukup banyak. Tetapi ada beberapa nama yang mungkin menurut peneliti merupakan hanya ada di daerah Serang saja. Penamaannya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang mana daerah Serang kental dengan Bahasa Jawa Banten  dan Sunda Banten. Contoh namanya sebagai berikut:
Ø  Keraton Kaibon diambil dari nama para ibu Sultan Banten ketika berdirinya Kerajaan Banten.
Ø  Desa Pecinaan diambil dari etnis yang dahulu ketika zaman kesultanan Banten banyak ditemui di daerah Klenteng Avalokitesvara Banten Lama.
Ø  Desa Kepandaian diambil dari nama sejarah zaman dahulu. Desa itu dahulu banyak memproduksi alat-alat berupa keris, pedang, pisau, dan perkasas lain sehingga yang membuatnya disebut tukang pandai.
Ø  Pasar Lama,  diambil dari kata “pasar” sebagai tempat transaksi jual beli dan kata “lama” karena pasar itu merupakan pasar pertama kali seblum muncul pasar-pasar yang baru-baru ini bermunculan.
Ø  Serang, nama kawasan tersebut yang berasal dari Bahasa Sunda kata “kaserangan” memiliki arti “sawah”. Dahulu daerah Serang memang dikenal dengan lahan persawahan yang melimpah. Samapi-sampai wilayah kraton juga dikelilingi sawah dan parit.
Ø  Tasikardi, tasik yang berarti “danau” arti yang memiliki arti “buatan”. Secara administratif, Danau Tasikardi terletak di Desa Margasana Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang Banten. Letak Danau Tasikardi kira-kira 2 km sebelah tenggara Kraton Surosowan. Lokasi objek Danau Tasikardi di pinggir jalan utama. Akses menuju lokasi dapat melalui jalan raya Serang-Cilegon, tepatnya  di simpang empat Kramatwatu (perempatan lampu merah pasar Kramat) ke arah utara sekitar 3 km atau melalui jalan raya Serang-Kasemen ke arah utara sekitar 10 km dari pusat kota serang.
Ø  Gelar Tubagus, yang bermakna keturunan anak laki-laki kesultanan Banten serta berasal dari Banten 
Ø  Gelar Ratu, untuk gelar yang diberikan kepada anak perempuan kesultanan Banten serta berasal dari Banten 
Ø  Surosowan, adalah nama tempat tata ruang menghadap raja Kesultanan Banten.
Ø  Debus, nama kesenian tradisional yang kebal terhadap senjata tanjam. Kesenian ini awalnya sebagai siar agama sekaligus bentuk benteng diri pada masa raja Sultan Ageng Tirtayasa. Tetapi sekarang penggunaannya berubah. Debus saat ini dikemas dalam sebuah pertunjukan seni budaya.

7.      Tempat Asal
Ø  Silat Terumbu dari Desa Terumbu di Kecamatan Kasemen Kota Serang
Ø  Emas Cikotok dari daerah Cikotok di Lebak Banten
Ø  Pecak Bandeng Sawah Luhur dari nama tempat di desa Sawah Luhur Kecamatan Kasemen.
Ø  Pelabuhan Karangantu dari daerah Karangantu Kecamatan Kasemen

8.      Bahan
Pembentukan nama-nama di daerah Kota Serang berdasarkan asal usul bahan pembuatannya cukup banyak. Tetapi ada beberapa nama yang mungkin menurut peneliti merupakan hanya ada di daerah Serang saja. Penamaannya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang mana daerah Serang kental dengan Bahasa Jawa Banten  dan Sunda Banten. Contoh namanya sebagai berikut:
Ø  Sapu lidi dibuat dari lidi (batang tengah daun kelapa yang keras)
Ø  Sapu Ijuk dibuat dari serat ijuk
Ø  Cobek batu dibuat dari batu
Ø  Kalung emas dibuat dari logam emas
Ø  Gelang karet dibuat dari getah karet
Ø  Minyak kayu putih berasal dari pohon kayu putih
Ø  Minyak urang aring berasal dari tumbuhan urang aring

9.      Keserupaan
Pembentukan nama-nama di daerah Kota Serang berdasarkan asal usul keserupaan sebenarnya hampir sama dengan daerah lain, karena sifat bahasa yang universal dan arbitrer.  Contoh namanya sebagai berikut:
Ø  Kaki meja
Ø  Jari-jari sepeda
Ø  Lengan baju
Ø  Leher sepeda
Ø  Badan mobil
Ø  Sayap pesawat
Ø  Daun telinga
Ø  Daun pintu

10.  Pemendekan
Pembentukan nama-nama di daerah Kota Serang berdasarkan pemendekan sebenarnya hampir sama dengan daerah lain, karena sifat bahasa yang universal dan arbitrer.  Tetapi ada beberapa nama yang mungkin menurut peneliti merupakan hanya ada di daerah Serang saja terutama pemendekan nama-nama tempat. Contoh namanya sebagai berikut:
Ø  Bukber kependekan dari ‘buka bersama’
Ø  Cimol kependekan dari ‘aci dimol-mol dengan tangan’
Ø  Cilok kependekan dari ‘aci dicolok’
Ø  Capcincau kependekan dari ‘capucino cincau’
Ø  Cireng kependekan dari ‘aci digoreng’
Ø  Tilang kependekan dari ‘bukti pelanggaran’
Ø  KP3B kependekan dari ‘Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten”
Ø  PTSP kependekan dari ‘Pelayanan Terpusat Satu Pintu”
Ø  Mager kependekan dari ‘malas gerak’
Ø  Brimob kependekan dari ‘brigadir mobil’
Ø  Polda kependekan dari ‘Kepolisian Daerah’

11.  Penamaan Baru
Ø  Orang yang mencaci di sosial media menjadi persekusi
Ø  Aanak Berkebutuhan Khusus menjadi Anak Inklusi
Ø  Pelayan menjadi pramuniaga
Ø  Orang tuli menjadi  tunarungu
Ø  Orang bisu menjadi tunawicara
Ø  Pembantu rumah tangga menjadi asisten rumah tangga
Ø  Orang yang mencaci di sosial media menjadi persekusi



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab 2, maka dapat penulis simpulkan bahwa:
1.                  Penamaan merupakan suatu proses pemberian nama, berkaitan dengan konsep sesuatu yang diacunya dengan memanfaatkan perbendaharaan yang ada dan hasil perjanjian antara  sesama anggota masyarakat bahasa. Penamaan merupakan unsur gabungan dari pengistilahan dan pendefinisian. Meskipun penamaan tidak memiliki hubungan langsung dengan referennya, tetapi keterkaitan konteks tetap terjadi pada proses pendefinisian. Penamaan suatu objek di suatu daerah tentu saja tidak akan sama dengan daerah yang lainnya. Bagaimana asal usul pemberian nama?
2.                  Asal usul pemberian nama, yaitu: (1)Peniruan Bunyi; (2)Penyebutan Bagian; (3) Penyebutan Sifat Khas; (4) Penemu; (5)Pembuat; (6) Sejarah; (7) Tempat Asal; (8) Bahan; (9)Keserupaan; (10) Pemendekan; (11) Penamaan Baru.
3.                  Proses pembentukan nama-nama di daerah kota Serang sebenarnya hampir sama dengan daerah lain, karena sifat bahasa yang universal dan arbitrer.  Tetapi ada beberapa nama yang mungkin menurut peneliti merupakan hanya ada di daerah serang saja.
Proses pembentukan nama-nama di daerah kota Serang, yaitu: (1)Peniruan Bunyi; (2)Penyebutan Bagian; (3) Penyebutan Sifat Khas; (4) Penemu; (5)Pembuat; (6) Sejarah; (7) Tempat Asal; (8) Bahan; (9)Keserupaan; (10) Pemendekan; (11) Penamaan Baru.

 



DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Alwi, Hasan. 2007. KBBI, edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Debdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka

Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Tarigan, Henry Guntur. 2011. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.



JURNAL

http://repository.widyatama.ac.id  diakses tanggal 4 Juni 2017 pukul 10.20

Susandi. Seputar Bahsa-Semantik. https://susandi.wordpress.com







Tidak ada komentar:

zakifahrizal. Diberdayakan oleh Blogger.