INDONESIA DAN DARURAT SAMPAH
INDONESIA DAN DARURAT SAMPAH
Oleh ZAKI FAHRIZAL
Memprihatinkan! Itulah kesan saya ketika menyaksikan video Rich Horner. Bali selama ini dikenal sebagai surganya destinasi wisata dari seluruh penduduk dunia ternyata menyimpan masalah yang cukup serius. Masalah sampah masih saja menghantui negara Indonesia dan sekarang yang sedang menjadi sorotan yakni Bali. Seperti viralnya video yang dibuat oleh Rich Horner yang viral di media sosial. Rich Horner membuat video menyelam di antara lautan sampah plastik yang terletak di Nusa Penida Bali.
Rich Horner membuat video dengan alasan kecewa karena kondisi laut Bali yang penuh sampah plastik. Rich Horner merupakan seorang turis yang sedang menyelam kemudian membuat video dengan kondisi laut penuh sampah plastik. Dalam video berdurasi dua menit, Rich menyelam di antara plastik-plastik. Video penyelaman Rich Horner menjadi viral di media sosial menyebabkan berbagai respon.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika merepon video yang dibuat Rich. Menurutnya, video yang dibuat Rich itu berlebihan. Sampah plastik di laut Bali merupakan sampah kiriman dari beberapa daerah dan dari kapal-kapal di tengah laut. Kendati demikian, Gubernur Bali itu mengungkapkan bahwa ini bentuk introspeksi untuk kita bersama dalam menanggulangi sampah.
Selain kasus banyaknya sampah di laut Bali, sebenarnya sudah sudah lama Indonesia dikepung oleh sampah. Saya sering menjumpai tumpukan sampah warna-warni berserakan di bahu jalan. Entah itu di trotoar atau semak belukar pinggir jalan. Aroma bau menyengat sudah tercium dari lebih kurang seratus meter sebelum melintas sampah. Tetapi anehnya sampah tersebut selalu saya jumpai setiap kali saya lewat. Setiap pagi, setiap harinya. Apakah tidak ada yang mengurus tumpukan sampah itu? Jelaslah ini mengganggu pengguna jalan yang melintas.
Dahulu sampah yang ada di Indonesia didominasi oleh sampah organik sedangkan saat ini sampah anorganik yang mendominasi. Sampah organik merupakan sampah yang gampang terurai oleh bakteri misalnya daun-daun kering, sayuran, serta bekas makanan. Sampah organik bisa dimanfaatkan untuk dijadikan kompos ataupun pupuk bagi tumbuhan. Sementara sampah anorganik yaitu jenis sampah yang sulit untuk diuraikan, misalnya botol, kaleng, plastik, dan jenisnya. Sampah anorganik inilah yang menjadi aktor utama di laut Bali. Sifat sampah anorganik yang tidak mudah terurai membuat sampah anorganik hidp kekal dan berbekas.
Indonesia sebenarnya memiliki Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah. Namun mengapa masalah sampah tidak kunjung selesai? Selama masyarakat masih mengkonsumsi makanan, masyarakat masih meggunakan plasti, dan industri plastik masih berdiri maka keniscayaan masalah sampah di Indonesia akan selesai.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat bahwa total sampah Indonesia setiap tahun mencapai 187,2 juta ton. Hal itu membuat Indonesia menduduki posisi kedua negara berpenghasil sampah setelah Tiongkok. Sampah tersebut terdiri dari sampah daratan, sampah pantai, dan sampah laut. Pengolahan sampah di Indonesia sebagain besar dikirim ke TPA (69%), kompos dan daur ulang (7,5%), pembakaran terbuka (5%), ditimbun (10%), dan sampah yang tidak ada perlakuan (8,5%).
Selain faktor di atas, ada faktor lain yang menyumbang angka peningkatan sampah yakni 1) meningkatnya angka kepadatan penduduk, 2) keterbatasan lahan untuk dijadikan bak sampah dan TPA, 3) prilaku masyarakat Indonesia yang konsumtif, 4) masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengolah sampah, 5) anggaran pengolahan sampah yang masih rendah hanya sebesar 2,6% dari APBD, dan 6) penanggulangan sampah masih ditangani sektroral belum menjadi perhatian semua pihak.
Sampah sebenarnya memiliki nilai ekonomis apabila masyarakat mampu memanfaatkannya. Contohnya: program bank sampah. Melalui konsep bank sampah, masyarakat diedukasi mengenai cara mengelompokkan sampah untuk diolah melalui 3R (reduce,reuse,recycle) atau distor ke tabungan bank sampah. Kegiatan 3R dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja tinggal kemauan dari pemilik sampah. Sampah yang distor ke tabungan bank sampah akan dikonversi menjadi rupiah. Dari sampah yang diolah kemudian akan menjadi rupiah. Pundi-pundi pun melimpah dan hidup menjadi berkah.
Selain memiliki nilai ekonomis, sampah juga memiliki manfaat lain yakni menjadi sumber energi. Pengolahan sampah menjadi energi dengan menggunakan proses termal semakin populer sebagai energi alternatif untuk pengolahan sampah di dunia. Negara yang sudah menerapkan teknologi ini yakni Finlandia. Finlandia dan negara-negara Skandinavia sudah menerapakapkan dan memanfaatkan sampah menjadi energi alternatif. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia dapat belajar dan mengadaptasi teknologi tersebut agar masalah sampah dapat teratasi. Teknologi tersebut dapat menjadi solusi bagi Indonesia yang sedang berjuang menanggulangi masalah sampah. Negara lain bisa, mengapa Indonesia tidak bisa?
Satu hal yang penting dari adanya sampah yakni pentingnya memiliki kebiasaan membuang sampah pada tempat sampah. Apabila kita memiliki kebiasaan membuang sampah secara sembarangan kedepannya akan banyak sekali dampak yang ditimbulkan. Maka dari itu sesama makhluk sosial dan memiliki keinginan untuk sejahtera ayolah sama-sama jaga lingkungan di sekitar kita. Di awali dengan suatu hal yang kecil, yakni kita buang sampah di tempatnya. Meskipun sedarhana namun besar pengaruhnya. (*)
*Dimuat dalam Harian Radar Banten edisi Sabtu 24 Maret 2018
Tidak ada komentar: