CERPEN IDOLA ABADIKU
Oleh
Zaki
Fahrizal
"Dirimu adalah sosok
wanita yang paling aku kagumi sepaanjang hayatku, tiada sedikitpu aku ragu akan
apa yang engkau ajarkan dan katakan padaku. Cita-cita pertamaku iyalah ingin membahagiakanmu
selamanya. Engkau adalah orang yang paling aku sayangi Buu...”.
***
Dinding tinggi yang dipenuhi tumbuhan
merambat, dengan halaman tertutup hamparan rumput, menjadi bagian paling
istimewa di rumah ini. Aneka pohon ditanam di tepi-tepi area terbuka yang
semakin memperkuat kesan hijau dan alami. Hamparan ini bagai oase di tengah
gurun tandus yang kering.
Hiduplah Ratih beserta suami dan kedua
anaknya. Ratih mempunyai ibu yang sangat sayang. Ia yatim ketika berumur 9
tahun.
Suatu hari, Ibu ingin meminjam uang kepada
Ratih yang telah mapan. Dengan suara rendah dan disertai rasa malu ibu berkata,
“Nak, Bolehkah Ibu meminjam uang 100 ribu?”. “Ibu ada perlu buat beli beras
Nak”.
Ratih tidak langsung menjawab, dengan raut
muka datar ia berkata, “ Iya Bu, nanti saya tanya suamiku dulu”.
Seakan berat untuk meng-iya-kan, karena belum
tentu sang isterinya meng-iya-kan.
Ketika Ratih masuk ke dalam rumah ia melihat
dus susu anaknya yang masih ada bandrol harga Rp 50.000, kemudian ia merenung. “Jika
1 dus habis 1 hari x 30 hari x 2 tahun = 36 juta!..”
Ia berfikir, waktu balita dia hanya diberi
ASI oleh ibunya, harganya tak terhingga, super steril, diberikan dengan kasih
sayang. Jika didapat oleh seorang anak selama 2 tahun berapa yang harus ia
bayar?
Kemudian ia berbalik dan menatap wajah ibunya
yang teduh walau telah dimakan usia. Dirimu telah memberikan semua kasih
sayang, harta dan semuanya padaku tanpa pamrih, dan semua itu kuterima dengan
GRATIS.
Segera ia memeluk ibunya dan mengecup
keningnya dan memberi uang 2 juta. Sambil menangis ia berkata, “Ibu jangan
berkata pinjam lagi yaa, hartaku juga milikmu, doakan anakmu ini agar selalu
berbakti padamu”.
Sambil berkaca-kaca ada air bening di pelupuk
mata ibu, dan ia berkata, “Nak, di setiap keadaan ibu selalu berdoa agar kita
semua selalu dikumpulkan di dunia dan di surga nanti dalam keadaan bahagia”.
Sejak kejadian itu, Ratih semakin sayang.
Bagiku, “Sosok ibu adalah sosok manusia biasa, yang bisa lelah, marah, sedih,
dan sakit. Ibu juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ibu pasti pernah
menegur dengan lemah lembut jika kita berbuat salah. Apabila kita membandel
berkali-kali mengulangi kesalahan yang sama, pasti ibu akan menegur dengan
keras. Itu dilakukan karena ibu sayang kepada kita. Ibu ingin anaknya lebih
baik dan tidak mengulangi kesalahan lagi. Ibu sedih melihat kita berbuat salah.
Tugas kita adalah tidak menambah kesedihan, bahkan kalau bisa harus bisa
menghibur ibu. Begitu juga saat sakit, tentu ibu tidak bisa melakukan pekerjaan
rumah seperti biasanya. Jangan pernah membanding-bandingkan ibu kita dengan
bunda atau mamah teman. Di dunia ini tidak ada ibu yang sempurna. Kita harus
bisa menerima ibu apa adanya.
Seorang ibu tidak pernah menuntut apapun dari
anaknya. Ibu dengan ikhlas memberikan kasih sayang. Pengorbanan ibu untuk kita
tidak bisa dibayar atau dinilai oleh apapun. Bayangkan sejak mengandung,
melahirkan, dan sampai sekarang ini ibu dengan ikhlas merawat dan membesarkan
kita. Kewajiban kita adalah menghormati dan menghargai ibu. Kita harus menurut
dan berusaha membahagiakan ibu. Jangan membantah dan berlaku kasar karena
seorang ibu tahu apa yang anaknya butuhkan. Apapun nama panggilan ibu, sosok
ibu akan selalu di hati kita. Makanya ada pepatah, ‘surga di bawah telapak kaki
ibu’. Satu orang ibu sanggup mengurusi sepuluh orang anak, tapi sepuluh orang
anak belum tentu sanggup mengurusi satu orang ibu.”
“Maafkan anakmu yang durhaka ini, yang tidak
tahu balas budi.
I Love You Mom..”.
Tidak ada komentar: