Ads Top

Guru sebagai Pilar Literasi



Guru sebagai Pilar Literasi
oleh
Zaki Fahrizal

Kurikulum 2013 memuat pendidikan karakter. Salah satu poin penting dari pendidikan karakter yakni kegiatan membaca dan menulis (literasi). Literasi merupakan kegiatan membaca dan menulis. Mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi ujung tombak kegiatan literasi. Bayangkan di setiap bab dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 berkaitan dengan teks. Bukan tidak mungkin siswa dituntun membaca dan menulis?.
Membaca dan menulis bukan hanya tugas guru bahasa saja. Semua guru yang mengajar di sekolah harus mempu mengaplikasikan kegiatan literasi yakni membaca dan menulis. Jangan sampai kegiatan literasi di sekolah-sekolah hanya menjadi acara seremonial yang kosong tanpa makna. Bagaimana mungkin siswa dapat menulis sedangkan gurunya saja tidak dapat menulis? Siapa yang dapat menjadi teladan jika bukan dari orang terdekat dalam hal ini guru di sekolahnya?
Membaca dan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif atau mengahasilkan sebuah karya yaitu berupa tulisan. Tetapi, aktivitas menulis tidak banyak disukai siswa karena merasa tidak berbakat, dan tidak tahu untuk apa, serta harus bagaimana menulis.
Dewasa ini minat baca siswa terhadap bahan pembelajaran sangat rendah. Hal ini dapat diamati dari kurangnya aktifitas membaca yang dilakukan siswa baik di rumah ataupun juga di sekolah. Siswa baru membaca atau meminjam buku jika diberikan tugas oleh gurunya. Di rumah, siswa pun lebih tertarik untuk menonton televisi atau bermain video game.
Membaca menjadi salah satu kebutuhan yang perlu dipenuhi dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang ingin berkembang cepat dan maju, baik secara spiritual, intelektual, maupun fisik. Minat membaca sangat dituntut oleh semua pihak untuk dikembangkan, seperti yang tercantum pada Tujuan Nasional yang terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang tahun 1945, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Minat membaca siswa yang relatif rendah merupakan masalah utama yang perlu untuk segera diselesaikan. Minat membaca seseorang dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi orang tersebut kepada suatu sumber bacaan tertentu. Berdasarkan indeks nasional, tingkat minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,01. Sedangkan rata-data indeks tingkat membaca di negara-negara maju berkisar antara 0,45 hingga 0,62. Itu artinya di setiap 100 siswa hanya ada 1 siswa saja yang membaca.
Keterampilan menulis berbeda dengan mata pelajaran yang lain karena keterampilan menulis ini merupakan proses penguasaan bahasa yang kompleks, yang menyangkut beberapa macam pengetahuan dan ada beberapa persyaratan yang harus dikuasai. Persyaratan tersebut salah satunya menyangkut masalah kebahasaan.
Kalimat sebagai salah satu unsur kebahasaan memegang peranan penting dalam kegiatan menulis. Pengalaman saya sendiri yang mengajar di jenjang SMP dan SMA memang benar bahwa menulis sangat sulit. Hal demikian juga dirasakan oleh beberapa rekan saya yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahaasa Indonesia. Demikian juga dengan siswa di jenjang SMP dan SMA yang kesulitan dalam menulis. Padahal jenjang SMP dan SMA inilah tahap di mana siswa seharusnya sudah mampu menulis, karena sebelumnya telah dilakukan pembinaan di Sekolah Dasar.
Permasalahan-permasalahan pembelajaran menulis yang terjadi di sekolah diduga disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya: pembelajaran menulis sering dianggap sebagai kegiatan yang sulit, siswa merasa kurang tertarik dalam pembelajaran menulis, siswa masih kesulitan dalam menuangkan idenya ke sebuah tulisan, model pembelajaran guru yang monoton, siswa masih belum terampil dalam penggunaan diksi, dan ejaan, dan pengetahuan guru dalam keterampilan menulis diduga merupakan penyebab lain dari kegagalan siswa dalam gagal menulis.
Selain itu dalam pembelajaran menulis di sekolah-sekolah diduga guru hanya menerangkan garis besar langkah-langkah menulis. Selanjutnya guru memberi contoh tulisan, guru menyuruh siswa membaca teks, siswa diminta menanggapi teks yang dibaca. Dari situ, siswa ditugasi menulis teks seperti contoh yang guru berikan. Jadi, betapa sedikitnya waktu siswa yang dibutuhkan untuk menulis dengan baik. 
Minat membaca siswa yang relatif rendah merupakan masalah utama yang perlu untuk segera diselesaikan. Oleh karena itu, peran sekolah terutama guru sangat dibutuhkan dalam meningkatkan minat membaca siswa. Guru harus menjadi roll model dalam membaca dan menulis. Sebaik-baiknya guru adalah guru yang tidak hanya mengajar, melainkan guru yang membagi ilmunya dengan karya tulisannnya!
Jika guru hanya mengajar di kelas maka ilmu yang disebarkan hanya kebeberapa murid yang ada di kelas dan pahala yang didapatpun terbatas.
Sedangkan Jika guru dapat mengajar ditambah mampu menulis maka ilmu yang disebarkan akan semakin luas dan pahala yang didapatpun tidak terhitung jumlahnya. (*)

*Dimuat dalam Harian Banten Pos edisi Kamis 4 Januari 2018.


Tidak ada komentar:

zakifahrizal. Diberdayakan oleh Blogger.