ROKOK, DI ANTARA GAYA DAN BERKENDARA
ROKOK, DI ANTARA GAYA DAN BERKENDARA
oleh
Zaki Fahrizal
Rokok
tidak hanya membunuhmu melainkan membunuhku juga!
Rokok sudah menjadi
konsumsi masyarakat umum Indonesia. mulai dari orang tua, remaja, bahkan sampai
anak-anak. Dari yang kaya, kelas menengah, sampai yang tidak berkecukupan pun
mengkonsumsi rokok. Perokok zaman kekinian tidak hanya berdasarkan usia dan
status sosial saja. Saat ini, perempuan juga banyak yang mengkonsumsi rokok.
Bagi remaja rokok merupakan sarana mengakrabkan dalam pergaulan dengan
kelompoknya. Iklan, poster, dan slogan produk rokok telah membentuk pandangan masyarakat terutama
remaja bahwa dengan merokok mereka menjadi sosok yang hebat.
Menjadi sosok yang hebat
itu perlu tetapi jika jalannya dengan merokok, itu tidak dibenarkan. Sudah
banyak kasus remaja yang meninggal karena merokok. Ya rokok dan remaja sudah
tidak tabu lagi di masyarakat. Rokok dan masyarakat saat ini bukan hanya
sebatas gaya hidup tetapi menjadi kebutuhan masyarakat.
Aktivitas merokok dapat
ditemui hampir di setiap tempat seprti mall,
ruang terbuka umum, kampus, gedung-gedung perkantoran, di jalan raya, dan
tempat-tempat lainnya. Sekaitan dengan aktivitas merokok, pengendara yang
merokok sembari mengemudi di jalan raya ini yang lebih memrihatinkan. Beberapa
kali, saya mengalami sendiri peristiwa terbawanya abu rokok dari pengendara
yang merokok. Tidak hanya kendaraan berroda dua, kendaraan roda empat juga
sering merokok sembari mengemudi.
Saya sebagai pengendara
yang posisinya di belakang mawas diri khawatir abu rokok mengenai kepala dan
badan. Sebegitu tidak kuatkah menahan hawa nafsu untuk tidak merokok? Baik
pengendara roda dua maupun roda empat tidak sempatkah untuk menepikan
kendaraannya sejenak jika ingin merokok? Tidak terpikirkah pengendara yang
merokok jika mereka berada di posisi menjadi saya? Bagaimana jika saya terkena
abu atau puntung rokok yang sengaja atau tidak sengaja mereka buang? Risiko
Bung! Maut mengintai!
Sikap pengendara yang
merokok memang unik atau lebih tepatnya berbeda-beda. Ada yang ditegur langsung menerima dan meminta maaf. Tetapi
ada juga sikap pengendara yang merokok giliran ditegur tidak terima. Yang lebih
parah, balik memarahi pengendara yang mengingatkannya. Saya menyebutnya: Yang salah yang lebih galak. “Mas pake helm-kan? Kenapa gak ditutup kaca helm-nya?”
Beberapa masalah di atas
hanya sebagian kecil dampak merokok sembari berkendara. Asap dan abu rokok itu
membahayakan, tetapi ada yang lebih berbahaya yakni puntung rokok yang masih
menyala. Mengapa lebih berbahaya? Jika pengendara membuang puntung rokok
sembari mengendarai kendaraan membahayakan pengendara di belakangnya. Puntung
rokok yang masih berapi dapat menyebabkan terbakarnya pakaian atau bahkan
kendaraan. Jika perokok membuang puntung rokok yang masih menyala di tepi atau
bak sampah juga membahayakan. Akan terjadi kebakaran hebat.
Jadi, jika ingin merokok
sembari berkendara maka hormati pengendara lain yang tidak merokok. Jangan
jadikan merokok sembari berkendara itu menjadi gaya hidup. Tidak banyak gaya
tetapi buatlah gaya hidup yang positif. Gaya hidup yang bermanfaat bagi orang
lain. Kalau tidak mampu berbuat yang baik bagi orang lain, cukup tidak dengan
merugikan orang lain (merokok pada tempatnya). 1) Abu dan bara rokok dapat
membahayakan penglihatan penegndara lain ketika masuk ke mata; 2) Iritasi pada
mata, dapat menyebabkan kebutaan; 3) Bahkan dapat menyebabkan kecelakaan.
Pemerintah dan pihak
terkait (Polantas) harus membuat kebijakan yang tepat. Selama ini tindakannya
baru sekadar imabauan, belum ada tindakan nyata (represif). Sebaiknya dibuat
undang-undang, agar perokok tidak sembarangan lagi merokok. Kalau mau merokok
lebih baik tidak berkendara, berhenti dan menepi lalu merokok.
Banyak pengendara yang
mendoakan kejelekan orang merokok sembari berkendara. Ingat, doa orang
terzolimin itu sangat ampuh. Berkendara tidak sembari merokok itu baik, tetapi
lebih baik hidup tanpa konsumsi rokok. Jangan hanya memikirkan gaya hidup saja,
tetapi pikirkan juga bahya yang ditimbulkan akibat konsumsi rokok. Jika
generasi muda sudah menghabiskan uang dan waktu hanya untuk rokok bagaimana
nasib bangsa Indonesia di masa depan?
Jauhi rokok. Mari berhijrah. Semua orang dapat berhijrah.
Hanya masalah kemauan untuk meninggalkan kebiasaan masa lalu saja. Proses
hijrah itu memang berat. Tetapi saya pikir, di mana ada kemauan di situ pasti
ada jalan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membimbing ke jalan yang benar. Semoga
kita bisa saling mengingatkan, yang diingatkan semoga dapat menerima dan tidak
melakukannya lagi. (*)
Tidak ada komentar: