KONSEP DIRI
KONSEP DIRI
1. Pengertian Konsep Diri
Berpikir mengenai
dirinya sendiri adalah aktivitas manusia yang tidak dapat dihindari. Pada
umumnya, secara harfiah orang akan berpusat pada dirinya sendiri. Sehingga self (diri) adalah pusat dari dunia
sosial setiap orang. Sementara, seperti yang telah kita ketahui, faktor genetik
memainkan sebuah peran terhadap identitas diri atau konsep diri. Yang sebagian
besar didasari pada interaksi dengan orang lain yang dipelajari dimulai dengan
anggota keluarga terdekat kemudian masuk ke interaksi dengan mereka di luar
keluarga. Dengan mengamati diri,
yang sampailah pada
gambaran dan penilaian diri, ini
disebut konsep diri.
Brooks (Rakhmat, 2007:99) mendefinisikan konsep diri
sebagai “Those psychical,
social, and psychological perceptions of our selves that
we have derived from experiences and our interaction with other”. Jadi
konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri. Persepsi tentang diri
ini boleh bersifat psikologi , sosial dan fisik. Konsep ini bukan hanya
gambaran deskripstif, tetapi juga penilaian tentang diri. Jadi konsep diri
meliputi apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan tentang diri.
Burns
(1993: vi) mengartikan konsep diri sebagai satu gambaran campuran dari apa yang
kita pikirkan orang-orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita
inginkan. Dariyo (2011: 202) menjelaskan lebih lanjut
bahwa konsep diri (self-concept)
ialah gambaran diri sendiri yang bersifat menyeluruh terhadap keberadaan diri
seseorang. Konsep diri sebagai cara pandang seseorang mengenai diri sendiri
maupun memahami orang lain.
Sobur
(2010: 507) mendefinisikan konsep diri adalah semua persepsi kita terhadap
aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang
didasarkan atas pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain. Sedangkan menurut Hurlock (2005: 236) konsep diri ialah konsep
seseorang dari siapa dan apa dia itu. Agustiani (2009: 139) menyatakan konsep diri
merupakan merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang
dibentuk melalui pengalaman pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan
lingkungan. Konsep ini bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari
pengalaman yang terus
menerus. Dasar dari
konsep diri individu ditanamkan pada saat- saat dini
kehidupan anak menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian
hari. Konsep ini
merupakan bayangan cermin, ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan
orang lain, apa yang kiranya reaksi orang terhadapnya. Konsep diri ideal ialah
gambaran mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakannya.
Berdasarkan pemaparan di atas mengenai pengertian konsep
diri, konsep
diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, apa dan bagaimana diri
kita. Pandangan tersebut mulai dari identitas diri, cita diri, harga diri,
ideal diri gambaran diri serta peran diri kita, yang diperoleh melalui
interaksi diri sendiri
maupun dengan orang lain
2. Komponen Konsep Diri
Konsep diri
menurut Rakhmat (2007:99) tidak
hanya merupakan gambaran deskriptif
semata, akan tetapi
juga merupakan penelitian seseorang individu mengeai dirinya sendiri.
Sehingga konsep diri
merupakan suatu yang
dipikirkan dan dirasakan oleh
seoarang individu. Ia
mengemukakan ada dua komponen konsep diri yaitu komponen
kognitif (self image) dan komponen
afektif (self esteem). Komponen
kognitif (self image) merupakan pengetahuan individu tentang dirinya yang
mencakup pengetahuan ”siapa saya”, di
mana hal ini
akan memberikan gambaran sebagai
pencitraan diri.
Adapun komponen
afektif (self esteem) merupakan
penilaian individu terhadap dirinya
yang akan membentuk
bagaimana penerimaan diri dan
harga diri individu yang bersangkutan. Jadi kesimpulannya adalah
yakni konsep diri merupakan sesuatu yang dirasakan dan dipikirkan oleh
seorang individu berkaitan dengan
diinya. Atau bisa disebut juga dengan komponen kognitif merupakan data yang
bersifat objektif, sedangkan komponen afektif merupakan data yang bersifat
subyektif (Rahmat, 2007: 105).
Hurlock
(2005:238) menjelaskan
konsep diri mempunyai tiga komponen
yakni: 1) The Perceptual Component atau konsep fisik, yaitu
gambaran yang dimiliki seseorang
terhadap penampilan fisiknya dan kesan yang ditimbukannya terhadap orang lain.
Komponen ini meliputi daya tarik tubuh dan keserasian jenis kelamin; 2) The
Conceptual component
atau konsep diri psikologis, yaitu
konsep seseorang tentang ciri- ciri khusus yang berbeda dengan orang
lain yang meliputi kepercayaan diri, ketidaktergantungan keberanian, kegagalan
dan kelemahan; 3)The Attitude Component atau komponen sikap, yaitu
perasaan yang dimiliki seseoarang terhadap diriya sekarang maupun di masa yang
akan datang, rasa bangga atau rasa malu. Komponen ini meliputi keyakinan,
nilai, aspirasi, dan
komitmen yang membentuk dirinya.
3. Aspek-aspek Konsep Diri
Menurut Dariyo
(2011:
202), konsep
diri bersifat multi aspek yaitu meliputi : 1) Aspek Fisiologis. Aspek
fisiologis dalam diri berkaitan dengan unsur - unsur, seperti warna kulit,
bentuk, berat atau tinggi badan, raut muka, memiliki kondisi
badan yang sehat,
normal/cacat dan lain sebagainya; 2) Aspek Psikologis. Aspek- aspek psikologis
meliputi tiga hal yaitu : Kognitif
(kecerdasan, minat, dan
bakat, kreativitas,kemampuan
konsentrasi), Afeksi (ketahanan, ketekunan,
keuletan kerja, motivasi berprestasi, toleransi stress), Konasi (kecepatan dan
ketelitian kerja, coping stress, resilliensi); 3) Aspek Psiko-sosiologis. Pemahaman individu
yang masih memiliki
hubungan dengan lingkungan sosialnya. Seseorang yang menjalin hubungan
dengan lingkungannya dituntut untuk dapat memiliki kemampuan berinteraksi
sosial, komnikasi, menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan mereka; 4) Aspek Psiko-Spiritual. Kemampuan dan pengalaman
individu yang berhubungan dengan nilai nilai dan ajaran agama. Aspek spiritual
disebut juga dengan aspek theologis
yang bersifat transcendental; 5) Aspek Psikoetika dan Moral. Suatu kemampuan memahami dan
melakukan perbuatan berdasar nilai- nilai etika dan moralitas. Oleh karena itu,
proses penghayatan dan pengamatan individu
terhadap nilai- nilai
moral tersebut menjadi sangat
penting, karena akan dapat menopang keberhasilan seseorang dalam
melakukan kegiatan penyesuaian
diri dengan orang lain (Dariyo,
2011:204).
Menurut Hurlock (2005: 58) konsep diri mempunyai dua
aspek yaitu meliputi: a) Aspek fisik. Terdiri dari
konsep yang dimiliki
individu tentang
penampilannya, kesesuiaan dengan
seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungan dengan
perilakunya dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata orang lain; b) Aspek Psikologis. Terdiri dari
konsep individu tentang
kemampuan dan ketidakmampuannya,
harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain.
Fitts (Agustiani,
2009: 139) membagi konsep diri menjadi dua dimensi pokok, yaitu sebagai
berikut:
1). Dimensi Internal
Dimensi
internal merupakan penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya
sendiri berdasarkan apa yang
ada dalam dirinya. Dimensi ini
terdiri dari tiga bentuk, yaitu :
a)
Diri
identitas (identity self)
Bagian ini merupakan aspek mendasar konsep diri. Pada
bagian ini individu
yang bersangkutan menggambarkan
dirinya dan membangun
identitasnya dengan semakin kompleks seiring
dengan bertambahnya usia
dan pengalaman individu.
b)
Diri
pelaku (behavioral self)
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah
lakunya, yang berisikan tentang apa yang dapat dilakukan oleh dirinya. Bagian
ini berkaitan erat dengan diri identitas, karena akan menunjukkan adanya
keserasian antara diri identitas dengan diri pelaku, sehingga dapat mengenali
dan menerima dirinya sebagai
diri dari identitas
maupun sebagai diri dari pelaku.
c)
Diri
penerimaan/penilai (judging self)
Diri
penilai berperan sebagai pengamat, penentu standar dan evaluator. Manusia
cenderung memberikan penilaian terhadap apa yang dipersepsikannya. Sehingga,
gambaran-gambaran yang dikenakan pada dirinya bukan semata-mata menggambarkan
dirinya, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai.
Ketiga bagian
internal ini memiliki peranan yang berbeda-beda, namun saling melengkapi dan
berinteraksi satu sama lain untuk membentuk suatu diri yang utuh dan
menyeluruh.
2) Dimensi Eksternal
Pada dimensi
eksternal, individu menilai
dirinya melalui hubungan dan
aktivitas sosial, nilai-nilai yang diyakini, serta hal-hal dari luar dirinya.
Dimensi eksternal dibedakan atas lima bentuk, yaitu :
a)
Diri
fisik (physical self)
Diri fisik menyangkut pada
persepsi orang lain terhadap keadaan dirinya secara fisik.
b)
Diri
etik-moral (moral-ethical self)
Bagian ini merupakan persepsi
seseorang terhadap dirinya dilihat dari pertimbangan nilai moral dan etika.
c)
Diri
pribadi (personal self)
Bagian diri pribadi merupakan perasaan seseorang lain mengenai keadaan
pribadinya, akan tetapi
tidak dipengaruhi oleh keadaan fisik maupun orang lain.
d)
Diri
keluarga (family self)
Diri keluarga
menunjukkan perasaan dan
harga diri seseorang dalam
perannya sebagai anggota keluarga.
e)
Diri
sosial (social self)
Bagian ini merupakan
penilaian individu terhadap interaksi dirinya
dengan orang lain
maupun dengan lingkungan sekitarnya. Penilaian individu
terhadap bagian-bagian dirinya
dalam dimensi eksternal dapat
dipengaruhi oleh penilaian
dan interaksinya dengan orang
lain. Seseorang tidak dapat begitu saja menilai fisiknya baik tanpa adanya
reaksi dari orang lain yang memperlihatkan bahwa secara fisik ia memang
menarik. Demikian pula seseorang tidak dapat mengatakan ia memiliki pribadi yang
baik tanpa adanya tanggapan dari orang lain di sekitarnya yang
menunjukkan bahwa ia
memang memiliki pribadi yang
baik. Seluruh bagian ini saling berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan yang
utuh untuk menjelaskan hubungan antara dimensi internal dan dimensi eksternal.
Berdasarkan
pemaparan Fits (Agustiani, 2009:
139) dari
tiga dimensi internal dan lima dimensi eksternal akan menghasilkan limabelas
kombinasi yaitu identitas
fisik, identitas moral etik, identitas pribadi, identitas
keluarga, identitas sosial, tingkah laku fisik, tingkah laku moral-etik,
tingkah laku pribadi, tingkah laku keluarga, tingkah laku sosial, penerimaan
fisik, penerimaan moral-etik, penerimaan pribadi, penerimaan keluarga, dan
penerimaan sosial.
4. Penilaian Konsep Diri
Menurut Burns (1993:108) menyebutkan
ada dua metode yang dipakai dalam mengukur konsep diri individu yaitu: 1)
dengan individu yang bersangkutan untuk melaporkan tentang dirinya sendiri di
dalam merespon kepada item-item yang dites dalam bentuk skor, 2) konsep diri
individu dapat diduga dari tingkah laku yang diamati oleh seorang pengamat
tunggal atau sejumlah pengamat dari luar.
Lebih lanjut Burns (1993:109)
menjelaskan untuk mendapatkan deskripsi diri individu metode pelaporan
penilaian konsep diri dapat menggunakan enam metode yaitu: 1) metode skala
penilaian. Skala-skala penilaian dapat berbentuk kuesioner, inventori, dan
sikap terhadap skala-skala tertentu. 2) metode daftar pengecekan. Metode ini
individu semata-mata mengecek kata-kata sifat ataupun pernyataan-pernyataan
yang sesuai penjelasan dirinya. 3) teknik penyortiran. 4) teknik-teknik proyektif.
5) metode respon yang tidak terstruktur dan bebas. 6) metode wawancara.
Dilihat dari pemaparan di atas, dalam mengukur
konsep diri seseorang dapat menggunakan enam metode yaitu: 1) metode skala
penilaian. Skala-skala penilaian dapat berbentuk kuesioner, inventori, dan
sikap terhadap skala-skala tertentu. 2) metode daftar pengecekan. Metode ini
individu semata-mata mengecek kata-kata sifat ataupun pernyataan-pernyataan
yang sesuai penjelasan dirinya. 3) teknik penyortiran. 4) teknik-teknik
proyektif. 5) metode respon yang tidak terstruktur dan bebas. 6) metode
wawancara
Tidak ada komentar: