MATERI PIDATO BAHASA INDONESIA
2.1 Pidato
2.3.1 Pengertian Pidato
Pidato atau istilah
bahasa Inggris disebut public speaking,
pada hakikatnya adalah berbicara di muka
umum, baik langsung maupun tidak. Langsung dalam arti si pembicara langsung
berkomunikasi secara berhadapan muka (face
to face) dengan hadirinnya. Namun pidato pun bisa dilakukan secara tidak
langsung, yaitu berbicara melalui media massa untuk konsumsi umum. Pidato
merupakan penyajian kemasan pesan yang dirancang bagi hadirin tertentu guna
mencapai tujuan tertentu pula
(Suhandamg, 2009: 207).
Suhendar dan Pien (1992: 102) menyatakan bahwa seseorang yang
berpidato menyampaikan gagasannya, menyampaikan pokok-pokok pikirannya kepada
orang lain di dalam suatu pertemuan resmi. Menurut Arsyad (1988:53) Pidato
merupakan alat penyampai gagasan dan pokok-pokok pikiran kepada orang lain.
Pidato adalah menyampaikan informasi tentang seseuatu objek kepada kelompok
pendengar secara lisan (Keraf, 1984:314). Gagasan dan pokok-pokok pikiran
tersebut disampaikan dengan menggunakan bahasa resmi dan formal. Pidato adalah
suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang
mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di
depan publik / umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
Menurut Abidin (2013: 145) pidato merupakan salah satu bentuk
kegiatan berbicara yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap
ada acara, baik acara formal maupun informal selalu ada kegiatan berpiato, dari
pidato sambutan sampai pidato penyampaian informasi ataupun pidato ilmiah.
Menurut Hadinegoro dalam buku Abidin (2013: 145) pidato adalah pegungkapan
pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditunjukan kepada orang banyak, atau wacana
yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak, dengan maksud agar para pendengar
mengetahui, memahami, menerima, serta diharapkan bersedia melaksanakan segala
sesuatu yang disampaikan kepada mereka.
Rakhmat (2011: 78) menyebutkan bahwa pidato adalah komunikaso tatap
muka, yang bersifat dua arah. Pidato merupakan peristiwa yang khas, yang
memerlukan bakat dan keterampilan khas juga. Pidato merupakan pelengkap yang
amat berharga bagi pembicara yang berpengalaman dan keharusan bagi pembicara
baru.
Ada beberapa faktor penunjang yang harus
diperhatikan agar seseorang dapat berpidato dengan baik, antara lain:
a) Mempunyai tekad dan keyakinan bahwa pembicara
mampu untuk meykinkan orang lain.
b) Memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas.
c) Memiliki perbendaharaan kata yang cukup,
seseorang yang memiliki perbendaharaan kata yang cukup tentu akan memiliki
kesanggupan untuk memilih kata yang tepat (diksi).
d) Melakukan latihan yang intensif. Pidato umumnya
bertujuan untuk melakukan satu atau beberapa hal berikut ini:
1) Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti
kemauan kita dengan suka rela.
2) Memberi suatu pemahaman atau informasi pada
orang lain.
3) Membuat orang lain senang dengan pidato yang
menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita
sampaikan.
Semua definisi mengenai pidato di atas, tentunya
terpilih dan dikembangkan dengan tujuan untuk memperluas wawasan bagi penulis
dan pembaca. Maka dapat disimpulkan bahwa pidato adalah suatu bentuk komunikasi
di mana pembicara menyampaikan buah pikiran dan perasaannya di depan sejumlah
hadirin dalam situasi tatap muka (face to
face), di mana terjadi suatu keterlibatan dari pembicara, pendengar, bunyi,
efek, konteks, pesan dan media. Pidato adalah kegiatan berbicara yang dapat
dilakukan dengan dua cara baik langsung maupun tidak langsung. Tetapi, pada
dasarnya dua cara tersebut merupakan suatu
komunikasi lisan dimana seorang komunikator menyampikan buah pikiran dan atau
perasaannya kepada sejumlah pendengar untuk tujuan tertentu sesuai dengan
kehendaknya.
2.3.2 Persiapan Pidato
Berpidato merupakan salah satu cara berbicara di depan public dan langsung
dapat dilihat didengar oleh pendengar/penyimaknya. Pidato dapat dikatakan
berhasil apabila ada persiapan yang dilakukan sebelum tampil ke depan khalayak
umum. Menurut Keraf (Arsjaf dan Mukti, 1988: 56) ada tujuh langkah yang perlu
diperhatikan dalam persiapan pidato yang baik, yaitu:
a)
Menentukan topik dan tujuan. Topik dan
tujuan perlu ditentukan agar isi materi dapat tersampaikan dengan baik,
menarik, dan tidak membosankan.
b)
Menganalisis pendengar dan situasi. Menurut
Darmastuti (2006: 112) perlu ditelaah secara seksama apakah hadirin yang akan
datang itu sifatnya homogen atau heterogen. Analisis pendengar dan situasi
dilakukan untuk mengetahui tingkat penanganan masalah ketika berpidato.
c)
Memilih dan menyempitkan topik. Penyempitan
topik ditujukan agar pembahasan menjadi lebih terfokus dan tidak meluas. Hal
ini bertujuan untuk memudahkan penyimak dalam memeroleh pesan dari pembicara.
d)
Mengumpulkan bahan. Pengumpulan bahan
materi merupakan hal yang mendukung untuk mencapai tujuan. Bahan materi dapat berupa
semua informasi atau data yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
e)
Membuat kerangka uraian. Kerangka uraian
diperlukan guna menjadi acuan dalam berbicara dan pedoman dalam menyusun
naskah. Isi materi agar terarah dan sistematis. Kesistematisan materi memudahkan
penyimak menerima pesan dari pembicara ketika berpidato.
f)
Menguraikan secara mendetail. Uraian
atau naskah disusun berrdasarkan kerangka karangan. Kerangka karangan akan
memudahkan penyusunan naskah secara terperinci dan sisitematis.
g)
Melatih dengan suara nyaring. Latihan
diperlukan agar pembaca pidato dapat mengemukakan isi pidatonya secara lancar
dan tepat penuh dengan rasa percaya diri. Latihan dengan suara nyaring dapat
membantu memperjelas pengucapan, tekanan, intonasi, dan jeda secara tepat.
2.3.3 Macam-Macam Metode Pidato
Berpidato bukan merupakan hal yang mudah namun tidak sulit. Tidak
mudah karena memerlukan beberapa kali latihan dan persiapan. Persiapan yang
diperlukan untuk menyususn isi materi bergantung pada metode yang akan
digunakan. Ada empat macam metode penyampaian lisan seperti pidato,
diantaranya:
a)
Metode Impromptu (serta merta)
Metode impromptu adalah metode penyampaian berdasarkan kebutuhan
sesaat. Tidak ada persiapan sama sekali, melainkan secara serta-merta atau
tiba-tiba berbicara berdasarkan pengetahuan dan kemampuannya.
b)
Metode menghafal.
Metode ini merupakan kealikan dari metode impromptu. Metode
menghafal ini bukan hanya direncanakan, tetapi juga ditulis secara lengkap
kemudian dihafal kata demi kata.
c)
Metode naskah.
Metode ini sering dipakai dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat
resmi. Seseorang yang menggunakan metode ini akan selalu terpaku pada naskah
(teks) yang ada dihadapannya sehingga menimbulkan adanya sekat antara pembicara
dan penyimak.
d)
Metode ekstemporan (tanpa
persiapan naskah)
Metode ini lebih efektif dibandingkan dengan metode sebelumnya.
Dalam metode ini uraian yang akan dibawakan direncakan secara cermat dan dibuat
catatan-catatan penting, yang sekaligus menjadi urutan uraian itu.
2.3.4 Sistematika Berpidato
Menurut Abernathy dan Mark (2005: 10) menyatakan bahwa mendekati
bagian depan ruangan adalah perjalanan yang sungguh penting: ”masuklah dari
sisi kiri”. Pernyataan ini merupakan salah satu kiat dahsyat yang dapat
dilakukan oleh para pembicara dalam menambah kepercayaan diri. Dengan memasuki
ruangan dari sisi kiri, pembicara akan memiliki jeda waktu yang cukup lama
dalam membuka pikiran, sebelum pendengar memulai penilaian secara kritis. Hal
ini terjadi karena ketika seorang pembicara berjalan dari sisi kiri pendengar,
maka mata dan kepala para pendengar akan bergerak kea rah kiri. Pada waktu yang
bersamaan terangsanglah otak belahan bagian kanan yang bersifat tidak
menghakimi.
Selain itu, terdpat garis besar sistematika berpidato sebagai
berikut:
a)
Mengucapkan salam pembuka dan
menyapa hadirin.
b)
Menyampaiakan pendahuluan yang
biasanya berisi ungkapan terima kasih, ungkapan kegembiraan, dan rasa syukur.
c)
Menyampaikan isi pidato dengan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan diksi yang tepat.
d)
Menyampaikan simpulan agar
memudahkan pendengar mengingat pesan.
e)
Menyampaikan harapan yang
berisi ajakan atau anjuran kepada pendengar.
f)
Menyampaikan salam penutup.
2.3.5 Jenis-jenis Pidato
Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan
menjadi :
a)
Pidato Pembukaan, adalah pidato
singkat yang dibawakan oleh pembaca acara.
b)
Pidato pengarahan adalah pdato
untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
c)
Pidato Sambutan, yaitu
merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa
tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas
secara bergantian.
d)
Pidato Peresmian, adalah pidato
yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
e)
Pidato Laporan, yakni pidato
yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
f)
Pidato Pertanggungjawaban,
adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
Jenis-jenis pidato juga dapat diidentifikasi berdasarkan
tujuan pokok pidato yang disampaikan. Berdasarkan tujuannya, kita mengenal
jenis-jenis pidato: pidato
informatif, pidato persuasif, dan pidato rekreatif.
a) Pidato informatif adalah pidato yang tujuan utamanya untuk
menyampaikan informasi agar orang menjadi tahu tentang sesuatu.
b) Pidato persuasif adalah pidato yang tujuan utamanya membujuk atau
mempengaruhi orang lain agar mau menerima ajakan kita secara sukarela bukan
sukar rela.
c) Pidato
rekreatif adalah pidato yang tujuan utamanya adalah menyenangkan atau
menghibur orang lain.
Namun demikian, perlu disadari bahwa dalam
kenyataannya ketiga jenis pidato ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan
saling melengkapi satu sama lain. Perbedaan di antara ketiganya semata-mata
hanya terletak pada titik berat (emphasis) tujuan pokok pidato.
2.3.6 Ciri-ciri Pidato yang Baik
Sembilan hal yang mencirikan suatu pidato uang baik yakni saklik,
jelas, hidup, memiliki tujuan yang jelas, bergaya klimaks, memiliki
pengulangan, mengandung hal-hal yang mengejutkan, singkat tapi padat dan
mengandung humor.
a)
Pidato yang saklik
Memiliki objektivitas dan
unsur-unsur yang mengandung kebenaran. Saklik juga berarti bahwa ada hubungan
yang serasi antara isi pidato dan formulasinya, sehingga indah kedengaran,
tetapi bukan berarti dihiasi dengan gaya bahasa yang berlebihan. Intinya ada
hubungan yang jelas antara pembeberan masalah dengan fakta dan pendapat atau
penilaian pribadi.
b)
Pidato yang jelas
Ketentuan sejak zaman kuno menyatakan
bahwa pembicara harus mengungkapkan pikirannya sedemikian rupa, agar dapat
dimengerti dan dipahami. Oleh karena itu pembicara harus memilih ungkapan dan
susunan kalimat yang tepat dan jelas untuk menghindari salah pengertian.
Pembicara yang tidak dapat mengungkapkan pikirannya secara jelas, umumnya
karena dia sendiri belum memahami masalah secara tepat dan benar.
c)
Pidato yang hidup
Untuk menghidupkan pidato dapat
digunakan gambar, cerita pendek atau kejadian-kejadian yang relevan sehingga
memancing perhatian pendengar. Pidato yang hidup dan menarik umumnya diawali
dengan ilustrasi, kemudian ditampilkan pengertian-pengertian absrtak atau
definisi.
d)
Pidato yang memiliki tujuan
Tujuan ini harus dirumuskan dalam satu
dua pikiran pokok. Kalimat-kalimat yang merumuskan tujuan dan kalimat-kalimat
pada bagian penutup pidato harus dirumuskan secara singkat, jelas dan padat.
e)
Pidato yang memiliki klimaks
Klimaks yang diimaksud disini adalah
menciptakan titik-titik puncak dalam pidato untuk memperbesar ketegangan dan
rasa ingin tahu para pendengar. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa
klimaks itu harus muncul secara organis dari dalam pidato itu sendiri dan bukan
karena mengharapkan tepuk tangan yang riuh dari pendengar. Klimaks yang
dirumuskan dan ditampilkan secara tepat akan memberikan bobot kepada pidato.
f)
Pidato yang memiliki
pengulangan
Pengulangan atau redundans itu penting,
karena dapat memperkuat isi pidato dan memperjelas pengertian pendengar. Suatu
pengulangan yang dirumuskan secara baik akan memberi efek yang besar dalam
ingatan para pendengar. Tetapi perlu diperhatikan bahwa yang dimaksud adalah
pengulangan isi pesan, bukan rumusan. Isi dan arti tetap sama, tetapi dirumuskan
dengan gaya bahasa yang berbeda.
g)
Pidato yang Berisi Hal-hal yang
Mengejutkan
Menampilkan hal-hal yang mengejutkan
dalam pidato berarti menciptakan hubungan yang baru dan menarik antara
kenyataan-kenyataan yang dalam situasi biasa tidak dapat dilihat. Hal-hal yang
mengejutkan itu dapat menimbulkan efek ketegangan yang menarik dan rasa ingin
tahu yang besar, tetapi bukan ajang cari sensasi.
h)
Pidato yang dibatasi
Pidato perlu dibatasi pada satu atau
dua soal tertentu saja. Tidak boleh membeberkan segala masalah dalam satu
pidato. Pidato yang isinya terlalu luas akan menjadi dangkal. Itulah sebabnya
apabila menurut pengamatan kita sebagai para pendengar sudah merasa bosan, maka
berhentilah berpidato.
i)
Pidato yang mengandung humor.
Humor dalam pidato itu perlu, hanya
saja tidak boleh terlalu banyak, sehingga memberi kesan bahwa pembicara tidak
bersungguh-sungguh. Humor itu dapat menghidupkan pidato dan memberi kesan yang
tak terlupakan pada para pendengar. Humor dapat juga menyegarkan pikiran
pendengar , sehingga mencurahkan perhatian yang lebih besar Pidato yang
Mengandung Humor kepada pidato yang selanjutnya.
2.3.7 Penilaian Kegiatan
Berpidato
Ada beberapa cara untuk menilai tugas berpidato, Jakobovits dan
Gordon (dalam Nurgiyantoro, 1995: 288) mengembangkan teknik penilaian untuk
tugas-tugas laporan lisan, dalam hal ini dikembangkan untuk tugas bercerita dan
berpidato karena terdapat persamaan sifat dengan skala 0 sampai dengan 5.
Aspek-aspek yang digunakan sebagai berikut:
1.
keakuratan informasi
2.
hubungan antar informasi
3.
ketepatan struktur dan kosakata
4.
kelancaran
5.
kewajaran wacana
6.
gaya pengucapan
lebih lanjut Arsyad (1988:87) menjelaskan bahwa sebaiknya penilaian
jangan mengukur dan menilai satu kegiatan saja, tetapi berlanjut dan bertujuan
memperbaiki prestasi kegiatan berikutnya. Faktor-faktor yang dinilai
berdasarkan kedua factor penunjang keefektifan berbicara. Kedua factor tersebut
adalah factor kebahasaan dan non kebahasaan.
1.
faktor kebahasaan, meliputi:
(a) pengucapan vocal, (b) pengucapan konsonan, (c) penempatan tekanan, (d)
penempatan persendian, (e) penggunaan nada/irama, (f) pilihan kata, (g) pilihan
ungkapan, (h) variasi kata, (i) kata bentukan, (j) struktur kalimat, (k) ragam
kalimat.
2.
faktor non kebahasaan,
meliputi: (a) keberanian dan semangat, (b) kelancaran, (c) kenyaringan suara,
(d) pandangan mata, (e) gerak-gerik mimik, (f) keterbukaan, (g) penalaran, (h)
penguasaan topik.
Tidak ada komentar: