Ads Top

MEMBARU DI TAHUN YANG BARU




MEMBARU, DI TAHUN YANG BARU
oleh
ZAKI FAHRIZAL

    Waktu berjalan tanpa terasa. Saat ini penanggalan tahun masehi berada Januari 2018. Saya berpikir, sudahkah berbuat yang terbaik di tahun lalu? Tahun ini Indonesia memasuki usia yang ke-73 tahun. Perlu rasanya memuhasabah atau kontemplasi diri sejenak  untuk mengevaluasi gambaran negeri.
Waktu itu sangat berharga. Pepatah Arab mengatakan bahwa waktu adalah pedang. Pepatah ini menjelaskan bahwa begitu pentingnya waktu karena dapat  membuat penikmatnya terlena. Waktu yang melenakan atau kita yang melenakan? Kita yang mengendalikan waktu atau waktu yang mengendalikan kita?
    Banyak di antara orang yang sedang sakit menginginkan kesembuhan. Betapa berharganya nikamat sewaktu sehat. Ketika seseorang dalam keadaan sakit, aktivitasnya tentu terbatas. Sedangkan saat badan kita sehat, semua aktivitas dapat dilakukan.
      Kemudian, pepatah Barat atau kita biasa menyebut dengan orang bule mengungkapkan bahwa waktu adalah uang. Waktu adalah uang (Time is money). Segala aktivitas yang dilalui selama 24 jam dapat dijadikan uang. Jika ingin kaya maka manfaatkanlah waktu. Jika ingin hidup pas-pasan cukuplah kiranya bersantai-santai. Duduk manis depan televisi contohnya. 
        Pepatah Arab dan pepatah Barat ada benarnya, beberapa firman Allah SWT  juga mengingatkan tentang waktu, semisal: demi massa, demi siang, demi malam, demi pagi. Jelas bahwa Allah mengingatkan betapa pentingnya waktu. Bekerjalah seakan-akan engkau mati hari esok. Jika hari ini lebih baik dari hari kemarin maka kita menjadi orang yang beruntung. Tetapi jika hari ini tidak lebih baik dari hari kemarin maka kita termasuk orang yanh merugi. 
Tahun 2017 isu SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan tertentu) terus digunakan di berbagai aspek kehidupan. Pascapemilu 2014 rasanya penduduk Indonesia seperti terpecah belah antara du kelompok kanan dan kiri. Ketegangan pascapemilu 2014 kemudian berlanjut ke pemilu serentak. DKI Jakarta tahun ini yang menjadi sorotan. Kedewasaan berpolitik para elit partai sepertinya masih rendah. 
        Akibat propaganda media masa dan media sosial isu-isu SARA menjadi ramai dan viral. Debat kusir di status media sosial seseorang tidak berkesudahan sampai-sampai berlanjut ke dunia nyata. Hal semacam ini seharusnya sudah tidak zamannya lagi. Lebih baik disudahi saja. Bagaimana mau ikut melaksanakan ketertiban dunia jika kondisi dalam negaranya saja seperti itu.  Coba kita buka pikiran kita, ada hal yang mendesak dan harus segera diselesaikan yakni di bidang sosial dan pendidikan. 
       Selama belum dewasa berpolitik, isu SARA akan terus digunakan. Toleransi hanya menjadi wacana dan menjadi buah bibir saja tanpa ada tindakan nyata. Rasa intoleransi yang semakin menggerogoti kehdupan berbangsa dan bernegara harus segera direduksi dan dihilangkan. Perlu diingat, berdirinya bangsa Indonesia  bukan atas dasar suku, agama, ras, dan golongan tertentu saja. Berdirinya bangsa Indonesia saat ini merupakan peran dari suku, agama, ras, dan golongan di seluruh penjuru negeri yang bersatu melawan penjajah sehingga berdirilah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kunci utama menghindari SARA adalah masyarakat memiliki kesejahteraan yang baik. Diusianya yang 72 tahun ini, Indonesia harus lebih maju lagi, tidak hanya membahas isu SARA. Namun juga harus mampu mendorong dan menciptakan program-program yang prorakyat sehingga mempunyai efek kesejahteraan terhadap masyarakat sekitar. Dengan masyarakat yang sejahtera maka tingkat pendidikan akan mendukung kedewasaan berpolitik. 
         Momentum tahun baru, buatlah bangsa kita menjadi pribadi yang baik. Bangsa  yang tidak mengenal yang namanya korupsi, kolusi, nepotisme, ketimpangan sosial antara si kaya dan si miskin, atau perselisihan karena perbedaaan SARA. Persoalan-persoalan sekecil apapun yanng dapat menghambat harus segera dapat diatasi pemerintah Indonesia guna mewujudkan Indonesia yang maju dan sejahtera. 2017 alhamdulillah, 2018 bismillah. Semangat, Indonesia Bisa! (*)


*Dimuat dalam Harian Tangsel Pos edisi Rabu 17 Januari 2018

Tidak ada komentar:

zakifahrizal. Diberdayakan oleh Blogger.