Ads Top

METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (RESEARCH AND DEVELOPMENT)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penulisan
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu pencarian (inquiry), menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan, mencari hubungan, menafsirkan hal-hal yang bersifat teka-teki. Kegiatan pencarian ini bisa juga dibedakan berdasarkan cara atau metode pencariannya (mode of inquiry) atau metode penelitian. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasarkan atas asumsi pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah. Banyak metode penelitian atau model rancangan penelitian yang bisa digunakan dalam bidang sosial dan pendidikan beberapa diantaranya yaitu: metode penelitian dan pengembangan (R&D), metode penelitian tindakan kelas dan metode penelitian sastra. Pembahasan lenih mendalam akan dibahas pada bab 2 berikut ini.

1.2.Rumusan Penulisan
a.       Apakah yang dimaksud metode penelitian dan pengembangan, bagaimana syarat dan aplikasi?
b.      Apakah yang dimaksud meode penelitian tindakan kelas, bagaimana syarat dan aplikasi?
c.       Apakah yang dimaksud metode penelitian sastra, bagaimana syarat dan aplikasi?

1.3.Tujuan Penulisan
a.       Mengetahui pengertian metode penelitian  dan pengembangan, syarat dan aplikasinya.
b.      Mengetahui pengertian metode penelitian tindakan kelas, syarat dan aplikasinya.
c.       Mengetahui pengertian metode penelitian sastra, syarat dan aplikasinya.



BAB II
PEMBAHASAN

A. METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
(RESEARCH AND DEVELOPMENT)

A.    Pengertian
Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dengan menguji keefektifan produk tersebut (Masrupi, 2014:97). Sedangkan menurut  Sukmadinata (2010:57) penelitian dan pengembangan adalah metode yang digunakan untuk mengembangkan dan menguji suatu produk. Menurut Sugiyono (2011:407) Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.
Dalam bidang pendidikan, Borg and Gall (Masrupi, 2014:97) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan (Research and Development) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Biasanya untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut. Sedangkan Sukmadinata (2010:57) menjelaskna bahwa  penelitian dan pengembangan dapat digunakan untuk mengembangkan buku, modul, media pembelajaran, instrumen evaluasi, model-model kurikulum, bimbingan, pengaawasan, pembinaan staff dll. Jadi penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bisa multi years)
Metode R and D telah hampir banyak digunakan pada bidang IPA dan Teknik. Hampir semua produk teknologi, misalnya alat elektronik, kendaraan bermotor, alat-alat kedokteran, bangunan bertingkat dan alat-alat rumah tangga yang modern diproduksi dan dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan. Begitu juga hal ini dapat digunakan dalam hal ilmu-ilmu sosial, misalnya psikologi, sosiologi, manajemen, pendidikan dll.
Sayangnya peranan metode R and D dalam bidang sosial dan pendidikan masih sangat sedikit dan kurang dari 1% dari biaya pendidikan secara keseluruhan. Sedangkan masih banyak produk tertentu dalam bidang pendidikan dan sosial yang perlu dihasilkan melalui R and D.

Potensi dan Masalah
Penelitian dapat dimulai dari adanya potensi atau masalah. Masrupi (2014:98) mengatakan bahwa potensi adalah segala sesuatu yang bila di dayagunakan akan memiliki nilai tambah. Misalnya di pantai selatan Pulau Jawa terdapat potensi angin dan sinar matahari, kedua potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi energi mekanik yang dapat digunakan untuk menggerakan sesuatu (turbin), seperti untuk generator pembangkit tenaga listrik atau turbin air.

Langkah-langkah R&D
Secara garis besar ada tiga langkah penelitian dan pengembangan. Pertama, studi pendahuluan, mengkaji teori dan mengamati produk atau kegiatan yang ada. Kedua, melakukan pengembangan produk atau program kegiatan baru. Ketiga, menguji atau memvalidasi produk atau program kegiatan yang baru. Kegiatan pengembangan dilakukan melalui beberapa kali uji coba, dengan sampel terbatas dan sampel lebih luas. Pengujian produk dilakukan dengan mengadakan eksperimen.
Potensi dan masalah > Pengumpulan data > Desain produk > Validasi desain > Uji coba pemakaian. Revisi produk > Uji coba produk > Revisi desain > Revisi Produk > Produksi masal. Berikut dijelaskan lebih lanjut mengenai langkah-langkah metode penelitian dan pengembangan:
Menurut Sugiyono (2011:408) langkah-langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan yang dilakukan untuk menghasilkan produk tertentu dan untuk menguji keefektifan produk yang dimaksud adalah :
Potensi dan Masalah > Pengumpulan data > Desain Produk > Validasi Desain > Revisi Desain > Ujicoba Produk > Revisi Produk > Ujicoba Pemakaian > Produksi Massal

Potensi dan masalah
Penelitian ini dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki suatu nilai tambah pada produk yang diteliti. Pemberdayaan akan berakibat pada peningkatan mutu dan akan meningkatkan pendapatan atau keuntungan dari produk yang diteliti. Masalah juga bisa dijadikan sebagai potensi, apabila kita dapat mendayagunakannya. Sebagai contoh sampah dapat dijadikan potensi jika kita dapat merubahnya sebagai sesuatu yang lebih bermanfaat. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Masalah akan terjadi jika terdapat penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Masalah ini dapat diatasi melalui R&D dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu model, pola atau sistem penanganan terpadu yang efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Mengumpulkan Informasi dan Studi Literatur. Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukan secara faktual, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi dan studi literatur yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

Studi ini ditujukan untuk menemukan konsep-­konsep atau landasan-landasan teoretis yang memperkuat suatu produk. Produk pendidikan, terutama produk yang berbentuk model, program, sistem, pendekatan, software dan sejenisnya memiliki dasar-dasar konsep atau teori tertentu. Untuk menggali konsep-konsep atau teori-teori yang mendukung suatu produk perlu dilakukan kajian literatur secara intensif. Melalui studi literatur juga dikaji ruang lingkup suatu produk, keluasan penggunaan, kondisi-kondisi pendukung agar produk dapat digunakan atau diimplementasikan secara optimal, serta keunggulan dan keter­batasannya. Studi literatur juga diperlukan untuk mengetahui langkah-langkah yang paling tepat dalam pengembangan produk tersebut. Produk yang dikembangkan dalam pendidikan dapat berupa perangkat keras seperti alat bantu pembelajaran, buku, modul atau paket belajar, dll., atau perangkat lunak seperti program-program pendidikan dan pembelajaran, model-model pendidikan, kurikulum, implementasi, evaluasi, instrumen pengukuran, dll. Beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memilih produk yang akan dikembangkan.

Desain Produk
Produk yang dihasilkan dalam produk penelitian research and development bermacam-macam. Sebagai contoh dalam bidang tekhnologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimafaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan, ergonomis, dan bermanfaat ganda. Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya serta memudahkan fihak lain untuk memulainya. Desain sistem ini masih bersifat hipotetik karena efektivitasya belum terbukti, dan akan dapat diketahui setelah melalui pengujian-pengujian.

Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional, karena validasi disini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli  yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, berikut keunggulannya.

Perbaikan Desain
Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang mau menghasilkan produk tersebut.

Uji coba Produk
Desain produk yang telah dibuat tidak bisa langsung diuji coba dahulu. Tetapi harus dibuat terlebih dahulu, menghasilkan produk, dan produk tersebut yang diujicoba. Pengujian dapat dilakukan dengan ekperimen yaitu membandingkan efektivitas dan efesiensi sistem kerja lama dengan yang baru.

Revisi Produk
Pengujian produk pada sampel yang terbatas tersebut menunjukkan bahwa kinerja sistem kerja baru ternyata yang lebih baik dari sistem lama. Perbedaan sangat signifikan, sehingga sistem kerja baru tersebut dapat diberlakukan

Ujicoba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk yang berupa sistem kerja baru tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkup yang luas. Dalam operasinya sistem kerja baru tersebut, tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.

Revisi Produk
Revisi produk ini dilakukan, apabila dalam perbaikan kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelebihan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk dalam hal ini adalah sistem kerja.

Pembuatan Produk Masal
Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Sebagai contoh pembuatan mesin untuk mengubah sampah menjadi bahan yang bermanfaat, akan diproduksi masal apabila berdasarkan studi kelayakan baik dari aspek teknologi, ekonomi dan ligkungan memenuhi. Jadi untuk memproduksi pengusaha dan peneliti harus bekerja sama.

Tahap-tahap Penelitian dan Pengembangan yang Dimodifikasi
Penelitian dan pengembangan yang dimodifikasi dari sepuluh langkah penelitian dan pengembangan dari Borg dan Gall. Secara garis besar dikembangkan oleh Sukmadinata dan kawan-kawan terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1) Studi Pendahuluan, 2) Pengembangan Model, dan ke 3) Uji Model.
Studi Pendahuluan
Tahap pertama studi pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tahap ini terdiri atas tiga langkah, pertama studi kepustakaan, kedua survai lapangan dan ketiga penyusunan produk awal atau draf model (karena yang dikembang­kan umumnya berbentuk model).

Studi kepustakaan merupakan kajian untuk mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan produk atau model yang akan dikembangkan. Umpamanya untuk penyusunan model pembelajaran bagi pengem­bangan kemampuan berkomunikasi anak SD kelas tinggi, studi kepustakaan difokuskan mengkaji konsep dan teori-teori tentang model-model pembelajaran bahasa, khususnya dalam pengembang­an berkomunikasi. Studi kepustakaan juga mengkaji perkembang­an, karakteristik anak SD kelas tinggi (kelas 5 dan 6) khususnya dalam kemampuan berkomunikasi. Selain dari itu studi kepusta­kaan juga mengkaji hasil-hasil. penelitian terdahulu yang berkenaan dengan pembelajaran bahasa dan berkomunikasi. Draf model tersebut selanjutnya direvisi dalam sebuah pertemu­an yang dihadiri oleh para ahli dalam bidang kurikulum dan pembelajaran, pendidikan bahasa Indonesia, dan beberapa guru SD senior yang punya pengalaman dalam pembelajaran dan pelatihan bahasa Indonesia. Berdasarkan masukan-masukan dari pertemuan reviu di atas, tim peneliti mengadakan penyempurnaan draf model tersebut. Draf yang  telah disempurnakan, digandakan sesuai dengan kebutuhan.

Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Lebih Luas
Selesai kegiatan pada tahap pertama Studi Pendahuluan, kegiatan dilanjutkan dengan tahap kedua, Uji Coba Pengembangan Produk pendidikan (model pembelajaran komunikatif). Dalam tahap ini ada dua langkah, langkah pertama melakukan uji coba terbatas dan langkah kedua uji coba lebih lugas.

Penyusunan satpel. Sebelum uji coba dilaksanakan keenam guru yang mengajar di kelas 5 dan 6 tersebut diundang untuk bersama­sama menyusun satpel Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan pembelajaran komunikatif. Kerangka satpel mengikuti format yang berlaku di sekolah, tetapi segi-segi yang dikembangkan dan langkah-langkah pembelajarannya mengikuti acuan dalam draf model pembelajaran komunikatif. Uji coba terbatas. Dalam pelaksanaan uji coba terbatas, guru-guru pelaksana uji coba melaksanakan pembelajaran berdasarkan satpel yang mereka susun. Selama kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan, mencatat hal-hal penting yang dilakukan guru, baik hal-hal baik maupun kekurangan, kelemalian, kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan guru. Selain kegiatan guru, pengamatan dan pencatatan juga dilakukan terhadap respon, aktivitas dan kemajuan-kemajuan yang dicapai siswa. Selesai satu pertemuan, peneliti mengadakan diskusi dengan guru membicara­kan apa yang sudah berjalan, terutama kekurang/kelemahan dan kesalahan/penyimpangan yang dilakukan.
Berdasarkan masukan-masukan tersebut guru mengadakan perbaikan terhadap satpelnya atau mencatat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Peneliti mengadakan memberikan catatan penyempurnaan terhadap draf model pembelajaran yang digunakan. Selesai pembelajaran satu satpel para peneliti mengadakan pertemuan membicarakan temuan­temuan dari uji coba. Berdasarkan temuan-temuan tersebut peneliti mengadakan penyempurnaan terhadap model pembelajaran yang dikembangkan. Kalau ada perubahan yang sangat berarti dalam draf model pembelajaran tsb., maka peneliti memberi tahukan kepada guru pelaksana uji coba agar dalam penyusunan satpel disesuikan dengan perubahan tersebut. Demikian dilakukan dengan satpel atau pokok bahasan berikutnya. Setelah beberapa putaran dilakukan dan masukan-masukan perbaikan satpel dan draf model pembelajaran tidak ada lagi, maka kegiatan uji coba dihentikan. Selesai putaran uji coba terbatas para peneliti mengadakan pertemuan untuk menibahas temuan-temuan dan melakukan penyempurnaan terakhir sebelum uji coba lebih luas.

Uji coba lebih luas. Uji coba lebih luas dilakukan dengan sampel sekolah dan guru yang lebih banyak, yaitu 6 sekolah dan 12 orang guru kelas 5 dan 6. Sekolah yang diambil berbeda dengan uji coba terbatas. Penentuan sampel dilakukan berdasarkan stratified-cluster random, yaitu diambil satu sekolah baik di pusat kota dan satu di pinggiran kota, satu sekolah sedang di pusat dan satu di pinggiran dan satu sekolah kurang di kota dan satu di pinggiran kota. Pada masing-masing sekolah diambil dua orang guru, yaitu guru kelas 5 dan kelas 6, sehingga jumlah guru pelaksana uji coba lebih luas ini berjumlah 12 orang.
Langkah kegiatan selanjutnya sama dengan uji coba terbatas, dimulai dengan penyusunan satpel, pembelajaran pada masing­masing kelas dengan pengamatan dari peneliti dan diskusi pelaksanaan pembelajaran uji coba, kemudian penyempurnaan satpel. Kegiatan selanjutnya penyempurnaan model pembelajaran oleh para peneliti dengan memperhatikan masukan-masukan dari pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan, diskusi dan penyempurna­an dilakukan terus sampai dinilai tidak ada lagi kekurangan atau kelemahan, sehingga uji coba dapat dihentikan. Para peneliti mengadakan pertemuan penyempurnaan draf terakhir, dan setelah kegiatan ini draf sudah dinilai final.

Uji Produk  dan Sosialisasi Hasil
Uji produk merupakan tahap pengujian keampuhan dari produk yang dihasilkan. Dalam pelaksanaan pengujian digunakan dua kelompok sampel, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jumlah kelompok eksperimen sebanyak kelompok uji coba lebih luas, dalam penelitian kami berjumlah 12 guru atau 12 kelas dari 6 sekolah masing-masing satu sekolah dari kategori baik di pusat kota, pinggiran kota, sekolah sedang di pusat dan sekolah pinggiran kota dan sekolah kurang dari pusat kota dan pinggiran kota. Kelompok kontrol jumlah dan kategorinya sama dengan kelompok eksperimen. Di samping pertimbangan kategori dan lokasi pemilihan kelompok kontrol juga didasarkan atas kesamaan statusnya sebagai SD inti atau imbas, latar belakang dan pengalaman guru, sarana dan fasilitas pembelajaran yang dimiliki. Dengan dasar-dasar pertimbangan pemilihan tersebut masing­masing pasangan kelompok dinilai sama atau setara sehingga memenuhi syarat sebagai berpasangan atau matching.
Dengan gambaran kelompok eksperimen dan kelompok kontrol seperti di etas desain eksperimen yang digunakan termasuk “The Matching Only Pretest-Posttest Control Group Design”.Dalam pelaksanaan eksperimen guru pada kelas-kelas kelompok eksperimen dalam pembelajarannya menggunakan model pembe­lajaran komunikatif sedang pada kelompok kontrol menggunakan pembelajaran biasa. Pokok bahasan yang diajarkan, buku sumber dan alat bantu yang digunakan relatif sama. Sebelum dirnulai pembelajaran diberikan pretest yang sama dan setelah selesai seluruh pembelajaran pokok bahasan juga diberi post test yang sama. Dalam kegiatan eksperimen tidak ada perbaikan model pembelajaran maupun satpel, keduanya menggunakan model yang telah dikembangkan pada uji coba lebih luas.
Setelah selesai eksperimen dan pemberian post tes, diadakan analisis statistik uji perbedaan. Uji perbedaan yang dihitung adalah antara hasil pretest dengan posttest pada kelompok eksperimen, dan pada kelompok kontrol, uji perbedaan pretest antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, post test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, dan antara perolehan (gain) kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Produk yang dihasilkan disosialisasikan ke sekolah-sekolah untuk diterapkan.


B. METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu penelitian tindakan kelas dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa inggris adalah classroom action research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung didalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan:
·         Penelitian: menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan urutan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
·         Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
·         Kelas: dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu proses dimana guru-dosen dan siswa-mahasiswa menginginkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan pembelajaran dikelas dapat tercapai secara optimal. Disamping itu, penelitian tindakan kelas adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Bisa juga dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi nyata di mana praktek pelaksanaan pembelajaran tersebut dilakukan didalam kelas.
Penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat reflektif artinya dalam proses penelitian itu anda sebagai guru sekaligus peneliti selalu memikirkan apa dan mengapa suatu dampak tindakan yang terjadi dikelas.

B. Prinsip - prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila akan melakukan penelitian tindakan kelas. Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud antara lain:
·         Penelitian tindakan kelas tidak boleh mengganggu kegiatan guru/dosen mengajar dikelasnya.
·         Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.
·         Metode yang digunakan harus cukup handal (reliable) sehingga memungkinkan guru/dosen mengindentifikasikan serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakannya.
·         Masalah penelitian yang diangkat oleh guru/dosen seharusnya merupakan masalah yang benar-benar merisaukannya dan bertolak dari tanggungjawab profesionalnya.
·         Dalam menyelenggarakan penelitian tindakan kelas guru/dosen harus bersifat konsisten menaruh kepedulian yang tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
·         Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sejauh mungkin guru/dosen harus menggunakan wawasan yang lebih luas daripada perspektif kelas. Artinya, permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif visi dan misi sekolah secara keseluruhan.

C. Model Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu:
1.    Menyusun rancangan tindakan (planning)
Dalam tahap ini penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.
2.    Pelaksanaan tindakan (acting)
Dalam tahap ini dalam keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud tertentu.
3.    Pengamatan (observasing)
Pada tahap ke-3 ini, kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurangtepat kalau pengamatan ini di pisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
4.    Refleksi (reflecting)
Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

D. Jenis – jenis Penelitian Tindakan Kelas
Ada empat jenis penelitian tindakan seperti dijelaskan oleh Chein,Cook dan Harding (1982). Tiap-tiap jenis mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri – sendiri. Bila dicermati tidak ada batas yang jelas antar keempat jenis tersebut . Keempat jenis itu adalah sebagai berikut:
1)        Penelitian Tindakan Diagnostik
Penelitian tindakan diagnosis ini dirancang untuk menuntun kearah tindakan. Dalam bentuknya yang paling jelas penelitian tindakan diagnosis dapat dijelaskan sebagagai berikut. Peneliti memasuki situasi yang telah ada, dan akan lebih bagus jika karena di undang. Peneliti itu mendiagnosis situasinya.
2)        Penelitian Tindakan partisipan
Penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Penelitian tindakan jenis ini tumbuh dan berkembang karena dua kelemahan penelitian tindakan jenis pertama diatas: (a) diagnostik tidak selalu mendorong dilakukannya tindakan, dan (b) keterlibatan tim peneliti dalam masyarakat terkait kurang menjamin pelaksanaan tindakan yang disarankan.
3)        Penelitian Tindakan Empiris
PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitiannya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari. Adapun kelemahannya sebagai berikut:
a.         Banyak organisator dan peimpin kelompok yang tidak memiliki kemampuan merumuskan hipotesis secara eksplitis atau menyatakan simpulannya secara cermat.
b.        Pelaku penelitian yang juga dibebani dengan tanggungjawab tindakan biasanya tidak mampu menyisihkan waktu untuk mencatat secara lengkap amanatnya, atau dalam beberapa hal bahkantidak dapat di komunikasikan.
c.         Jika penyimpangan catatan benar-benar memadahi, biasanya begitu banyak yang berhasil dikumpulkan, sehingga memerlukan usaha yang sangat besar untuk menganalisis seluruhnya.
d.        Bahkan dengan niat yang terbaik sekalipun sulit bagi pelaku penelitian untuk benar-benar objektif dalam menilai keluaran usaha tindakannya sendiri.
2.      Penelitian Tindakan Eksperimental
PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien didalam suatu kegiatan belajar.

E. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Karakteristik peneliitian tindakan kelas berbeda secara konseptual dan fundamental, antara lain:
a.         An inquiry on practice from within, berarti kegiatan penelitian tindakan kelas didasarkan pada masalah keseharian yang dirasakan, dan dihayati dalam melaksanakan pembelajaran yang selalu muncul, sekalipun siswa atau mahasiswa yang dihadapi berlainan pada setiap semesternya.
b.        A collabotarive effort and or participatives, mengisyaratkan bahwa tindakan dan upaya perbaikan itu dilakukan bersama – sama siswa atau mahasiswa secara kolaboratif dan partisipatif. Siswa atau mahasiswa bukan hanya diperlakukan sebagai obyek yang dikenai tindakan, tetapi juga sebagai pelaku aktif dalam kegiatan yang dilakukan guru atau dosen untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama.
c.         A reflective practice made public, yang menghendaki agar keseluruhan proses implementasi tindakan guru-dosen maupun tindakan siswa-mahasiswa dipantau dengan metode dan alat yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan demikian laporan penelitian tindakan kelas akan dapat memenuhi kaidah metodologi ilmiah dan kesimpulan atau temuan yang berupa model atau prosedur upaya perbaikan, peningkatan dan perubahan kearah yang lebih baik dan dapat disebarluaskan (diseminasi).
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa penelitian tindakan kelas (Classroom action research) memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.         Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah yang nyata dalam pembelajaran nyata yang cukup merisaukan guru-dosen yang memegang bidang studi tertentu.
2.         Kolaborasi antara guru dengan guru, dosen dengan dosen atau antara guru dengan siswa dan dosen dengan mahasiswa untuk menyelenggarakan pembelajaran yang berkualitas dan melakukan perbaikan yang berkelanjutan.
3.         Motivasi untuk peningkatan pembelajaran bidang studi atau maat kuliah yang harus muncul atau tumbuh dari dalam diri pribadi guru atau dosen (intrinsic motivation).
4.         Objectivitas, validitas dan reliabilitas proses, data, dan hasil tetap dipertahankan selama kegiatan penelitian itu berlangsung.
5.         Proses dan hasil pembelajaran harus didokumentasikan dan dilaporkan secara sistematik sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah.

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Apabila kita mencermati pengertian penelitian tindakan kelas akan sangat jelas bahwa tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki praksis pembelajaran diharapkan kualitas proses belajar mengajar menjadi lebih baik, mengembangkan keahlian guru-dosen sebagai profesi pendidikan,sebab tugas utama guru-dosen adalah mengajar dan tiap metode penelitian manapun yang mereka gunakan tidak mengubah profesi dan etika pendidikan. Kemudian manfaat dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai suatu program perbaikan pendidikan dalam pembelajaran sekaligus merupakan program berdasar penelitian yang dilakukan terus menerus (on going process), dapat menumbuhkembangkan sikap inovatif dan budaya meneliti para guru ataupun para dosen, khususnya dalam mencari solusi terhadap permasalaahan pembelajaran di dalam kelas.

G. Kelemahan dan Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas
1. Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas
a.         Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis.
b.        Rendahnya efisien waktu karena pengajar harus punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya sementara pengajar masih harus melakukan tugas rutin.
c.         Kesukaran evaluasi dan kerjasama.
2. Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas
a.         Peneliti dapat melakukan penelitian tanpa meninggalkan tempat kerja.
b.        Peneliti dapat melakukan treatment (perlakuan) yang dilakukan pada responden dalam penelitian.
c.         Responden dapat merasakan hasil dari treatment (perlakuan) yang diberikan.

H. Sasaran atau Obyek Penelitian Tindakan Kelas
Yang dibicarakan dalam bagian ini adalah sasaran atau obyek yang dijadikan pokok pembicaraan dalam peenelitian tindakan kelas sesuai dengan perinsip kedua bahwa penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi didalam kelas. Pengertian kelas dalam penelitian tindakan kelas ini tidak hanya terbatas pada kelas yang sedang aktif melangsungkan pembelajaran didalam sebuah ruangan tertutup saja, tetapi dapat juga ketika anak sedang tidak aktif belajar, yaitu ketika sedang melakukan karyawisata di objek wisata, di laboraturrium, di rumah, aatau ditempat lain, ketika siswa sedang mengerjakn tugas yang diberikan oleh guru, dan sebagainya. Dengan lokasi bukan kelas ini, yang diamati harus berupa kegiatan yang sedang dilakukan oleh anak.
Apabila kita berfikir sistematik (memandang sesuatu selalu dalam keseluruhan dan dalam kaitan dengan unsur lain), yaitu mengajak alam berfikir kita kedalam kerangka sebuah unit atau kesatuan yang terdiri beberapa komponen pembentuk sistem, maka sebuah kels dapat kita lihat sebage satu kkesatuan unsure yang bersangkut-paut dan bekerja menuju tujuan tertentu. Komponen-komponen dari sebuah kelas adalah (1) siswa itu sendiri, (2) guru yang sedang mengajar, (3) materi pelajaran, (4) peralatan yang digunakan, (5) hasil pembelajaran, (6) lingkungan pembelajaran, dan (7) pengelolaan/pengaturan yang dilakukan oleh pemimpin sekolah. Unsur - unsur pembelajaran tersebut saling kait-mengait, masing-masing bergerak sesuai dengan fungsi dan perannya. Fungsi atau peran tersebut dapat dicermati ketika pembelajaran sedang berlangsung maupun tidak. Dengan demikian objek amatan dalam penelitian tindakan kelas tidak harus selalu kita proses pembelajaran sedangkan berlangsung karena kelas bukan ruangan tetapi sekelompok siswa.
Hal-hal yang dapat diamati sehubungan dengan setiap unsur pembelajaran tersebut antara lain adalah sebagaimana yang disajikan dalam bagian berikut. Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan yang dirancang sebelumya maka objek penelitian tindakan kelas harus merupakan suatu yang aktif dan dapat dikenai aktifitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak.
a.    Unsur siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/lapangan/laboratorium atau bengkel, maupun ketika sedang asik mengerjakan pekerjaan rumah di malam hari, atau ketika sedangmengikuti keja bakti di luar sekolah.
Judul-judul atau permasalahan tentang siswa yang dapat diangkat dan dijadikan judul penelitian tindakan kelas antara lain: perilaku kedisplinan, semangat siswa ketika mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, keseriusan siswa untuk mengerjakan tugas. Ketelitian siswa dalam mengelola sarana belajarnya, kebiasaan siswa dalam mengajukan pertanyaan di kelas, ketetapan siswa untuk hadir di sekolah, dan sebagainya.
b.    Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, sedang membimbing siswa-siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa.
Judul-judul atau permasalahan yang berkenaan dengan guru yang dapat diangkat menjadi judul penelitian tindakan adalah hal-hal yang terkait dengan guru, khususnya dalam melaksanakan pembelajaran, antara lain: mengajar dengan metode yang bervariasi, menerapakan metode diskusi terarah, mengajar dengan pengelompokan siswa, dan sebagainya.
c.    Unsur materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.
Judul-judul atau permasalahan yang dapat diangkat sebagai judul dalam penelitian tindakan antara lain: urutan materi ketika disajikan kepada siswa, meliputi urutan atau pengorganisasinya, cara penyajiannya, atau pengaturannya. Tindakan lain misalnya menambah sumber bahan untuk meningkatkan penguasan pokok bahasa yang dilakukan oleh gur sendiri atau menugaskan kepada siswa, dan sebagainya. Mencoba memberikan materi baru misalnya untuk muatan local, dapat juga dimasukkan dalam kategori judul penelitian tindakan. Materi lain dalam kegiatan ekstra kurikuler atau dalam pelajaran tambahan di sore hari, di hari libur, atau sebagai materi pengayaan bagi siswa yang sudah dapat menyelesaikan materi okok lebih cepat disbanding siswa lain.
a.    Unsur peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar. Dengan tujuan meningkatkan mutu hasil belajar, yang biasa diamati guru, siswa, atau keduanya.
Judul-judul yang berkenaan dengan peralatan atau sarana pendidikan antara lain: menyediakan penyediaan dan pengaturan peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perseorangan, peralatan yangsediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas. Sebagai contoh, guru ingin mencoba prosedur mana yang paling efektif apabila siswa dilibatkan dalam pengaturan alat-alat yan dimiliki oleh kelas, sebagaimana mengatur giliran yang baik. Contoh lainya adalah penertiban sarana yang dimiliki oleh siswa, agar ada upaya penghematan dalam menggunakan sarana, dan sebagainya.
b.    Unsur hasil pembelajaran yang itinjau dari tiga ranah yang dijadikan titk tujuan yang harus di capai melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian. Oleh karena hasil belajar merupakan produk yang harus di tingkatkan, pasti terkait dengan tindakan unsure lain, yaitu proses pembelajaran, peralatan atau sarana pendidikan, guru, atau siswa sendiri.
Judul-judul penelitian yang terkait dengan hasil belajar antara lain mencoba mengadakan tes dengan memberikan kepada siswa kelulusan membuat alat ukur sendiri, saling mengerjakan soal yang dibuat oleh teman. Model baik yang tidak kalah menarik tetapi penting adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling melakukan koreksi silang yang diatur oleh guru sehingga siswa belajar mencermati kesalahan teman sekaligus memperkuat konsep dengan cara lain, bukan menghafal tetapi memahami.
c.    Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkupi siswa dirumahnya. Dalam pemnelitian tindakan bentuk perlakuan atau tindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif.
Judul-judul penelitian yang berkenaan dengan lingkungan yang dapat diangkat menjadi permasalahan penelitian tindakan penelitian antara lain: mengunah situasi ruang kelas, penataan sekolah, penataan lingkungan yang terkait dengan 6K, yang sebaiknya di lakukan dengan melibatkan siswa.
d.    Unsure pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah di atur dan di rekayasa dalam bentuk tindakan.
Judul-judul yang di golongkan sebagai kegiatan pengelolaan misalnya cara mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan urutan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan sebagainya.

C. METODE PENELITIAN SASTRA
Penelitian sastra pada dasarnya memanfaatkan dua macam penelitian, yaitu penelitian lapangan dan penelitian perpustakaan. Prosedur penelitian lapangan ilmu sastra hampir sama dengan ilmu sosial, keduanya memanfaatkan instrumen yang sama, dengan sendirinya dengan metode dan teknik yang sama. Prosedur penelitian pustaka dalam bidang sastra agak berbeda, memiliki ciri-ciri tersendiri. Pada umumnya penelitian perpustakaan secara khusus meneliti teks, baik lama maupun modern.
Istilah lain yang sering menimbulkan perdebatan dalam dunia penelitian adalah pendekatan. Pendekatan sering disamakan dengan metode. Secara epistemologi pendekatan berasal dari kata appropio (Latin), approach (Inggris), yang diartikan sebagai jalan dan penghampiran. Sebuah penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang tersusun secara sistematis dan metodis, maka perlu dibedakan antara metode dengan pendekatan. Benar, secara epistemologis pendekatan juga berarti jalan, yaitu cara itu sendiri, tetapi perlu dijelaskan bahwa pendekatan pada dasarnya memiliki tingkat abstraksi yang lebih tinggi baik dengan metode maupun teori. Sebuah pendekatan dimungkinkan untuk mengoperasikan sejumlah teori dan metode.
Dalam hubungan ini pendekatan disejajarkan dengan bidang ilmu tertentu, seperti: pendekatan sosiologi sastra, psikologi sastra, biografi sastra, antropologi sastra, mitopoik, intrinsik dan ekstrinsik, termasuk pendekatan yang ditawarkan oleh Abrams, yaitu objektif, ekspresif, mimetik, pragmatik, dan sebagainya. Atas kekhasan sifat karya sastra, maka sejumlah metode yang perlu dibicarakan dalam analisis karya sastra, di antaranya: metode intuitif, metode hermeneutika, metode formal, analisis isi, dialektik, deskriptif analisis, deskriptif komparatif, dan deskriptif induktif. Setiap metode memiliki kedudukan dan kualitas yang sama. Penggunaannya tergantung dari tujuan yang akan dicapai. Yang berbeda adalah kualitas penelitian yang dihasilkan oleh masing-masing peneliti.

1. Metode Intuitif
Sebuah metode dapat dikatakan baru, metode modern, atau sudah lama, sehingga tidak relevan untuk digunakan. Dikaitkan dengan fungsinya, sebagai alat, metode lahir setiap saat dipergunakan. Sebagai alat, metode adalah proses, diperbaharui secara terus menerus. Konsekuensi yang ditimbulkan, metode lama ditinggalkan, digantikan dengan metode yang baru. Demikian seterusnya, metode yang barupun akan ditingglkan dan diganti oleh metode yang lebih baru. Masalah yang perlu diperhatikan adalah kenyataan bahwa metode-metode baru tersebut tidak secara keseluruhan baru, melainkan merupakan modifikasi dari metode sebelumnya. Secara praktis metode hermeneutika, metode formal, dialektika, analisis isi, dan sebagainya, adalah sejumlah metode yang sudah digunakan sejak sastra dikenal oleh manusia.
Manusia memahami kebudayaan jelas dengan pikiran dan perasaannya, yaitu dengan intuisi, penafsiran, unsur-unsur, sebab-akibat, dan seterusnya. Sebagai metode filsafat, menurut Anton Bakker (1984; 39-42), metode intuitif digunakan oleh pendiri neo-Pla-tonisme, yaitu Platinos (205-270 M). Dasar metodenya adalah filsafat Yunani, khususnya Plato dan Aristoteles. Ciri metode intuitif adalah kontemplasi, pemahaman terhadap gejala-gejala kultural dengan mempertimbangkan keseimbangan antara individu dengan hermeneutika.
Metode intuitif kontemplatif, demikian juga metode intuitif hermeneutis jelas telah digunakan dalam memahami sastra, khususnya sastra Indonesia sebelum lahirnya strukturalisme. Metode formal digunakan sejak lahirnya formalism dan strukturalisme, yang secara eksplisit mulai digunakan oleh Umar Junus, A. Teeuw, dan kelompok Rawamangun.

2.  Metode Hermeneutika
Secara etimologis hermeneutika berasal dari kata hermeneuin, bahasa Yunani, yang berarti menafsirkan atau menginterpretasikan. Secara mitologis (ibid) hermeneutika dikaitkan dengan hermes, nama Dewa Yunani menyampaikan pesan illahi kepada manusia. Pada dasarnya medium pesan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Jadi, penafsiran disampaikan lewat bahasa, bukan bahasa itu sendiri. Karya sastra perlu ditafsirkan sebab disatu pihak lain, di dalam bahasa sangat banyak makna yang tersembunyi, atau dengan sengaja disembunyikan.
Dikaitkan dengan fungsi utama hermeneutika sebagai metode untuk memahami agama, maka metode ini dianggap tepat untuk memahami karya sastra dengan pertimbangan bahwa di antara karya tulis, yang paling dekat dengan agama adalah karya sastra. Asal mula agama adalah firman Tuhan, asal mula sastra adalah kata-kata pengarang. Baik sebagai hasil illahi maupun subjek kreator, agam dan sastra perlu ditafsirkan sebab di satu pihak, seperti disebutkan yang di atas, kedua genre terdiri atas bahasa. Menginterpretasikan, untuk menghindarkan keterbatasan proses interpretasi, peneliti mesti memiliki tititk pijak yang jelas pada umumnya dilakukan dengan gerak spiral. Penafsiran terjadi karena setiap subjek memandang objek melalui horison dan paradigma yang berbeda-beda. Keragaman pandangan pada gilirannya menimbulkan kekayaan makna dalam kehidupan manusia, menambah estetika, etika, dan logika.

3. Metode Kualitatif
Metode kualitatif pada dasarnya sama dengan metode hermeneutika. Artinya, baik metode hermeneutika, kualitatif, dan analisis isi, secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Sebagai bagian perkembangan ilmu sosial, kualitas penafsiran dalam metode kualitatif dengan demikian dibatasi oleh hakikat fakta-fakta sosial. Artinya, fakta sosial adalah fakta-fakta sebagaimana ditafsirkan oleh subjek. Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Dalam penelitian karya sastra, misalnya, akan dilibatkan pengarang, lingkungan sosial di mana pengarang berada, termasuk unsur-unsur kebudayaan pada umumnya.
Landasan berpikir metode kualitatif adalah paradigma positivisme Max Weber, Immanuel Kant, dan Wilhelm Dilthey (Moleong, 1989: 10-11). Objek penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substantif, melainkan makna-makna yang terkandung di balik tindakan, yang justru mendorong timbulnya gejala sosial tersebut. Hubungan inilah, metode kualitatif dianggap persis dengan metode pemahaman. Penelitian kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai. Oleh karena itulah, penelitian kualitatif dipertentangkan dengan penelitian kuantitatif yang bersifat bebas nilai. Dalam ilmu sosial sumber datanya adalah masyarakat, data penelitiannya adalah tindakan-tindakan, sedangkan dalam ilmu sastra sumbernya adalah karya, naskah, data penelitiannya, sebagai data formal adalah kata-kata, kalimat, dan wacana. Sosiologi dan psikologi sastra, sumber datanya dapat berupa masyarakat sebab masyarakatlah yang menghasilkan karya sastra tersebut. Ciri-ciri terpenting metode kualitatif, sebagai berikut:
1.                  Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan hakikat objek, yaitu sebagai studi kultural.
2.                  Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian sehingga makna selalu berubah.
3.                  Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian, subjek peneliti sebagai instrumen utama, sehingga terjadi interaksi langsung diantaranya.
4.                  Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian bersifat terbuka.
5.                  Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks sosial budayanya masing-masing.

4.  Metode Analisis Isi
Menurut Verdenbreght (1983:66), secara ekspilisit metode analisis isi pertama kali digunakan di Amerika Serikat tahun 1926. Tetapi secara praktis, telah digunakan jauh sebelumnya. Sesuai dengan namanya analisis isi terutama berhubungan dengan isi komunikasi, baik secara verbal, dalam bentuk bahasa, maupun nonverbal, seperti arsitektur, pakaian, alat rumah tangga, dan media elektronik. Dalam ilmu sosial, isi yang dimaksudkan berupa masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik, termasuk propaganda. Jadi, keseluruhan isi dan pesan komunikasi dalam kehidupan manusia. Tetapi dalam karya sastra, isi yang dimaksudkan adalah pesan-pesan, yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat sastra. Analisis isi, khususnya dalam ilmu sosial sekaligus dapat dimanfaatkan secara kualitatif dan kuantitatif.
Isi dalam metode analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komukasi yang terjadi. Isi laten adalah isi sebagai dimaksudkan oleh penulis, sedangkan isi komunikasi adalah isi sebagaimana terwujud dalam hubungan naskah dengan konsumen. Dengan kalimat lain, isi komunikasi pada dasarnya juga mengimplikasikan isi laten, tetapi belum tentu sebaliknya. Objek formal metode analsis ini dalah isi komunikasi. Analisis terhadap isi laten akan menghasilkan arti, sedangkan analisis terhadap isi komunikasi akan menghasilkan makna.
Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada situasi alamiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisi isi memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah, metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komukasi.
Dalam karya sastra, misalnnya, dilakukan untuk meneliti gaya tulisan seorang pengarang. Dalam media massa penelitian dengan metode analisis isi dilakukan terhadap paragraf, kalimat, dan kata, termasuk volume ruangan yang diperlukan, waktu penulisan, di mana ditulis, dan sebagainya, sehingga dapat diketahui isi pesan secara tepat. Cara yang sama juga dapat dilakukan untuk menganalisis kumpulan surat-surat pribadi, seperti surat-surat kartini. Vredenbreght (ibid.) menyebutkan penelitian Max webar dalam buku The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism sebagai contoh penerapan metode analisis isi yang sangat berhasil.

5.  Metode Formal
Metode formal adalah analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur-unsur karya sastra. Tujuan metode sastra adalah studi ilmiah mengenai sastra dengan memperhatikan sifat-sifat teks yang dianggap artistik. Hubungan ini perlu dijelaskan perbedaan pengertian yang digunakan dalam disiplin lain. Ilmu bahasa (Sudaryanto, 1993 145), misalnya metode formal adalah cara-cara penyajian dengan memfaatkan tanda dan lambang, yaitu cara penyajian melalui kata-kata biasa. Metode formal tidak bisa dilepaskan dengan teori strukturalisme. Esensi metode formal yaitu unsur-unsur itu sndiri adalah esensi strukturalisme tersebut. Secara historis metode formal dapat ditelusuri dengan adanya perhatian pada sastra sebagai etgon.
Metode formal populer sejak tahun 1930-an dengan adanya perhatian terhadap aspek-aspek formal, yang diutamakan adalah ciri-ciri kesastraan secara otonom, ciri yang membedakan sastra dari ungkapan bahasa yang lain, pola-pola suara dan kata-kata formal. Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah mengabaikan aspek biografis, sosiologis, sikologis, ideologis, dan aspek-aspek ekstrinsik lainnya. Ciri-ciri utama metode formal adalah analisis terhadap unsur-unsur karya sastra, kemudian bagaimana hubungan antara unsur-unsur tersebut dengan totalitasnya.
Penerapan metode formal perlu mempertimbangkan hakikat karya sastra seperti, puisi, prosa, dan drama. Dengan demikian genre yang mengikutinya seperti, puisi lirik, prosa lirik, drama bersajak, novel sejarah, dan sebagainya. Tugas utama metode formal adalah menganalisis unsur-unsur sesuai dengan peralatan yanga terkandung dalam karya. Unsur-unsur dibedakan menjadi unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik, unsur kongret, dan formal unsur-unsur makro dan mikro. Unsur-unsur pertama berkaitan dengan sistem sosiokultural yang lebih luas, unsur-unsur yang kedua berkaitan dengan karya sastra sebagai totalitas.

6. Metode Dialektika
Secara etimologi dialektika berasal dari kata dialectica, bahasa Latin, berarti cara membahas. Secara historis metode dialektik sudah ada sejak zaman Plato, tetapi diperkenalkan secara formal oleh Hegel. Mekanisme kerjanya terdiri atas tesisi, antitesis, dan sintesis. Menurut Hauser (1985: 333-334), dalam dialektika unsur yang satu tidak harus lebur ke dalam unsur yang lain, individualitas justru dipertahankan disamping interdependesinya.
Prinsip-prinsip dialektika dikemangkan oleh Friedrich Hegel atas dasar dialektika spiritual, dan Karl Marx atas dasar pertentangan kelas. Prinsip-prinsip dialektika hampir sama dengan hermeneutika, khususnya dalam gerak spiral eksplorasi makna, yaitu penelusuran unsur ke dalam totalitas dan sebaliknya. Perbedakanya adalah kontinuitas operasionalisasi tidak berhenti pada level tertulis, tetapi diteruskan pada jaringan kategori sosial justru merupakan maknanya secara lengkap.
Secar teoretis setiap fakta sastra dapat dianggapsebagai tesisi, kemudian diadakan negasi. Adanya pengingkaran maka tesisi dan antiesis seolah-olah hilang atau berubah menjadi kualitas fakta yang lebih tinggi, yaitu sintesis itu sendiri. Sintesis kemudian menjadi tesisi kembali , demikian seterusnya, sehingga proses pemahaman terjadi secara terus-menerus.

7.  Metode Deskriptif Analisis
Metode penelitian dapat juga diperoleh melalui gabungan dua metode, dengan syarat kedua metode tidak bertentangan. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis yang berasal dari bahasa Yunani, analyein (‘ana’=atas, ‘lyein’=urai), telah diberikan arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya. Metode gabungan yang lain, misalnya deskriptif komparatif, metode dengan cara menguraikan dan membandingkan, dan metode deskriptif induktif, metode dengan cara menguraikan yang diikuti dengan pemahaman dari dalam ke luar.
Metode deskriptif analitik juga dapat digabungkan dengan metode formal. Mula-mula data dideskripsikan dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya kemudian dianalisis, bahkan juga diperbandingkan. Perlu dipertimbangkan adalah metode yang lebih khas merupakan metode utama, misalnya metode formal atau analisis isi kemudian dilanjutkan dengan metode yang lebih bersifat umum.






DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi dan Suharjdono,Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:PT.Bumi Aksara

Hauser, Arnold. 1952. The Social History of Art (Vol. I). Alfred A. Knopf: New York.

Ghony,Djunaidi. 2008. Penelitian Pendekatan Kelas. Malang:UINMalang Press.

Khoiri,Nur. 2010. Model dan Jenis dalam Penelitian. Jepara:INISNU

Masrupi. 2014. Metodologi Penelitian. Serang:Untirta Press

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar: Denpasar

Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian. Bandung:ALFABETA.

Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulaitatif dan R & D. Bandung:Alfa Beta.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta. Duta Wacana University Press.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta : Alfhabeta

Sujadi,  2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka cipta

Suwarsih,Madya. Penelitian Tindakan Kelas. http://www.scribd.com/doc/10284529/Penelitian-Tindakan diakses tanggal 21 Maret 2016 Pukul 13.30 WIB

Syaodih Sukmaadinata, Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Rosdakarya.

Vredenbreght, J. 1983. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Gramedia: Jakarta.





Tidak ada komentar:

zakifahrizal. Diberdayakan oleh Blogger.