MODEL - MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
MODEL
- MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Metode mengajar
adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh
seorang guru. Pengertian lain adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran pada siswa di dalam kelas, baik secara
individual maupun secara kelompok. Agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami
dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
Belajar mengajar
sebagai suatu kegiatan, seiring dengan adanya makhluk manusia di muka bumi ini,
sejak semula kegiatan belajar mengajar ini telah dilakukan oleh manusia bahkan
dalam batas-batas tertentu juga hewan, dalam upaya membimbing anak keturunannya
agar berhasil dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Metode
konvensional merupakan metode yang sering digunakan hampir dalam tiap kali
pengajaran terutama pada pendidikan tingkat bawah. Karena metode ini sederhana
dan mudah digunakan. Berikut ini pemakalah akan memaparkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan metode konvensional.
B.
Rumusan
Masalah
1)
Apa yang dimaksud dengan
metode pembelajaran konvensional?
2)
Bagaimana ciri- ciri Metode Pembelajaran Konvensional?
3)
Bagaimana macam-macam Pembelajaran Konvensional?
C.
Tujuan
1)
Ingin mengetahui apa yang
dimaksud dengan metode konvensional.
2)
Ingin mengetahui ciri- ciri Metode Pembelajaran Konvensional.
3) Ingin
mengetahui macam-macam Pembelajaran
Konvensional.
1
2
BAB II
ACUAN TIORITIK DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Pembelajaran
Konvensional
Metode berasal dari
bahasa Yunani, yaitu metha yang berarti melalui atau melewati
dan hodos yang berarti jalan atau cara. Metode adalah jalan
atau cara yang ditempuh seorang guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan pada
anak didiknya sehingga dapat mencapai tujuan tertentu.
Salah satu model
pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah
model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional mempunyai beberapa
pengertian menurut para ahli, diantaranya:
Djamarah (1996),
metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau
disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam
proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional
ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas
dan latihan.
Ujang Sukandi (2003),
mendefenisikan bahwa pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar
lebih banyak mengajarkan tentang konsep - konsep bukan kompetensi, tujuannya
adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada
saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Disini terlihat bahwa
pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih
banyak didominasi gurunya sebagai “pentransfer ilmu, sementara siswa lebih
pasif sebagai “penerima” ilmu.
3
Berdasarkan
penjelasan diatas, maka pendekatan konvensional dapat diartikan sebagai
pendekatan pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih
banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih pada penguasaan
konsep-konsep bukan kompetensi.
B. Ciri-
ciri Metode Pembelajaran Konvensional
Secara
umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:
Siswa adalah penerima
informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari
informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.
a. Belajar secara individual
b. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
c. Perilaku dibangun atas kebiasaan
d. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
e. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
f.
Perilaku baik
berdasarkan motivasi ekstrinsik
g. Interaksi di antara siswa kurang
h. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang
terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
C. Metode Pembelajaran
Konvensional
Beberapa metode konvensional yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
diantaranya:
1.
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode penyajian pelajaran dengan penjelasan lisan
secara langsung terhadap peserta didik.
4
Menurut Winarno Surahmad, M.Ed, ceramah adalah penerangan
dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid
mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan
oleh guru.
Dra. Roestiyah N.K. mengatakan bahwa
metode ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara
mengajar yang digunakan untuk untuk menyampaikan keterangan atau informasi,
atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.
Adapun menurut
Gilstrap dan Martin 1975. Ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu
( Legree, lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan
mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari
buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, ceramah adalah
sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada
peserta didik, dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat
menggunakan alat-alat bantu media pembelajaran seperti gambar dan audio visual lainnya.
Dalam metode ini yang mempunyai peran utama adalah guru.
Seorang guru dapat menggunakan metode ini apabila:
a) Bahan
pelajaran yang akan disampaikan terlalu banyak.
b) Ingin mengajarkan
topik baru.
c) Tidak
ada metode lain yang akan dipergunakan.
d) Menghadapi
jumlah siswa yang banyak
Kelebihan metode ini:
a. Guru mudah menguasai kelas
5
b. Mudah mengorganisasikan tempat
duduk/kelas
c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa
yang besar
d. Mudah mempersiapkan dan
melaksanakannya
e. Guru mudah menerangkan
pelajaran dengan baik
Kelemahan metode ini:
a. Mudah
menjadi verbalisme
b. Yang
visual menjadi rugi, yang auditif yang besar menerimanya
c. Bila
selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan
d. Guru
menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya ini sukar sekali
e. Menyebabkan
siswa menjadi pasif.
2.
Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah
untuk mengambil kesimpulan.
Menurut
Hasibuan (1985), Diskusi adalah visi dari dua
atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan dengan saling bertatap
muka tentang tujuan atau target yang telah diberikan dengan cara pertukaran informasi
atau mempertahankan.
Moh. Uzer
Usman (2005:94), menyatakan bahwa diskusi
kelompok adalah proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang di wajah
informal untuk menghadapi interaksi dengan berbagai pengalaman atau informasi,
kesimpulan atau solusi untuk masalah.
6
Sedangkan Moh. Surya (1975:107), mendefinisikan diskusi
kelompok adalah proses di mana siswa akan mendapatkan kesempatan untuk
berkontribusi pengalaman merekasendiri dalam memecahkan masalah umum.
Dan Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode
diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan
masalah (problem solving).
Metode diskusi adalah suatu cara penguasaan isi
pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang diperoleh guna memecahkan suatu masalah (Depdikbud., 1986: 19, dalam
Moedjiono, 1991/1992).
Dari berbagai pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa
metode diskusi adalah kegiatan belajar yang responsive berisikan pertukaran
pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematik, pemunculan
ide-ide ataupun pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung
dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan dan jawaban suatu masalah.
Metode ini dapat dipergunakan apabila:
a) Soal-soal yang pemecahannya
sebaiknya diserahkan kepada siswa.
b) Untuk mencari keputusan dan
jawaban suatu masalah.
c) Membiasakan siswa untuk
menghargai pendapat orang lain.
Kelebihan metode diskusi:
a. Merangsang
kreativitas anak
b. Mengembangkan sikap menghargai
pendapat orang lain
c. Memperluas wawasan
keilmuan siswa
d. Membina
musyawarah untuk mufakat
7
Kekurangan
metode diskusi:
a. Pembicaraan
kadang menyimpang
b. Tidak
dapat dipakai pada kelompok yang besar
c. Peserta
mendapat informasi yang terbatas
d. Mungkin
dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan
diri.
3.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan meragakan atau
mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu
yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruannya.
Metode demonstrasi adalah
pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada
penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh
peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008:210).
Metode
demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2000:22).
Sementara
menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000:2) bahwa metode demonstrasi adalah metode
yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda
yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
8
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi
atau benda tertentu
yang
sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang
dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan
“ ( Mulyani Sumantri, dalam Roetiyah 2001 : 82 ).
Dari
beberapa pendapat ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode
demonstrasi menurut adalah cara
penyajian pelajaran dengan memperagakan secara langsung baik oleh guru atau
sumber belajar lain terhadap proses
terjadinya sesuatu yang disertai dengan penjelasan secara lisan.
Langkah-Langkah
Metode Demonstrasi
Langkah-langkah perencanaan dan persiapan yang
perlu ditempuh agar metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan baik adalah:
a.
Perencanaan
1.
Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau
kegiatan yang diharapkan dapat ditempuh
setelah metode demonstrasi berakhir.
2.
Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi
yang akan dilaksanakan.
3.
Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
4.
Selama demonstrasi berlangsung, seorang guru hendaknya
introspeksi diri apakah:
5. Keterangan-keterangannya dapat
didengar dengan jelas oleh peserta didik.
6. Semua media yang digunakan ditempatkan pada posisi yang baik
sehingga setiap peserta didik dapat melihat.
7. Peserta didik disarankan membuat
catatan yang dianggap perlu.
8. Menetapkan rencana penilaian
terhadap kemampuan peserta didik.
9
b. Pelaksanaan
Hal-hal yang perlu dilakukan
adalah:
1.
Memeriksa hal-hal di atas untuk kesekian kalinya.
2.
Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik.
3.
Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar
demonstrasi mencapai sasaran.
4.
Memperhatikan keadaan peserta didik, apakah semuanya
mengikuti demonstrasi dengan baik.
5.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif
memikirkan lebih lanjut tentang apa yang
dilihat dan didengarnya dalam bentuk mengajukan pertanyaan.
6.
Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya
selalu menciptakan suasana yang harmonis.
Kelebihan metode demontrasi:
a. Dapat membuat pelajaran menjadi lebih
jelas dan konkret
b. Siswa lebih mudah memahami apa yang
dipelajari
c. Proses pengajaran lebih menarik
d. Siswa dirancang untuk aktif mengamati,
menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.
Kekurangan metode demontrasi:
a. Memerlukan keterampilan guru secara khusus
b. Fasilitas, tempat dan biaya yang memadai tidak terlalu
tersedia dengan baik
c. Memerlukan persiapan dan perencanaan yang cukup matang.
10
4.
Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama adalah metode mengajar dengan mendramatisasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial.
Menurut Winkel (1993) sosiodrama
merupakan dramatisasi dari berbagai persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan
dengan oran-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan
sosial.
Menurut Wiryaman (2000 : 1-27) bahwa
metode sosiodrama merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukan kepada
siswa tentang masalah-masalah , caranya dengan mempertunjukan kepada siswa
masalah bimbingan hubungan sosial tersebut didramatisirkan oleh siswa dibawah
pimpinan guru.
Menurut moreno sosiodrama adalah
sekumpulan individu yang memiliki fokus tertentu yang bertujuan untuk
mengeksplorasi hubungan sosial dan trnasformasi konflik antarkelompok
(Kellermann, 2007 : 1).
Djamarah (2000 : 200) berpendapat
bahwa metode sosiodrama adalah cara mengajar yang memberikan kesempatan anak
didik untuk melakukan kegiatanmemainkan peran tertentu yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat
disimpulkan metode sosiodrama adalah
suatu metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan kegiatan memerankan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat atau kejadian-kejadian sosial lainnya.
11
Langkah-langkah penggunaan metode sosiodrama:
a. Persiapan
1) Menentukan masalah pokok
a) Persoalan pokok diambil dari situasi sosial yang didapat dan dikenal oleh siswa.
a. Persiapan
1) Menentukan masalah pokok
a) Persoalan pokok diambil dari situasi sosial yang didapat dan dikenal oleh siswa.
b) Persoalan yang dipilih hendaknya bertahap.
c) Guru pembimbing membuat tema, dan garis besar lakonnya yang akan diperankan.
2) Pemilihan pemeran dapat dilakukan dengan menunjuk siswa yang kira-kira dapat
mendramatisasi sesuai dengan
maksud dan tujuan pelaksanaan sosiodrama.
3) Mempersiapkan pemeran dan penonton, dengan kata lain pemeran drama membuat
3) Mempersiapkan pemeran dan penonton, dengan kata lain pemeran drama membuat
perencanaan
dalam pelaksanaan drama agar berjalan dengan baik, rapih, dan terencana.
b. Pelaksanaan
Pemeran yang telah disiapkan, selama 30 menit kemudian dipersiapkan untuk
Pemeran yang telah disiapkan, selama 30 menit kemudian dipersiapkan untuk
mendramatisasikan menurut pendapat dan kreasi
siswa.
c. Tindak lanjut
Sosiodrama sebagai cara mengajar tidak berakhir pada pelaksanaan dramatisasi
saja, melainkan hendaknya
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, diskusi, kritik,
dan analisis.
Kelebihan metode ini:
a. Dengan teknik bermain peran siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran
karena masalah sosial dirasakan
akan sangat berguna bagi mereka.
b. Siswa lebih mudah memahami masalah-masalah sosial karena siswa mengalami
b. Siswa lebih mudah memahami masalah-masalah sosial karena siswa mengalami
sendiri, melalui bermain peran.
c. Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi
bahan yang akan
didramakan
12
d.
Siswa terlatih untuk berinisiatif dan berkreasi
e. Bakat siswa dapat dipupuk
f. Kerjasama antar
pemain dapat ditumbuhkan dan dibina
g. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi
tanggungjawab
dengan sesamanya
h.Bahasa lisan siswa dapat dibina
Kelemahan metode ini:
1) Bagi siswa yang memiliki sifat pemalu akan
sulit untuk bisa perperan dengan baik.
2) Membutuhkan dana yang cukup dalam
setiap kegiatan.
3) Sebagia anak
yang tidak ikut menjadi kurang kreatif
4) Banyak memakan waktu
5) Memerlukan tempat
yang cukup luas
6) Kelas lain terganggu oleh suara pemain dan penonton.
Metode ini dipergunakan apabila;
a) Ingin
melatih anak-anak agar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat sosial psikologis dan dapat bergaul serta memberi pemahaman
terhadap orang lain.
b) Ingin
menerangkan suatu peristiwa didalamnya menyangkut orang banyak.
5.
Metode Latihan
Metode latihan adalah suatu cara untuk memperoleh suatu ketangkasan atau
keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Prinsip menggunakan metode ini:
M.
Basyiruddin Usman menyebutkan Metode Drill atau disebut latihan dimaksudkan
untuk memperoleh ketangkasan atau ketrampilan latihan terhadap apa yang
dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan
dapat disempurnakan dan siap-siagakan.
13
Menurut
Roestiyah NK, metode drill adalah suatu teknik yang dapat diartikan dengan
suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan latihan-latihan agar memiliki
ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah di pelajari.
Sedangkan
menurut Zakiyah Darajat dkk. Mengatakan bahwa, penggunaan istilah “latihan”
sering disamakan dengan istilah : “ulangan” padahal maksudnya berbeda.
Latihan dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik
anak didik dan dikuasai sepenuhnya. Sedangkan ulangan adalah hanya sekedar
untuk mengukur sudah sejauh mana ia menyerap pelajaran tersebut.
Dari pendapat para ahli dapat
disimpulkan metode latihan adalah suatu metode dalam
pengajaran dengan jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah
diberikan agar siswa dapat memiliki ketangkasan dan keterampilan lebih tinggi.
Langkah-langkah melaksakan metode
latihan:
a. Siswa harus diberi pengertian yang
mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.
b. Harus disesuaikan dengan taraf
kemampuan siswa.
c. Proses latihan hendaknya mendahulukan
hal-hal esensial dan berguna.
Kelebihan
metode latihan:
a. Dapat memperoleh
kecakapan motorik
b. Dapat memperoleh kecakapan mental
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambahkan ketepatan dan
kecepatan.
Kekurangan
metode latihan:
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan
14
c. Latihan
yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan
membosankan
15
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Seorang guru dalam
mengajar hendaknya memakai metode yang sesuai dengan kondisi siswanya, salah
satunya adalah metode konvensional. Adapun macam-macam metode konvensional
yaitu:
1. Metode ceramah
2. Metode diskusi
3. Metode demontrasi
4. Metode sosiodrama
5. Metode latihan
Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan seperti yang telah kami jelaskan di atas.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: Pustaka Setia
Mustakim, Zaenal. 2011. Strategi dan metode
pembelajaran. Pekalongan: Stain Pekalongan Press
Nata, Abuddin. 2011. Perspektif Islam
Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Kencana
Rostiyah.
1989. Dikdatik Metodik. Jakarta:Bina
Aksara
Sabri, Ahmad.
2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta:
Quantum Teaching.
Sukardi,
Ujang Dkk. 2003. Belajar Aktif dan
Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka.
Syah, Muhibbin (2003). Psikologi Belajar. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
http://www.goegle.co.id,http://iyasphunkalfreth.blogspot.com
/ 2010 / 06 / perbandingan metode pembelajaran. htlm. Diakses pukul 21.51 WIB. Hari senin tanggal 04 April 2016
Diakses pukul 21.51 WIB. Hari senin tanggal 04 April 2016
http://www.google.co.id.http//warpalah
edukasi. Kompasiana.com/2009/12/20.
Diakses
pukul 21.51 WIB. Hari senin tanggal 04
April 2016
Pendapat
lain menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang
instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses ( Roestiyah
N. K 2001 : 83 ). Menurut Udin S. Wianat Putra, dkk ( 2004 : 424 ) “ Metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara
langsung objek atau cara melakukan sesuatu untuk memperunjukkan proses tertentu
“. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 54 ) : “Metode demonstrasi
adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja
suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran “.
Adapun
menurut Roestiyah (2008 : 90) sosiodrama adalah mendramatisasikan tingkah laku,
atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.
Menurut
kamus besar bahasa indonesia, bahwa sosiodrama adalah drama yang bertujuan
memberikan informasi kepada masyarakat tentang masalah sosial dan politik (1988
: 855).
Dari berbagai penjelasan tentang sosiodrama diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sosiodrama adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang terjadi dalam konteks hubungan sosial dengan cara mendramakan masalah-masalah tersebut melalui sebuah drama.
Dari berbagai penjelasan tentang sosiodrama diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sosiodrama adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang terjadi dalam konteks hubungan sosial dengan cara mendramakan masalah-masalah tersebut melalui sebuah drama.
Pada metode sosiodrama menuntut
kualitas tertentu pada siswa, yaitu siswa diharapkan mampu menghayati
tokoh-tokoh atau posisi yang dikehendaki. Keberhasilan siswa dalam menghayati
peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan, dan
identifikasi diri terhadap nilai berkembangnya (Hasan, 1996 : 266)
Tidak ada komentar: